Sinopsis Lakorn : Game Sanaeha Episode 6 - part 1


Network : Channel 3



Jomyuth menyerahkan dokumen pekerjaan baru kepada Nok. Dan menerima itu Nok pun menjadi heran, namun sebelum dia sempat bertanya. Nai langsung menjelaskan bahwa itu adalah data kampanye yang mereka buat dua tahun lalu dan dia ingin Nok mempelajarinya.

“Tapi sekarang aku sedang mengerjakan S.J,” kata Nok.

“Jomyuth yang akan mengerjakan S.J,” balas Nai.



Mendengar itu, Jomyuth langsung melotot kepada Nai, karena terkejut. Dan tanpa mengatakan apapun Nai menatap tajam kepada Jomyuth sebagai kode. Lalu mengerti akan hal itu, maka Jomyuth mengiyakan.

“Tapi ini tugasku,” protes Nok.

“Sejujurnya, itu adalah tugasku,” balas Jomyuth.

“Mengapa ini adalah tugasmu? Ketika…”


“Begini, Khun Nok. Green Dream seperti sebuah tubuh yang mana memiliki tangan yang dikontrol oleh otak. Dan Nona Nok, kamu adalah otaknya,” jelas Jomyuth, lalu menatap kepada Nai. “Hmm… lagian ini adalah pekerjaan yang mudah, jadi biarkan aku melakukannya. Jadi kamu akan memiliki waktu lebih untuk dihabiskan pada Green Dream,” kata Jomyuth.

“Baiklah. Terserah kamu,” balas Nok.

“Dengan senang hati,” balas Jomyuth sambil membungkuk dengan sopan.


Lalu setelah itu, Jomyuth berjalan mendekati Nai dan berbisik, dia menanyakan apa yang dilakukannya benar. Dan Nai mengiyakan, lalu Nai menanyakan tentang dokumen tahun berapa yang Jomyuth berikan kepada Nok. Kemudian saat mengetahui kalau Jomyuth membawakan dokumen tahun 2016, Nai menyuruh Jomyuth untuk membawakan juga dokumen tahun pertama dan memberikannya kepada Nok.

“Apa itu tidak terlalu banyak untuk dia?” tanya Jomyuth.

“Lakukan saja,” balas Nai.


Nok yang kebetulan melihat sikap aneh mereka berdua pun menjad heran dan bertanya. Dan tanpa menjawab, Jomyuth langsung berbicara dengan keras bahwa sekarang adalah waktunya untuk bekerja dengan keras, jadi dia harus pergi.



Lalu setelah Jomyuth keluar, Nok mendekati Nai dan menanyakan tentang apa ada sesuatu yang terjadi pada Nai serta Wutta saat sekolah. Karena Nok merasa seperti Nai sedang mencoba untuk menjauhkan nya dari bekerja dengan Wutta.

“Aku tidak bermaksud seperti itu. Bekerja langsung dengan S.J bukan cara yang bagus untuk membuktikan dengan Dewan bahwa kamu pantas untuk posisi Wakil ketua Green Dream. Jika kamu tidak bisa menunjukan kemampuan aslimu, posisi Wakil ketua akan menjadi milik orang lain,” jelas Nai, mengelak.

Dengan curiga, Nok menebak bahwa Nai sengaja melakukan hal ini karena alasan yang lain. Dan Nai pun menjelaskan bahwa dia mendapatkan posisi Wakil ketua, karena kampanye ini, jadi jika Nok mau coba membaca semua dokumen yang ada serta mencoba mengetes proses pekerjaannya, maka kampanye ini akan menjadi kesempatan yang bagus untuk Nok.



“Bagaimana pun, jika ide mu tidak sebagus sepertiku. Kemudian kamu akan kalah,” kata Nai untuk memancing semangat Nok.

“Aku tidak pernah kenal apa itu kalah,” balas Nok, terpancing. Lalu dengan bersemangat, dia kembali ke meja nya sendiri dan mulai bekerja. Dan melihat itu, Nai tersenyum senang.



Wutta kembali ke kantornya sendiri. Disana ternyata ada Nuchanart (Nart) yang merupakan salah satu karyawan Ibunya diperusahaan S.J. Dengan sikap kurang ajar dan genit, Wutta mengatakan kepada Nart bahwa dia memiliki posisi yang cocok untuk Nart.

“Aku suka melakukan pekerjaan ku didalam terang, bukan tempat yang tersembunyi,” balas Nart. (maksudnya dia suka pekerjaan yang jelas seperti ini, bukan pekerjaan kotor).



“Tapi aku pikir bahwa kamu harusnya menjaga ku lebih baik. Karena suatu hari saat Ibuku pensiun, kamu akan menjadi milikku,” kata Wutta sambil mengelus wajah Nart dan menarik Nart mendekat padanya.

Dan dengan kesal, Nart melepaskan dirinya. “Jika hari itu tiba. Pergi adalah pilihanku.”



Tepat disaat itu, Somjintana (Tana) datang. Dengan tegas dia menanyakan kepada Wutta tentang siapa yang selama ini membantu Wutta untuk  menyelesaikan semua masalah yang Wutta perbuat. Dan Wutta tidak bisa menjawab pertanyaan Ibunya.

“Jika bukan karena pertolongan Nuchanart, maka hidupku akan lebih menyedihkan karena kamu,” kata Tana. Lalu dia menanyakan tentang hasil pertemuan Wutta dengan Green Dream tadi.

“Itu baik- baik saja. Tuan Thawat ada didalam tanganku,” balas Wutta dengan percaya diri.
“Kamu melakukan itu?”

“Terima kasih untuk informasimu. Jadi dimana dia, orang yang kamu pikir bisa membantu kita?” tanya Wutta.



Nenek membawa Vi ke café. Dan karena itu, Vi menjadi agak curiga serta heran, kenapa tiba-tiba Nenek ingin makan bersama dengannya. Lalu Nenek pun menjelaskan bahwa dia mau mengadakan kencan buta, tapi bukan untuk Vi.

“Oh.. mom, biarkan Nok sendirian,” kata Vi.

“Jadi apa? Haruskah aku membiarkan dia mengikuti kesalahanmu? Aku tidak akan membiarkan itu terjadi,” balas Nenek. Dan Vi pun menghela nafas.



Tepat disaat itu Tana bersama Wutta datang. Disana Tana memperkenalkan anaknya kepada Nenek (Malinee) dan kepada Vi (Visaka). Lalu dengan sopan, Wutta memberikan salam kepada mereka berdua. Dan Vi pindah duduk di samping Nenek.

Lalu Nenek dan Tana mulai mengobrol mengenai rencana mereka sambil tertawa. Dan mengetahui bahwa Wutta yang akan menjadi penerus Tana nantinya dan sedang mempersiapkan kerja sama dengan Green Dream. Nenek tampak sangat senang.

Sementara Vi hanya diam saja mendengarkan semua itu.



Dikantor. Nok memberitahukan idenya kepada Nai. Menurutnya, ide Nai membuat furniture untuk menghasilkan uang itu bagus, tapi itu tidak menjadi populer. Jadi Nok mau memperluas pasar untuk produk daur ulang. Dan Nok akan melanjutkan ide Ayahnya yang menginginkan untuk membuat produk 100% dari sampah daur ulang. Lalu mendengar ide Nok itu, Nai hanya tersenyum saja.

“Mengapa kamu bersikap seperti ideku tidak bagus sama sekali,” keluh Nok, melihat Nai yang hanya tersenyum.

“Aku tersenyum karena aku percaya kalau Ayahmu akan sangat bangga padamu. Seperti aku,” balas Nai.



Lalu saat Nai menyetujui idenya itu, maka Nok pun meminta izin untuk pergi keluar setengah hari. Karena dia mau mencari ide baru. Dan Nai pun setuju, lalu dia berdiri dan menanyakan apa mereka harus pergi sekarang.

“Apa aku memintamu untuk menenaminku?” tanya Nok sambil tersenyum dengan heran.

“Akulah yang akan memutuskan nya nanti. Jadi bukankah ini ide yang bagus untuk menghemat waktu?” balas Nai. Dan dengan senang hati, Nok pun setuju. Lalu mereka pun pergi bersama.



Wutta memuji Nok yang begitu hebat, karena Nok bisa  menjawab segala detail yang penting. Lalu Wutta mengatakan bahwa itu pasti diwarikan dari Nenek dan Tante Vi yang cantik. Dan mendengar itu, Nenek pun tertawa dengan senang.

Lalu disaat itu, Nenek melihat ada kesibukan yang terjadi direstoran. Jadi Nenek pun bertanya. Dan Tana menjelaskan bahwa saat ini mereka sedang merekam video untuk memperkenalkan restoran mereka ini.



Kemudian Nuchanart datang mendekati mereka sambil membawa Pen yang menjadi model mereka hari ini, karena Pen mengatakan ingin menyapa mereka. Dan melihat kehadiran Pen, Nenek pun menjadi kesal dan emosi, tapi Vi menahan Nenek, karena saat ini Nenek sedang berada di depan teman. Jadi Nenek pun menahan dirinya.

Dengan sikap sangat sopan, Pen menyapa dan memperkenalkan dirinya kepada mereka semua. Dan saat dia melihat Nenek serta Vi, Pen memberikan salam kepada mereka semua. Lalu melihat itu, Tana pun bertanya apa Pen merupakan cucu mereka. Dan dengan segera, Nenek menjawab tidak. tapi Pen menjawab iya.

“Dia adalah putri dari pelayan yang bekerja di tempat menantuku,” jelas Nenek.

“Bibi mengangkat Penny sebagai anaknya. Jadi aku merasa seperti aku adalah bagian dari keluargamu,” balas Pen.



“Hm… gadis ini ya, bergantung pada putri dan menantu ku untuk menjadi seperti ini, tapi dia menusuk kami dari belakang,” kata Nenek kepada Tana. Dan Pen pun ingin membalas dan menjelaskan kepada Tana, tapi Vi memotong.

“Bukankah kamu datang kesini untuk bekerja? Bukankah disini adalah tempat kerjamu. Jika kamu mau memperkenalkan diri, kamu harus pergi ke tempat yang berbeda. Itu akan membuat boss mu menjadi lebih senang. Apa itu benar, Tana?” tanya Vi. Dan dengan canggung, Tana pun tersenyum tanda ‘iya’.


Walaupun kesal, tapi Pen tidak bisa lagi berbicara. Dan Nuchanart pun mengajak Pen untuk mengikuti nya ke ruang make-up. Lalu Pen permisi untuk bekerja pada mereka semua. Namun setelah berjalan sedikit jauh, Pen berbalik dan menatap kesal kearah Vi serta Nenek.



Diperpustakaan. Nok menanyakan pendapat Nai mengenai produk furniture yang harus mereka gunakan pada acara pelelangan. Sebuah prioduk yang mengesankan. Sehingga setiap orang yang melihatnya akan ‘Woaah… apa ini benar- benar dibuat dari sampah daur ulang.’ Dan mendengar itu, Nai tertawa.

Lalu dengan heran, Nok pun menanyakan kenapa Nai tertawa. Dan Nai menjawab bahwa itu karena cara Nok mengatakannya. Setelah itu, Nok pun membalas bahwa dia mau mencari buku.


“Woaah… apa ini dibuat dari bahan daur ulang?” kata Nai, mengulangin kata- kata Nok sebelumnya dan tertawa. Lalu dengan serius, Nok memandang serta memperingati Nai. Sehingga karena itu, maka Nai pun langsung diam.


Berdua. Mereka mulai berkeliling dan mencari buku. Dan dengan perhatian, Nai membantu serta menahan Nok yang mau mengambil buku di rak paling atas, sehingga Nok pun tidak terjatuh. Lalu bersama mereka mulai membaca buku yang mereka ambil masing- masing.



Dan secara diam- diam, Nai memandang ke arah Nok yang sedang fokus membaca. Lalu menyadari hal itu, Nok pun memandangin Nai balik. Tapi dengan segera Nai langsung mengalihkan pandangannya dan membaca buku yang berada ditangannya.



Setelah selesai membaca buku pertama, Nok mulai mencari lagi buku baru yang mau dibaca nya. Dan secara diam- diam, Nok memandang ke arah Nai yang berdiri disampingnya. Lau menyadari hal itu, Nai pun memandangin Nok balik. Tapi dengan segera Nok langsung berbalik dan mengalihkan pandangannya, namun tanpa sengaja Nok malah menabrak orang dibelakangnya.



Lalu Nok pun meminta maaf kepada orang tersebut dan berbalik untuk pergi, namun tanpa sengaja dia malah menabrak Nai. Dan Nai pun tertawa, melihat sikap Nok yang tampak lucu itu.

“Kamu pikir itu lucu?” kata Nok sambil memukul pelan Nai.

“Mengapa kamu memukuli ku?” balas Nai sambil tetap tertawa.

“Karena kamu mengetawaiku,” balas Nok.


Melalui telpon, Wutta dengan penuh percaya diri mengatakan kepada Ibunya agar tidak perlu khawatir, karena Nok tidak akan bisa lepas dari tangannya. Lalu setelah itu, Wutta pun mematikan telponnya.


Tepat disaat itu, Pen datang dari arah belakang dan memanggi namanya, sehingga Wutta pun berhenti berjalan. Lalu ketika telah berada di dekat Wutta, Pen menanyakan dimana Nenek serta Tante Vi berada. Dan Wutta pun menjawab bahwa mereka telah pulang.

Lalu Pen menjelaskan bahwa dia tidak menyetir ketika ke sini, jadi dia ingin menumpang sama mereka berdua ke apatermen, sebab dia tidak merasa aman kalau naik taksi. Dan Wutta pun menawarkan diri untuk mengantar kan Pen.



Didalam mobil. Pen mengatakan kepada Wutta bahwa Nenek memang tidak menyukainya. Dan untuk Nok, dia merasa bangga bisa memiliki seorang sepupu yang hebat seperti Nok dan dia ingin menjadi seperti Nok, sehingga dia bisa bertemu dengan orang kaya serta menantang diri sendiri.

“Kamu kelihatannya suka tantangan ya?” tanya Wutta sambil memandangin Pen.

“Itu membuat hidup kita lebih menarik. Bagaimana denganmu, Wutta? Apa kamu suka tantangan?” tanya Pen sambil menyilangkan kakinya.



Dan tentu saja dengan senang hati, Wutta mengiyakan. Lalu dia mengelus paha mulus Pen dan melihat itu, Pen tersenyum serta mengajak Wutta untuk segera berangkat.



Dirumah. Nok mengajak Nai ke ruang tamu dan mempersilahkan Nai untuk duduk di sofa. Lalu setelah itu Nok meminta agar Nai mendengarkan presentasi yang telah dibuatnya. Dan setelah Nok selesai membacakan pembukaan untuk presentasinya, Nai mengomentari bahwa itu bagus.

“Hanya itu saja?” tanya Nok tidak percaya. Dan Nai tersenyum, mengiyakan. Lalu dengan kesal, Nok pun meminta Nai untuk memberikan pendapat.

“Apa kamu yakin mau aku berkomentar?” tanya Nai.

“Aku hanya ingin membawakan yang terbaik saat rapat. Jadi bisakah kamu tolong serius?” balas Nok dengan kesal. Lalu dia mau membereskan barang- barangnya dan pergi.



Namun dengan segera Nai menahan Nok dan meminta maaf. “Aku tidak bisa menahan senyum ku ketika aku melihat kamu. Aku akan memberikan kamu pendapat. Jadi bisakah kita mulai sekarang?” tanya Nai. Dan dengan kesal, Nok membuang muka dengan raut cemberut.

Nai lalu memeganging dagu Nok dan mengarahkan pandangan Nok kepadanya. Dan bertanya sekali lagi, apa mereka bisa mulai sekarang. Lalu karena bujukan Nai itu, maka akhirnya Nok pun luluh.



Lalu Nok mulai kembali mempresentasikan apa yang telah dibuatnya. Dan dengan serius, Nai mendengarkan sambil sekali- kali memberikan komentar untuk Nok. Bahkan ketika hape nya berbunyi, Nai langsung mematikan hape nya.



Khae berjalan dengan gelisah, karena Nai tidak mengangkat telponnya. Dan tepat disaat itu, Wat datang ke tempatnya sambil membawakan sebuket bunga untuknya. Jadi sambil berusaha untuk bersikap biasa, Khae tersenyum dan berterima kasih untuk bunga yang Wat bawakan untuknya.

“Bagaimana keadaanmu?” tanya Wat.

“Aku baik. Terima kasih atas kepedulianmu,” jawab Khae.

“Khae, jika kamu tidak sibuk hari ini… “ kata Wat.

“Aku minta maaf, tapi aku capek. Aku harus pergi sekarang,” balas Khae dan ingin pergi.



Tapi dengan segera, Wat menahan Khae dan mengatakan bahwa alasan dia ke sini adalah karena dia merindukan Khae. Serta tidak peduli apapun yang Khae pikirkan saat ini, tapi yang pasti dia akan selalu menunggu Khae.

“Aku minta maaf, tapi aku tidak bisa memberitahu berapa lama kamu harus menunggu,” kata Khae.

“Aku pernah memenangkan hatimu sekali. Jadi jika kamu bisa memberiku kesempatan, maka percayalah bahwa aku bisa membuat kamu mencintai ku sekali lagi,” balas Wat. Dan setelah itu, dia menyentuh wajah Khae serta meminta Khae untuk menjaga diri. Kemudian Wat pergi dari sana.



Dan ketika Wat telah pergi, Khae kembali mencoba untuk menghubungin Nai. Pas disaat itu, Wat yang baru menaiki eskalator, dia melihat hal itu, tapi dia tidak tahu siapa yang Khae hubungin.



Wes mengetuk pintu apatermen Pen, tapi tidak ada jawaban. Jadi dia menelpon ke hape Pen, tapi karena Pen sedang tidur bersama dengan Wutta, maka Pen tidak mendengar serta tidak mengangkatnya.

Lalu karena itu, Wes pun duduk di depan pintu apatermen Pen. Ditangannya dia memegang sebuah kotak hitam kecil, seperti kotak cincin. Dan dia duduk menunggu disana, sampai hari gelap. Hingga akhirnya dia ketiduran.



Akhirnya Nok selesai mengerjakan tugasnya. Dan Nai membantu Nok. Lalu sambil bekerja, Nai mengatakan kepada Nok untuk tenang saja, karena segalanya akan berjalan baik. Dan Nok membalas bahwa Nai pasti orang yang sangat percaya diri.

“Jika aku memberitahu mu bahwa aku telah menunggu seseorang selama bertahun- tahun. Apa kamu pikir aku cukup sabar?” tanya Nai sambil tersenyum menatap Nok. Dan tanpa bisa menjawab, Nok hanya diam. Lalu mereka kembali lanjut bekerja lagi.



Nok menghubungin Wat, tapi dengan sengaja Wat tidak mengangkatnya. Karena dia sedang sibuk menunggu dan memperhatikan Khae dari dalam mobil.


Dan karena telponnya tidak diangkat, maka Nok pun mau pergi menemui Ayahnya. Tapi Nai menahan Nok dan menanyakan kemana Nok akan pergi. Dan Nok pun menjelaskan bahwa dia tidak ingin Ayahnya dan Khae bertemu, sebelum dia yakin kalau Khae adalah wanita yang baik.

Tepat disaat itu, Vi pulang. Dan dia menghalangin Nok yang mau pergi. Lalu karena itu, maka Nai pun keluar dari dalam ruangan dan meninggalkan mereka berdua.



“Aku tidak bodoh, mom. Ayah tidak tau apa- apa tentang Pimolkhae. Kamu tidak tahu bagaimana tipuannya. Dia pura- pura menangis untuk mengfitnahku. Dia bahkan tersenyum mengejekku. Dia akan melukai Ayah suatu hari nanti,” kata Nok dengan cepat.

“Jika Ayahmu memilih dia, maka dia yang akan menerima hasilnya. Nok. Kamu tidak bisa mengkontrol siapapun. Karena kamu bahkan tidak bisa mengkontrol dirimu sendiri. Kamu akan selalu kalah,” balas Vi.

“Aku tidak akan pernah kalah.”

“Siapa yang menangis karena Ayah tidak mendukungnya? Siapa yang marah karena kalah dari si ‘Wanita cantik’ itu? Siapa? Beritahu aku?”



Nok tidak mengerti dengan maksud Vi. Dan lalu Vi pun menjelaskan bahwa jika Nok mudah marah, maka Nok akan kalah, karena setiap orang akan bisa melihat kelemahan Nok.

“Seseorang yang bisa mengerti dirinya sendiri dan musuhnya yang bisa bertarung. Tapi apa kamu mengetahui tentang kelemahannya? Jawabannya adalah ‘Tidak’. Kamu kalah. Kamu pasti kalah,” jelas Vi. Dan mendengar itu, Nok pun mulai berpikir.


Lalu setelah itu dengan senang, Nok menciumin pipi Vi dan berterima kasih. Bahkan Nok memeluk Vi juga. Dan hal itu pun membuat Vi menjadi heran, kenapa Nok tiba- tiba seperti itu, tapi Nok tidak menjelaskan.

Post a Comment

Previous Post Next Post