Network : Channel 3
Jomyuth menyerahkan dokumen pekerjaan baru
kepada Nok. Dan menerima itu Nok pun menjadi heran, namun sebelum dia sempat
bertanya. Nai langsung menjelaskan bahwa itu adalah data kampanye yang mereka
buat dua tahun lalu dan dia ingin Nok mempelajarinya.
“Tapi sekarang aku sedang mengerjakan S.J,”
kata Nok.
“Jomyuth yang akan mengerjakan S.J,” balas
Nai.
Mendengar itu, Jomyuth langsung melotot
kepada Nai, karena terkejut. Dan tanpa mengatakan apapun Nai menatap tajam
kepada Jomyuth sebagai kode. Lalu mengerti akan hal itu, maka Jomyuth
mengiyakan.
“Tapi ini tugasku,” protes Nok.
“Sejujurnya, itu adalah tugasku,” balas
Jomyuth.
“Mengapa ini adalah tugasmu? Ketika…”
“Begini, Khun Nok. Green Dream seperti
sebuah tubuh yang mana memiliki tangan yang dikontrol oleh otak. Dan Nona Nok,
kamu adalah otaknya,” jelas Jomyuth, lalu menatap kepada Nai. “Hmm… lagian ini
adalah pekerjaan yang mudah, jadi biarkan aku melakukannya. Jadi kamu akan
memiliki waktu lebih untuk dihabiskan pada Green Dream,” kata Jomyuth.
“Baiklah. Terserah kamu,” balas Nok.
“Dengan senang hati,” balas Jomyuth sambil
membungkuk dengan sopan.
Lalu setelah itu, Jomyuth berjalan
mendekati Nai dan berbisik, dia menanyakan apa yang dilakukannya benar. Dan Nai
mengiyakan, lalu Nai menanyakan tentang dokumen tahun berapa yang Jomyuth
berikan kepada Nok. Kemudian saat mengetahui kalau Jomyuth membawakan dokumen
tahun 2016, Nai menyuruh Jomyuth untuk membawakan juga dokumen tahun pertama
dan memberikannya kepada Nok.
“Apa itu tidak terlalu banyak untuk dia?”
tanya Jomyuth.
“Lakukan saja,” balas Nai.
Nok yang kebetulan melihat sikap aneh
mereka berdua pun menjad heran dan bertanya. Dan tanpa menjawab, Jomyuth
langsung berbicara dengan keras bahwa sekarang adalah waktunya untuk bekerja
dengan keras, jadi dia harus pergi.
Lalu setelah Jomyuth keluar, Nok mendekati
Nai dan menanyakan tentang apa ada sesuatu yang terjadi pada Nai serta Wutta
saat sekolah. Karena Nok merasa seperti Nai sedang mencoba untuk menjauhkan nya
dari bekerja dengan Wutta.
“Aku tidak bermaksud seperti itu. Bekerja
langsung dengan S.J bukan cara yang bagus untuk membuktikan dengan Dewan bahwa
kamu pantas untuk posisi Wakil ketua Green Dream. Jika kamu tidak bisa
menunjukan kemampuan aslimu, posisi Wakil ketua akan menjadi milik orang lain,”
jelas Nai, mengelak.
Dengan curiga, Nok menebak bahwa Nai
sengaja melakukan hal ini karena alasan yang lain. Dan Nai pun menjelaskan
bahwa dia mendapatkan posisi Wakil ketua, karena kampanye ini, jadi jika Nok
mau coba membaca semua dokumen yang ada serta mencoba mengetes proses
pekerjaannya, maka kampanye ini akan menjadi kesempatan yang bagus untuk Nok.
“Bagaimana pun, jika ide mu tidak sebagus
sepertiku. Kemudian kamu akan kalah,” kata Nai untuk memancing semangat Nok.
“Aku tidak pernah kenal apa itu kalah,”
balas Nok, terpancing. Lalu dengan bersemangat, dia kembali ke meja nya sendiri
dan mulai bekerja. Dan melihat itu, Nai tersenyum senang.
Wutta kembali ke kantornya sendiri. Disana
ternyata ada Nuchanart (Nart) yang merupakan salah satu karyawan Ibunya diperusahaan
S.J. Dengan sikap kurang ajar dan genit, Wutta mengatakan kepada Nart bahwa dia
memiliki posisi yang cocok untuk Nart.
“Aku suka melakukan pekerjaan ku didalam
terang, bukan tempat yang tersembunyi,” balas Nart. (maksudnya dia suka
pekerjaan yang jelas seperti ini, bukan pekerjaan kotor).
“Tapi aku pikir bahwa kamu harusnya menjaga
ku lebih baik. Karena suatu hari saat Ibuku pensiun, kamu akan menjadi
milikku,” kata Wutta sambil mengelus wajah Nart dan menarik Nart mendekat
padanya.
Dan dengan kesal, Nart melepaskan dirinya.
“Jika hari itu tiba. Pergi adalah pilihanku.”
Tepat disaat itu, Somjintana (Tana) datang.
Dengan tegas dia menanyakan kepada Wutta tentang siapa yang selama ini membantu
Wutta untuk menyelesaikan semua masalah yang
Wutta perbuat. Dan Wutta tidak bisa menjawab pertanyaan Ibunya.
“Jika bukan karena pertolongan Nuchanart,
maka hidupku akan lebih menyedihkan karena kamu,” kata Tana. Lalu dia
menanyakan tentang hasil pertemuan Wutta dengan Green Dream tadi.
“Itu baik- baik saja. Tuan Thawat ada didalam
tanganku,” balas Wutta dengan percaya diri.
“Kamu melakukan itu?”
“Terima kasih untuk informasimu. Jadi
dimana dia, orang yang kamu pikir bisa membantu kita?” tanya Wutta.
Nenek membawa Vi ke café. Dan karena itu,
Vi menjadi agak curiga serta heran, kenapa tiba-tiba Nenek ingin makan bersama
dengannya. Lalu Nenek pun menjelaskan bahwa dia mau mengadakan kencan buta,
tapi bukan untuk Vi.
“Oh.. mom, biarkan Nok sendirian,” kata Vi.
“Jadi apa? Haruskah aku membiarkan dia
mengikuti kesalahanmu? Aku tidak akan membiarkan itu terjadi,” balas Nenek. Dan
Vi pun menghela nafas.
Tepat disaat itu Tana bersama Wutta datang.
Disana Tana memperkenalkan anaknya kepada Nenek (Malinee) dan kepada Vi
(Visaka). Lalu dengan sopan, Wutta memberikan salam kepada mereka berdua. Dan
Vi pindah duduk di samping Nenek.
Lalu Nenek dan Tana mulai mengobrol
mengenai rencana mereka sambil tertawa. Dan mengetahui bahwa Wutta yang akan
menjadi penerus Tana nantinya dan sedang mempersiapkan kerja sama dengan Green
Dream. Nenek tampak sangat senang.
Sementara Vi hanya diam saja mendengarkan
semua itu.
Dikantor. Nok memberitahukan idenya kepada
Nai. Menurutnya, ide Nai membuat furniture untuk menghasilkan uang itu bagus,
tapi itu tidak menjadi populer. Jadi Nok mau memperluas pasar untuk produk daur
ulang. Dan Nok akan melanjutkan ide Ayahnya yang menginginkan untuk membuat
produk 100% dari sampah daur ulang. Lalu mendengar ide Nok itu, Nai hanya
tersenyum saja.
“Mengapa kamu bersikap seperti ideku tidak
bagus sama sekali,” keluh Nok, melihat Nai yang hanya tersenyum.
“Aku tersenyum karena aku percaya kalau
Ayahmu akan sangat bangga padamu. Seperti aku,” balas Nai.
Lalu saat Nai menyetujui idenya itu, maka
Nok pun meminta izin untuk pergi keluar setengah hari. Karena dia mau mencari
ide baru. Dan Nai pun setuju, lalu dia berdiri dan menanyakan apa mereka harus
pergi sekarang.
“Apa aku memintamu untuk menenaminku?”
tanya Nok sambil tersenyum dengan heran.
“Akulah yang akan memutuskan nya nanti.
Jadi bukankah ini ide yang bagus untuk menghemat waktu?” balas Nai. Dan dengan
senang hati, Nok pun setuju. Lalu mereka pun pergi bersama.
Wutta memuji Nok yang begitu hebat, karena
Nok bisa menjawab segala detail yang
penting. Lalu Wutta mengatakan bahwa itu pasti diwarikan dari Nenek dan Tante
Vi yang cantik. Dan mendengar itu, Nenek pun tertawa dengan senang.
Lalu disaat itu, Nenek melihat ada
kesibukan yang terjadi direstoran. Jadi Nenek pun bertanya. Dan Tana
menjelaskan bahwa saat ini mereka sedang merekam video untuk memperkenalkan
restoran mereka ini.
Kemudian Nuchanart datang mendekati mereka
sambil membawa Pen yang menjadi model mereka hari ini, karena Pen mengatakan
ingin menyapa mereka. Dan melihat kehadiran Pen, Nenek pun menjadi kesal dan
emosi, tapi Vi menahan Nenek, karena saat ini Nenek sedang berada di depan
teman. Jadi Nenek pun menahan dirinya.
Dengan sikap sangat sopan, Pen menyapa dan
memperkenalkan dirinya kepada mereka semua. Dan saat dia melihat Nenek serta
Vi, Pen memberikan salam kepada mereka semua. Lalu melihat itu, Tana pun
bertanya apa Pen merupakan cucu mereka. Dan dengan segera, Nenek menjawab
tidak. tapi Pen menjawab iya.
“Dia adalah putri dari pelayan yang bekerja
di tempat menantuku,” jelas Nenek.
“Bibi mengangkat Penny sebagai anaknya.
Jadi aku merasa seperti aku adalah bagian dari keluargamu,” balas Pen.
“Hm… gadis ini ya, bergantung pada putri
dan menantu ku untuk menjadi seperti ini, tapi dia menusuk kami dari belakang,”
kata Nenek kepada Tana. Dan Pen pun ingin membalas dan menjelaskan kepada Tana,
tapi Vi memotong.
“Bukankah kamu datang kesini untuk bekerja?
Bukankah disini adalah tempat kerjamu. Jika kamu mau memperkenalkan diri, kamu
harus pergi ke tempat yang berbeda. Itu akan membuat boss mu menjadi lebih
senang. Apa itu benar, Tana?” tanya Vi. Dan dengan canggung, Tana pun tersenyum
tanda ‘iya’.
Walaupun kesal, tapi Pen tidak bisa lagi
berbicara. Dan Nuchanart pun mengajak Pen untuk mengikuti nya ke ruang make-up.
Lalu Pen permisi untuk bekerja pada mereka semua. Namun setelah berjalan
sedikit jauh, Pen berbalik dan menatap kesal kearah Vi serta Nenek.
Diperpustakaan. Nok menanyakan pendapat Nai
mengenai produk furniture yang harus mereka gunakan pada acara pelelangan. Sebuah
prioduk yang mengesankan. Sehingga setiap orang yang melihatnya akan ‘Woaah… apa ini benar- benar dibuat dari
sampah daur ulang.’ Dan mendengar itu, Nai tertawa.
Lalu dengan heran, Nok pun menanyakan
kenapa Nai tertawa. Dan Nai menjawab bahwa itu karena cara Nok mengatakannya.
Setelah itu, Nok pun membalas bahwa dia mau mencari buku.
“Woaah… apa ini dibuat dari bahan daur
ulang?” kata Nai, mengulangin kata- kata Nok sebelumnya dan tertawa. Lalu
dengan serius, Nok memandang serta memperingati Nai. Sehingga karena itu, maka
Nai pun langsung diam.
Berdua. Mereka mulai berkeliling dan
mencari buku. Dan dengan perhatian, Nai membantu serta menahan Nok yang mau
mengambil buku di rak paling atas, sehingga Nok pun tidak terjatuh. Lalu
bersama mereka mulai membaca buku yang mereka ambil masing- masing.
Dan secara diam- diam, Nai memandang ke
arah Nok yang sedang fokus membaca. Lalu menyadari hal itu, Nok pun memandangin
Nai balik. Tapi dengan segera Nai langsung mengalihkan pandangannya dan membaca
buku yang berada ditangannya.
Setelah selesai membaca buku pertama, Nok
mulai mencari lagi buku baru yang mau dibaca nya. Dan secara diam- diam, Nok
memandang ke arah Nai yang berdiri disampingnya. Lau menyadari hal itu, Nai pun
memandangin Nok balik. Tapi dengan segera Nok langsung berbalik dan mengalihkan
pandangannya, namun tanpa sengaja Nok malah menabrak orang dibelakangnya.
Lalu Nok pun meminta maaf kepada orang tersebut
dan berbalik untuk pergi, namun tanpa sengaja dia malah menabrak Nai. Dan Nai
pun tertawa, melihat sikap Nok yang tampak lucu itu.
“Kamu pikir itu lucu?” kata Nok sambil
memukul pelan Nai.
“Mengapa kamu memukuli ku?” balas Nai
sambil tetap tertawa.
“Karena kamu mengetawaiku,” balas Nok.
Melalui telpon, Wutta dengan penuh percaya
diri mengatakan kepada Ibunya agar tidak perlu khawatir, karena Nok tidak akan
bisa lepas dari tangannya. Lalu setelah itu, Wutta pun mematikan telponnya.
Tepat disaat itu, Pen datang dari arah
belakang dan memanggi namanya, sehingga Wutta pun berhenti berjalan. Lalu
ketika telah berada di dekat Wutta, Pen menanyakan dimana Nenek serta Tante Vi
berada. Dan Wutta pun menjawab bahwa mereka telah pulang.
Lalu Pen menjelaskan bahwa dia tidak
menyetir ketika ke sini, jadi dia ingin menumpang sama mereka berdua ke
apatermen, sebab dia tidak merasa aman kalau naik taksi. Dan Wutta pun
menawarkan diri untuk mengantar kan Pen.
Didalam mobil. Pen mengatakan kepada Wutta
bahwa Nenek memang tidak menyukainya. Dan untuk Nok, dia merasa bangga bisa
memiliki seorang sepupu yang hebat seperti Nok dan dia ingin menjadi seperti
Nok, sehingga dia bisa bertemu dengan orang kaya serta menantang diri sendiri.
“Kamu kelihatannya suka tantangan ya?” tanya
Wutta sambil memandangin Pen.
“Itu membuat hidup kita lebih menarik.
Bagaimana denganmu, Wutta? Apa kamu suka tantangan?” tanya Pen sambil
menyilangkan kakinya.
Dan tentu saja dengan senang hati, Wutta
mengiyakan. Lalu dia mengelus paha mulus Pen dan melihat itu, Pen tersenyum
serta mengajak Wutta untuk segera berangkat.
Dirumah. Nok mengajak Nai ke ruang tamu dan
mempersilahkan Nai untuk duduk di sofa. Lalu setelah itu Nok meminta agar Nai
mendengarkan presentasi yang telah dibuatnya. Dan setelah Nok selesai
membacakan pembukaan untuk presentasinya, Nai mengomentari bahwa itu bagus.
“Hanya itu saja?” tanya Nok tidak percaya.
Dan Nai tersenyum, mengiyakan. Lalu dengan kesal, Nok pun meminta Nai untuk
memberikan pendapat.
“Apa kamu yakin mau aku berkomentar?” tanya
Nai.
“Aku hanya ingin membawakan yang terbaik
saat rapat. Jadi bisakah kamu tolong serius?” balas Nok dengan kesal. Lalu dia
mau membereskan barang- barangnya dan pergi.
Namun dengan segera Nai menahan Nok dan
meminta maaf. “Aku tidak bisa menahan senyum ku ketika aku melihat kamu. Aku
akan memberikan kamu pendapat. Jadi bisakah kita mulai sekarang?” tanya Nai.
Dan dengan kesal, Nok membuang muka dengan raut cemberut.
Nai lalu memeganging dagu Nok dan
mengarahkan pandangan Nok kepadanya. Dan bertanya sekali lagi, apa mereka bisa
mulai sekarang. Lalu karena bujukan Nai itu, maka akhirnya Nok pun luluh.
Lalu Nok mulai kembali mempresentasikan apa
yang telah dibuatnya. Dan dengan serius, Nai mendengarkan sambil sekali- kali
memberikan komentar untuk Nok. Bahkan ketika hape nya berbunyi, Nai langsung
mematikan hape nya.
Khae berjalan dengan gelisah, karena Nai
tidak mengangkat telponnya. Dan tepat disaat itu, Wat datang ke tempatnya
sambil membawakan sebuket bunga untuknya. Jadi sambil berusaha untuk bersikap
biasa, Khae tersenyum dan berterima kasih untuk bunga yang Wat bawakan
untuknya.
“Bagaimana keadaanmu?” tanya Wat.
“Aku baik. Terima kasih atas kepedulianmu,”
jawab Khae.
“Khae, jika kamu tidak sibuk hari ini… “
kata Wat.
“Aku minta maaf, tapi aku capek. Aku harus
pergi sekarang,” balas Khae dan ingin pergi.
Tapi dengan segera, Wat menahan Khae dan
mengatakan bahwa alasan dia ke sini adalah karena dia merindukan Khae. Serta
tidak peduli apapun yang Khae pikirkan saat ini, tapi yang pasti dia akan
selalu menunggu Khae.
“Aku minta maaf, tapi aku tidak bisa
memberitahu berapa lama kamu harus menunggu,” kata Khae.
“Aku pernah memenangkan hatimu sekali. Jadi
jika kamu bisa memberiku kesempatan, maka percayalah bahwa aku bisa membuat
kamu mencintai ku sekali lagi,” balas Wat. Dan setelah itu, dia menyentuh wajah
Khae serta meminta Khae untuk menjaga diri. Kemudian Wat pergi dari sana.
Dan ketika Wat telah pergi, Khae kembali
mencoba untuk menghubungin Nai. Pas disaat itu, Wat yang baru menaiki eskalator,
dia melihat hal itu, tapi dia tidak tahu siapa yang Khae hubungin.
Wes mengetuk pintu apatermen Pen, tapi
tidak ada jawaban. Jadi dia menelpon ke hape Pen, tapi karena Pen sedang tidur
bersama dengan Wutta, maka Pen tidak mendengar serta tidak mengangkatnya.
Lalu karena itu, Wes pun duduk di depan
pintu apatermen Pen. Ditangannya dia memegang sebuah kotak hitam kecil, seperti
kotak cincin. Dan dia duduk menunggu disana, sampai hari gelap. Hingga akhirnya
dia ketiduran.
Akhirnya Nok selesai mengerjakan tugasnya.
Dan Nai membantu Nok. Lalu sambil bekerja, Nai mengatakan kepada Nok untuk
tenang saja, karena segalanya akan berjalan baik. Dan Nok membalas bahwa Nai
pasti orang yang sangat percaya diri.
“Jika aku memberitahu mu bahwa aku telah
menunggu seseorang selama bertahun- tahun. Apa kamu pikir aku cukup sabar?”
tanya Nai sambil tersenyum menatap Nok. Dan tanpa bisa menjawab, Nok hanya
diam. Lalu mereka kembali lanjut bekerja lagi.
Nok menghubungin Wat, tapi dengan sengaja
Wat tidak mengangkatnya. Karena dia sedang sibuk menunggu dan memperhatikan
Khae dari dalam mobil.
Dan karena telponnya tidak diangkat, maka
Nok pun mau pergi menemui Ayahnya. Tapi Nai menahan Nok dan menanyakan kemana
Nok akan pergi. Dan Nok pun menjelaskan bahwa dia tidak ingin Ayahnya dan Khae
bertemu, sebelum dia yakin kalau Khae adalah wanita yang baik.
Tepat disaat itu, Vi pulang. Dan dia
menghalangin Nok yang mau pergi. Lalu karena itu, maka Nai pun keluar dari
dalam ruangan dan meninggalkan mereka berdua.
“Aku tidak bodoh, mom. Ayah tidak tau apa-
apa tentang Pimolkhae. Kamu tidak tahu bagaimana tipuannya. Dia pura- pura
menangis untuk mengfitnahku. Dia bahkan tersenyum mengejekku. Dia akan melukai
Ayah suatu hari nanti,” kata Nok dengan cepat.
“Jika Ayahmu memilih dia, maka dia yang
akan menerima hasilnya. Nok. Kamu tidak bisa mengkontrol siapapun. Karena kamu
bahkan tidak bisa mengkontrol dirimu sendiri. Kamu akan selalu kalah,” balas
Vi.
“Aku tidak akan pernah kalah.”
“Siapa yang menangis karena Ayah tidak
mendukungnya? Siapa yang marah karena kalah dari si ‘Wanita cantik’ itu? Siapa?
Beritahu aku?”
Nok tidak mengerti dengan maksud Vi. Dan
lalu Vi pun menjelaskan bahwa jika Nok mudah marah, maka Nok akan kalah, karena
setiap orang akan bisa melihat kelemahan Nok.
“Seseorang yang bisa mengerti dirinya
sendiri dan musuhnya yang bisa bertarung. Tapi apa kamu mengetahui tentang
kelemahannya? Jawabannya adalah ‘Tidak’. Kamu kalah. Kamu pasti kalah,” jelas
Vi. Dan mendengar itu, Nok pun mulai berpikir.
Lalu setelah itu dengan senang, Nok
menciumin pipi Vi dan berterima kasih. Bahkan Nok memeluk Vi juga. Dan hal itu
pun membuat Vi menjadi heran, kenapa Nok tiba- tiba seperti itu, tapi Nok tidak
menjelaskan.
Tags:
Game Sanaeha