Network : Channel 3
Dikamar. Nai menemukan sebuah pesawat kertas yang
sangat besar. Dan melihat itu, Nai tersenyum, lalu dia membawa pesawat kertas
itu keluar bersamanya. Kemudian dia menerbangkan itu ke arah Nok yang sedang
duduk di dekat kolam air mancur.
“Aku berterima kasih pada orang yang benar, kan?
Kamu yang membuat ini, kan? Apa kamu membenciku?” tanya Nai pada Nok.
“Kamu punya ingatan yang panjang. Ketika kecil,
aku merobek pesawat kertas mu,” jawab Nok dengan malu- malu.
“Aku akui, aku belum lupa,” balas Nai.
“Mm… sudah lama. Sekarang aku kembalikan itu. Jadi
kita impas,” balas Nok.
Nai lalu mulai mengingat dan mengatakan bahwa dulu
Nok merobek pesawat kertasnya, karena Vi memeluknya saat dia mendapatkan
peringkat 1. Dan Nai menanyakan kenapa sekarang Nok memberikan ini.
Lalu Nok menjelaskan bahwa itu karena Nai telah
banyak menolongnya. Jadi karena itu, maka dia mengembalikannya. Dan mendengar
itu, Nai tersenyum.
“Biasanya, apa kamu juga membedakan cinta dan
benci dengan jelas?” tanya Nai dengan heran sambil tersenyum.
“Jika kamu tidak mau, tolong kembalikan,” balas
Nok dengan kesal dan ingin merebut pesawat kertas di tangan Nai.
Tapi Nai tidak mau mengembalikannya. Dan kemudian
dia memeriksa pesawat kertas yang Nok kembalikan, apa itu sama dengan miliknya
dulu. Lalu melihat itu, Nok pun mengeluh, dia mengatakan bahwa jika dia tahu
kalau mengembalikan bisa menyebabkan banyak masalah, maka lebih baik tidak. Dan
lalu Nok berbalik ingin pergi dari sana.
“Tiga kali lebih menarik,” kata Nai, sebelum Nok
berjalan pergi. Dan mendengar itu, Nok berbalik menghadap kearah Nai lagi.
“Lebih cantik dari sebelumnya,” puji Nai. Dan Nok
tersenyum dengan senang. Lalu Nai menjelaskan bahwa dia merasa seperti tidak
sendirian di dalam pesawat ini, karena di pesawat itu ada tertulis inisial N selain
dia, dan orang yang berinisial N itu akan mengikutinya setiap terbang.
“Kamu berbicara sama seperti di novel. Itu hanya
logo pesawat,” balas Nok dengan malu- malu, mendengar perkataan Nai.
“Bisakah aku menjadi satu- satu nya pelanggan?
Jangan produksi ini lagi. Kecuali aku,” tanya Nai. Dan tanpa menjawab, Nok
memegang pesawat yang dipegang oleh Nai itu. Lalu setelah saling memandang
sesaat, Nok tersenyum dan masuk ke dalam.
Sedangkan Nai tetap disana sambil tersenyum sangat
bahagia.
Didapur. Nai meminta bantuan kepada Aff, Aey untuk
membuat kejutan bagi seseorang. Dan kemudian Phai datang.
Di ruang tamu. Nok sedang bekerja sambil melihat
ke sekeliling dengan gelisah. Lalu disaat itu, Phai datang mengantarkan makanan
ringan serta minuman untuknya. Dan melihat itu, Nok pun menanyakan dimana Aff
serta Aey.
Dan Phai pun menjawab bahwa dia sedang menyuruh
mereka berdua untuk melakukan pekerjaan yang lain. Lalu Nok menanyakan tentang
orang yang sering muncul saat hari libur, yaitu Nai. Dan Phai menjawab bahwa
saat ini Nai sedang sibuk, kemudian Phae menanyakan apa Nok ingin berbicara
dengan Nai
“Tidak. Aku hanya terkejut. Karena rumah lebih
hening dari sebelumnya,” kata Nok, menyangkal.
Kemudian setelah itu, Phai meminta izin untuk
keluar pada Nok. Dan Nok pun mengizinkannya.
Phai mengunjungin apatermen Pen, tapi Pen tidak
ada disana. Dan bahkan Pen tidak menjawab telponnya. Jadi Phai pun memutuskan
untuk menemui Wes dirumah sakit.
Dirumah sakit. Dengan sopan, Wes menyapa Phai.
Lalu Phai menjelaskan tujuannya ke sini. Dan setelah selesai mendengarkan
penjelasan Phai, Wes menjadi heran dan bertanya apa kemarin Pen tidak pulang.
“Dia pergi setelah kembali pulang. Tapi dia tidak
bicara, jadi aku khawatir. Jika Wes dan Pen tidak bertengkar, aku tidak akan
khawatir. Maaf telah menganggu. Dah,” kata Phai pamit, lalu pergi. Tapi Wes
masih tetap kebingungan dan heran.
Setelah selesai bekerja, Nok membereskan
barangnya. Dan tepat disaat itu, Nai menelpon ke hapenya, tapi dengan malas,
Nok tidak mau mengangkat. Namun karena Nai tetap menelpon, maka dengan kesal
Nok menjawab.
Ternyata Nok kesal, karena Nai tidak mengangkat
telponnya tadi, padahal ada sesuatu yang mau ditanyakan kepada Nai. Dan kini
Nok telah menanyakan kepada yang lain tadi
Nai meminta maaf karena tidak melihat panggilan
telpon dari Nok tadi. Lalu Nai menanyakan, apa Nok bisa membantunya.
Nok berjalan dari rumah besar, melintasin halaman
menuju ke rumah kecil. Dan disana dia melihat begitu banyak balon serta sebuah
boneka di halaman rumah. Kemudian Nok masuk ke dalam rumah kecil dan disana dia
melihat begitu banyak hiasan serta boneka- boneka yang imut serta manis.
Dengan senang, Nok lalu memeluk semua boneka nya. Dan Nai yang berada disana, dia mengingat kembali kenangan masa kecilnya yang bahagia ketika melihat Nok bermain dengan boneka. Dan disaat itu dulu, diluar pintu, Nai berdiri sambil memperhatikannya.
Sama seperti waktu kecil, Nai berdiri dan
memperhatikan Nok dari luar pintu. Lalu setelah itu, dia masuk ke dalam.
“Selamat datang ke Istana Tuan Putri,” sapa Nai serta dia meminta maaf, karena
ketika dia pindah kesini, semua teman Nok harus pindah.
“Aku kira kamu tidak tahu. Karena temanku mesti
tinggal di dalam gudang,” balas Nok.
“Ya. Aku tahu, aku menempati ruang temanmu. Kamu
tidak terima dan melemparkan mereka semua kemana- mana.”
“Waktu itu, aku mesti melindungin Istanaku,” balas
Nok.
Lalu mendengar itu, Nai tersenyum. Dan Nok pun
ikut tersenyum juga, dia melanjutkan bahwa kini Nai sudah mengembalikan Istana
dan teman- temannya. Jadi dia tidak masalah.
Kemudian, Nai menunjukan sesuatu yang lain kepada
Nok, yaitu sebuah buku cerita berbentuk 3D. Dan melihat itu, Nok sedikit terkejut
bagaimana bisa buku itu masih ada, karena setaunya buku itu sudah rusak dan
dibuang oleh bibi Phai dulu.
“Aku bisa mengumpulkan sampah untuk setiap orang.
Jadi mengapa aku tidak bisa membantumu mengumpulkannya? Bisakah kamu lihat?
Yang bernilai bukanlah sampah,” jelas Nai.
Dan dengan senang, Nok membuka serta melihat
kembali isi buku ceritanya. Namun tiba- tiba dia menjadi tampak sedih, sehingga
Nai pun menjadi heran. Lalu Nok menceritakan tentang kenangan masa kecilnya.
Dulu saat dia masih kecil dan keluarganya masih
utuh. Ayah dan Ibunya akan menceritakan cerita yang ada dibuku itu untuknya.
“Keluarga Putri tidak akan pernah bisa seperti
sebelumnya. Tidak bisa,” kata Nok sambil menangis dengan sedih.
“Bahkan walau keluarga Putri tidak lagi seperti
sebelumnya. Dan sang Putri akan bertemu banyak kesulitan serta tantangan. Tapi
aku percaya, pada akhir cerita, sang Putri akan menjadi bahagia. Aku janji. Aku
akan membawa Putri ke akhir cerita,” kata Nai sambil memeluk Nok. Lalu dia
menanyakan, “Bisakah kita membangun sebuah keluarga yang hangat bersama- sama?”
Dengan masih sedih, Nok menatap kepada Nai yang
tersenyum. Lalu kemudian dia menyadarkan kepalanya di dada Nai dan menangis.
Dan dengan penug perhatian, Nai menlapkan air mata Nok.
Dirumah. Khae melakukan pemotretan untuk Green
Dream. Dan ketika telah selesai, dengan senang Thorsaeng mengatakan kepada Khae
bahwa kini Putri Wat yang bermasalah itu telah memberikan lampu hijau dan itu
adalah kesempatan baik.
Khae lalu membalas bahwa itu adalah lampu hijau
untuk berperangan, namun walaupun dia tahu itu, dia tidak bisa menolak
pekerjaan ini. Karena jika dia tidak ikut bermain dalam game ini, maka dia akan
langsung kalah.
Lalu mengetahui itu, Thorsaeng langsung mengomel,
karena dia tidak tahu bahwa Nok akan sangat ketakutan seperti itu untuk
kehilangan Ayahnya. Kemudian Thorsaeng menanyakan rencana Khae serta memperingati
Khae untuk tidak mejadi bodoh lagi dengan membiarkan Wat lepas dari genggaman.
Namun Khae diam dan tidak menjawab. Dan karena itu Thorsaeng pun memarahi Khae.
“Kamu tidak pernah mencintai siapapun, jadi kamu
tidak mengerti,” kata Khae dengan kesal terhadap Ibunya. Lalu dia masuk ke
dalam kamar dan mulai menangis.
Dengan sedih, Khae menangis. Dan kemudian, Khae
mengambil buku catatan nya dari dalam laci meja. Lalu dari dalam buku catatan
itu, Khae mengeluarkan dan melihat semua foto kemesraannya bersama dengan Nai
dulu.
Setelah itu dengan pandangan penuh tekad, Khae menatap kejauhan.