Network : Channel 3
Nai bersama dengan Wutta mengunjungin kantor Wat. Disana
Wutta dan Wat sibuk mengobrol, sementara Nai hanya diam saja sambil memandangin
Wutta dengan tajam. Lalu menyadari hal itu, Wutta hanya tersenyum.
Kemudian Wutta mulai melihat- lihat dokumen kerja
untuk kampanye. Dan ketika dia melihat data Khae yang menjadi perwakilan dari
Green Dream. Dia memandang ke arah Nai, lalu kepada Wat dia memuji bahwa itu
adalah pilihan yang bagus.
Diruangan kantor. Nenek membangga- banggakan Wutta
kepada Nok. Dia mengatakan bahwa Wutta sangat cocok dan sempurna untuk Nok.
Lalu mendengar itu, Nok tersenyum dan bertanya apa maksud Nenek, Wutta bagus
dalam hal reputasi dan status. Dan Nenek membenarkan.
“Tapi Nok tidak menyukai dia, Nenek,” kata Nok.
“Hei… dia pria yang baik, siap untuk kamu pilih,
mengapa kamu tidak suka?” balas Nenek dengan heran.
“Mengapa Nenek yakin bahwa dia adalah pria yang
baik?”
“Aku mau mendukung siapapun, makanya aku melihat
dan telah mencari tahu terlebih dahulu. Aku sangat berhati- hati.”
Dikantor. Tana menyuruh Nart untuk mencari tahu
tentang hubungan Nok dan Nai, karena dia tahu bahwa Nart dan Nai cukup dekat.
Dan Nart membalas bahwa dia dan Nai hanyalah sekedar kenalan biasa.
“Aku harap, aku tidak mempercayai orang yang
salah,” kata Tana.
“Saya tidak pernah lupa. Anda adalah orang yang
telah memberikan kesempatan untuk anak panti seperti saya,” balas Nart. Dan
Tana tersenyum.
“Situasi ekonomi seperti ini. SJ butuh partner
yang bisa membantunya. Green Dream bisa membantu kita,” kata Tana.
“Pria seperti Wutta adalah seseorang yang bisa
mendukung kamu, bukan yang lain,” kata Nenek kepada Nok. Dan Nok meminta agar
Nenek tidak bicara seperti itu serta dia membela Nai.
Mendengar Nok yang membela Nai, Nenek langsung
mengatakan bahwa ketika dia memarahi Nai dulu, Nok menolong Nai dan mengatakan
bahwa itu untuknya. Lalu kini Nok melakukan itu lagi. Kemudian Nenek
mengeluarkan cermin miliknya dan menyuruh Nok untuk bercermin.
“Nenek memarahi dia, lalu wajahmu menunjukan
betapa kamu mengkhawatirkan dia. Lihatlah!” kata Nenek dengan kesal. Dan
kemudian Nok menutupi cermin itu, karena dia tidak mau bercermin.
“Aku pikir, mereka telah selesai rapatnya,” kata
Nok, mengalihkan pembicaraan.
Lalu mendengar itu, Nenek pun berdiri dan menarik
tangan Nok untuk mengikutinya. Dia membawa Nok menuju ke ruangan Wat. Dan
kebetulan, disaat itu Wat, Nai, serta Wutta telah keluar dari dalam ruangan.
Lalu disana Nenek mengajak Wutta untuk makan siang bersama dengannya dan Nok.
Dan Wutta pun langsung setuju serta dia mengajak
Wat untuk ikut serta. Tapi sebelum Wat berbicara, Nenek langsung mengatakan
bahwa Wat biasanya tidak punya banyak waktu karena sibuk bekerja. Dan Wat pun
mengiyakan serta menolak untuk ikut makan siang bersama.
Namun sebelum Nenek membawa Nok serta Wutta pergi
bersama. Nai langsung memanggil mereka, dia mengatakan kepada Nenek bahwa Nok
memiliki janji temu yang harus dihadiri.
“Dengan siapa? Mungkinkah dengan kamu?” tanya
Nenek dengan nada tidak senang.
“Iya, dengan ku… ” jawab Nai dengan tegas.
“Berani nya kamu sekarang?”
“… dan Tuan Pricha yang akan melakukan iklan untuk
semua program Melindungin Bumi Kita,” lanjut Nai, menjelaskan. Dan Nok
membenarkan itu.
Namun Nenek tidak percaya. Dengan curiga dia
menanyakan kepada Nok, dimana dan kapan. Dan Nok pun kesulitan untuk menjawab.
Kemudian melihat itu, Nai pun langsung menjawab. Nai menjawab dengan asal, saat
melihat nama restaurant yang ada pada brosur di meja karyawannya, yaitu di Meet
Café.
Tapi Nenek tidak terima dan menyuruh Nai untuk
menjadwalkan ulang. Lalu kepada Nok, Nenek menanyakan mengapa orang lain lebih
penting, padahal dia telah datang ke sini untuk menemui Nok. Dan Wutta
membenarkan perkataan Nenek.
“Kita adalah orang yang membayar perusahaan iklan.
Jadi sebagai seorang customer, menurutku mereka tidak akan mengatakan apapun,”
kata Wutta pada Nai.
“Bagaimana pun mengubah pertemuan hanya karena
urusan pribadi seperti ini. Aku tidak bisa melakukan itu,” balas Nai dengan
tegas.
“Kamu tidak berhak mengatakan ‘iya’ atau ‘tidak’.
Siapa cucuku? Dan siapa kamu?” balas Nenek dengan kata sedikit kasar.
Dan mendengar itu, Wat langsung membela Nai, dia
mengatakan bahwa Nai adalah ketua yang bertugas dalam proyek ini dan Nok adalah
bawahannya. Kemudian Nok membenarkan itu, dia mengatakan pada Nenek bahwa jika
ketua tidak mau menjadwalkan ulang, maka dia tidak bisa melakukan apapun.
“Ini tidak begitu serius kan? Bahkan walaupun Nok
karyawan diperusahaan, tapi dia tidak seperti yang lain. Kamu harus menghormati
Nok sebagai anak Ketua pemilik,” kata Wutta kepada Nai.
“Aku menghormati Nok. Jadi aku tidak memberi
banyak ‘hak istimewa’ untuknya. Karena jika dia memiliki ‘hak istimewa’, maka
karyawan lain tidak akan menghormatinya,” balas Nai.
“Kamu tidak tahu apapun. Sebagai anak pemilik
perusahaan, karyawan lain harusnya takut. Hm.. aku lupa, orang sepertimu pasti
tidak mengerti,” sindir Wutta.
“Ya. Aku tidak punya orang tua pemilik perusahaan
sepertimu. Pasti kamu tidak punya kesempatan untuk mengerti. Tapi aku yakin Nok
tidak membutuhkan penghormatan palsu. Didepan, mereka takut. Tapi dibelakang,
mereka mengigit. Aku tidak akan menjadwal ulang pertemuan ini,” balas Nai. Dan
Nok langsung mengatakan bahwa dia mau mengikuti Nai.
Mendengar itu, Nenek menjadi kesal, tapi Nok
berhasil membujuknya. Lalu saat Nai berjalan pergi, Nok pun juga ikut berjalan
pergi, tanpa memperdulikan panggilan kesal Nenek.
Nok mengatai bahwa Nai cukup berani, karena tidak
takut Nenek menyusahkan nantinya. Dan Nai membalas bahwa Nok juga sama. Lalu
mendengar itu, Nok pun tersenyum. Kemudian Nok mengajak Nai untuk segera pergi
ke pertemuan.
“Nok. Kamu juga tahu bahwa aku mengatakan itu
untuk membantu mu agar tidak pergi dengan Wutta,” kata Nai, menghentikan
langkah Nok.
“Tapi kita harus pergi, Nenek punya seseorang
disini. Percayalah, Nenek akan mengecek nya,” balas Nok. Lalu Nai pun mengajak
Nok ke Café yang disebutnya tadi, sehingga mereka tidak ketahuan berbohong. Dan
Nok pun setuju untuk ikut kesana.
Di Meet Café. Tempat dimana kita bisa makan sambil
bermain bersama dengan kucing. Disana Nok merasa lega, karena nama Café nya
bukanlah ‘Meow Café’ atau jika tidak, maka Nenek pasti akan langsung tahu
kebohongan mereka.
Lalu setelah itu, dengan riang, Nok mau bermain bersama
seekor kucing disana, tapi kucing tersebut malah lari dari Nok. Dan melihat
itu, Nai tersenyum.
Dirumah. Nenek bercerita kepada Wutta. Nenek
mengatakan bahwa dia tidak mengerti mengapa Wat mau membersarkan orang seperti
Nai, orang yang hanya menghabiskan beras saja, orang yang tidak tahu terima
kasih dan tidak setia.
“Ini karena salah orang tua Nok karena tidak
menilai orang dengan baik. untuk membiarkan orang seperti itu memegang
perusahaan. Karena ini, aku ingin Wutta menjaga Nok untukku,” kata Nenek.
“Jangan khawatir. Bahkan walaupun dia mau
menghentikan ku, dia tidak akan bisa. Nenek istirahat ya, kumohon,” balas Wutta
dengan menyakinkan. Dan Nenek tersenyum, karena percaya.
Dengan mudah, Nai bisa bermain bersama dengan
kucing. Sedangkan Nok tidak, sehingga melihat itu, Nok pun mengeluh. Dia
mengatakan bahwa lebih mudah untuk mengerti anjing, karena ketika anjing
melihat kita, mereka akan menghampiri.
“Apa kamu tahu bahwa kamu adalah kucing?” gumam
Nai dengan suara kecil, sehingga Nok tidak bisa mendengar dengan jelas. Lalu
untuk mengalihkan perhatian Nok dari itu, Nai meminta agar Nok membantu nya
memberi makan kucing.
Dan dengan bantuan Nai, akhinya Nok bisa menjadi
dekat dengan kucing- kucing disana. Kemudian selama Nok menjaga dan bermain
bersama para kucing, Nai menfoto Nok menggunakan kamera hapenya. Lalu mereka
juga berfoto berdua.
Sesampainya dirumah. Nok bertemu dengan Vi dan dia
menjelaskan bahwa bukannya dia ingin berdebat dengan Nenek tadi, tapi itu
karena dia tidak menyukai Wutta. Dan sebelum Nok bercerita lebih lanjut, Vi
langsung memuji tindakan Nok, karena Vi telah mengetahui semua yang terjadi
dari Nai.
Lalu sebagai hadiah, Vi memberikan hadiah sebuah
tas bermerk yang sangat Nok sukai. Dan menerima hadiah itu, Nok pun senang
sekali. Lalu Nok memeluk Vi sambil tersenyum menatap Nai. Dan melihat itu, Nai
ikut tersenyum.
Diapatermen. Pen sangat senang, ketika menerima
kotak cincin dari Wes. Namun ketika Pen membuka kotak itu dan melihat betapa
kecil cincin yang berada didalamnya, Pen langsung kecewa dan mengeluh, karena
bila sekecil itu, dia tidak bisa memamerkan nya. Dan mendengar itu, Wes
langsung kecewa, karena Pen tidak menghargai hadianya.
Kemudian karena melihat Wes kecewa. Maka Pen segera
mengubah sikapnya menjadi seorang wanita yang manja. Dia meminta maaf dan
meminta apa Wes bisa menukarkan cincin ini dengan yang lebih besar permatanya,
karena dia mau menunjukan pada yang lain. Dan karena sikap manja Pen itu, maka
Wes luluh dan setuju untuk membelikan yang baru.
Dan mendengar itu, Pen menjadi senang. Namun
ketika Wes mulai menyebut tentang Ibunya (Pat), maka Pen pun menjadi agak kesal
dan tidak senang.
Tepat disaat itu, sebuah pesan masuk ke hape Pen.
Di pesan itu, tertulis nama pengirim adalah ‘Ibu’ dan melihat itu, Wes
memberitahukan kepada Pen. Dan dengan segera Pen mengambil hape nya dan berdiri
sedikit menjauh. Lalu dia membuka pesan yang diterimanya. Sore ini, aku ingin mengerti Penny lebih baik.
Membaca pesan itu, Pen tersenyum senang. Lalu dia
mengatakan pada Wes bahwa saat ini Ibu nya mau bertemu dengannya. Dan lalu, Wes
pun menawarkan diri untuk mengantar Pen.
Sesampainya di depan gerbang. Pen memeluk Wes
dengan mesra dan mengatakan bahwa dia tidak ingin berada disisi Wes lebih lama.
Dan Wes pun membalas bahwa jika Pen mengizinkan dia untuk masuk, dia mau
menyapa Ibu Pen. Tapi Pen langsung mengelak, dia membalas bahwa ini sudah malam
dan dia takut membangunkan orang.
Jadi karena itu, maka Wes pamit dan pergi. Dan Pen
memberikan tanda hati sambil tersenyum kepada Wes yang pergi.
Tepat disaat itu, Phai yang berada di supermarket,
melihat itu semua. Namun dia heran, saat melihat Pen pergi menggunakan taksi,
bukannya masuk ke dalam rumah. Dan dia berusaha menghubungin Pen, tapi Pen
dengan sengaja tidak mengangkatnya.
Diruang CCTV. Ketika sedang memeriksa kamera, Nart
melihat kedatangan Pen. Dan disana Pen bertemu dengan Wutta, berdua mereka
masuk ke dalam kamar hotel. Lalu melihat itu Nart pun mengelengkan kepalanya
dengan pelan, karena melihat kelakuan kedua orang tersebut.
Setelah selesai
berhubungan badan, Wutta menunjukan sebuah gelang yang sangat indah kepada Pen. Dan melihat itu, Pen
tampak sangat senang. Tapi sebelum Pen mengambilnya, Wutta langsung
menjauhkannya.
“Kamu tahu bahwa Khun Malinee (Nenek Nok) tidak
menyukai Luckanai, kan?” tanya Wutta sambil menggoyangkan gelang ditangannya.
“Dia sangat membenci Nai. Ketika mereka berdua,
dia akan berteriak,” jawab Pen.
“Bagaimana tentang Nok?”
“Nok juga benci dengan orang yang dirawat oleh
Ibunya. Tapi mereka saling berhubungan baik. Aku jua bertanya- tanya tentang
ini.”
Mendengar itu, Wutta kembali bertanya. Dan dengan
rinci, Pen menceritakan segala yang diketahuinya. Dan dengan serius, Wutta
mendengarkan semuanya.
Tags:
Game Sanaeha