Sinopsis Lakorn : Game Sanaeha Episode 8 - part 5


Network : Channel 3


Keesokan harinya. Nok berdandan secantik- cantiknya. Dan setelah siap, dia pun keluar dari dalam kamarnya.



Dirumah kecil. Saat Nai baru saja siap dan keluar. Disaat itu dia melihat, Khae yang telah menunggu nya. Ternyata alasan Khae menemui Nai adalah karena dia ingin mengembalikan cincin yang dulu pernah Nai berikan padanya.

“Sekarang kamu butuh menggunakan ini. Untuk mengingatkan dirimu sendiri mengenai rasa sakit mu di masa lalu,” kata Khae, lalu dia mengambil tangan Nai dan menyerahkan cincin tersebut. “Kamu memberiku kesempatan sebagai seorang teman. Jadi hari ini aku akan melakukan hal yang sama. Aku melukai mu, tapi Khun Nok akan menyakiti kamu lebih dari pada yang ku lakukan, seratus kali. Aku harap kamu berpikir baik- baik untuk menjaga prinsip mu seperti apa yang telah kamu lakukan sebelumnya. Jangan biarkan dia menyakiti mu lagi. Aku mohon.”



Saat Nai hanya diam saja. Khae melanjutkan perkataannya, dia meminta agar Nai tidak meneruskan game ini, karena bahkan jika Nai menang, maka Nai tidak akan mendapatkan apapun. Dan disaat itu, dari kejauhan, dibalik pohon, Nok memperhatikan serta mendengarkan semua itu.

“Itu kamu yang akan kehilangan segalanya. Ayahku dan Luckanai,” gumam Nok dengan nada penuh kebencian.



Saat sedang berjalan dimall. Vi begitu terkejut saat mendapatkan telpon dari Wat yang memberitahu bahwa Nok setuju menikah dengan Nai. Kemudian dengan segera dia pergi ke rumah Wat.

Dirumah. Nok memegang tangan Nai sambil tersenyum kepada mereka semua yang berada disana. Dan melihat itu, Nai tampak heran. Lalu menyadari tatapan heran dari Nai, maka Nok pun bertanya mengapa Nai melihatnya seperti itu dan dia mengingatkan Nai tentang perkataan Nai yang mau bertanggung jawab.

“Ya. Aku mengatakan itu. Tapi kamu tidak puas dengan itu,” jelas Nai.

“Karena aku butuh waktu untuk memikirkan itu. Menikah bukanlah game,” balas Nok.

“Jadi sekarang, kamu telah mengubah pikiranmu?” tanya Vi dengan curiga.

“Ini solusi yang terbaik sekarang. Nok akan menjadi ketua dan Green Dream. Jadi profil pria nya harus sempurna,” jawab Nok.



“Jadi pernikahan ini adalah untuk mempertahan kan reputasi kami. Apa kamu tidak menyesal? Jika nanti, kamu tidak bisa hidup dengan seseorang yang kamu cintai,” kata Khem, ikut bicara.

“Yang menikah hanya untuk uang, tidak seharusnya mengkritik orang lain seperti itu. Aku bukan wanita semacam itu. Kamu harusnya berharap yang terbaik untuk kami berbahagia, karena ini adalah pernikahan mantanmu,” balas Nok.



“Nok. Khae sekarang adalah istriku. Aku pikir kita tidak seharusnya membicarakan tentang topik tersebut. Tentang pernikahanmu, Khae jelas akan menharapkan kebahagiaanmu. Ya kan, Khae?” tanya Wat.

“Ya. Aku akan benar- benar senang, jika mereka berdua saling mencintai. Pernikahan adalah sesuatu yang sangat penting dalam hidupmu. Jika itu berjalan salah, hidupmu akan menjadi menyedihkan,” kata Khae, mengarah kepada Nai.

“Tapi aku pikir kamu tidak salah kali ini. Karena kamu memilih pasangan yang tepat. Nai, kamu mencintai putriku dan akan menjaga dia selamanya, kan?” tanya Wat kepada Nai.

Mendengar itu, Nok terus menatap kepada Nai pandangan dengan penuh harap. Namun Nai  hanya diam saja. Melihat itu, Vi pun bertanya dan meminta Nai  untuk berpikir baik- baik.

“Iya. Aku akan menjaga dia,” kata Nai dengan tegas. Saat dia melihat, Khae menggelengkan kepalanya dengan perlahan, tanda jangan mau.



Dan mendengar itu, Nok pun tersenyum senang. Sementara Khae, dia tampak sangat kecewa. Kemudian Wat mendekati Nok dan memeluknya. Dan sambil memeluk Ayahnya, Nok memberikan tatapan serta senyum kemenangan pada Khae.



Setelah pertemuan keluarga selesai. Nok berjalan dengan senang menuju ke kamarnya, tapi Nai datang dan mengajak Nok untuk bicara. Dia mengetahui alasan mengapa Nok ingin tingggal di rumah kecil setelah menikah dan itu adalah karena Nok menargetkan setiap orang yang tinggal dirumah ini.

“Aku kira, kamu percaya bahwa tidak ada apapun yang terjadi antara Khae dan aku sekarang,” kata Nai.

“Aku curiga. Atau kamu takut ketahuan?” balas Nok dengan sikap tenang.



“Kamu tahu jawabannya. Aku tidak bisa menjawabnya untukmu. Tapi aku ingin bilang, kamu lebih bersedia memainkan game itu dari pada yang ku kira. Bersedia untuk memakai pernikahan agar menang,” jelas Nai.

“Aku belajar lebih, jika aku tidak mengambil kontrol, maka game ini akan jatuh ke tangan orang lain,” balas Nok.

Nai lalu berjalan mendekati Nok. Dia berusaha untuk menjelaskan. Dia mengatakan bahwa dia tidak ada melihat orang lain disini, yang ada hanyalah keluarga. Namun Nok yang tidak pernah menganggap Khae sebagai keluarga, tapi Wat memilih Khae. Jadi jika Nok memulai perang dengan anggota keluarga, maka bila Nok menang, itu tidak akan membuat Nok bahagia juga, karena Nok hanya akan menyakiti orang yang Nok cintai.


“Tidak ada seorang pun yang akan terluka. Kecuali untuk yang tidak setia. Jika kamu tidak setuju denganku, mengapa kamu menerima untuk bermain game ini? Tidakkah kamu juga ingin menang?” tanya Nok sambil tersenyum menantang Nai untuk menjawab.

“Ya. Aku ingin menang. Aku akan membuat ini nyata, bukan hanya game,” balas Nai.

“Silahkan. Jika kamu bisa melakukan itu. Kamu bisa mengambil semuanya, aku dan apa yang menjadi milik untukku. Tapi jika kamu tidak sukses, kamu akan hidup memalukan dan pergi dari sini dengan tangan kosong. Apa kamu berani?”


“Jika kamu berani mempertaruhkan hidupmu pada ini. Mengapa aku tidak bisa? Tapi kamu mungkin lupa satu hal,” kata Nai, kemudian dia mendekat dan berbicara di dekat telinga Nok. “Jika kamu pikir, pernikahanmmu hanyalah sebuah upacara. Kamu salah.”

“Aku yang akan memimpin game. Mengapa aku harus takut?” balas Nok dengan sangat berani, kemudian dia berjalan pergi meninggalkan Nai.


Dirumah sakit. Nenek melemparkan piringnya ke lantai. Karena dia sama sekali tidak percaya bahwa Nok setuju menikah dengan Nai. Dan dia meminta agar Vi menelpon Nok. Lalu Vi pun membalas apa Nenek yakin mau mendengar hal itu secara langsung dari Nok.

“Mengapa berubah menjadi seperti ini? Mengapa? Aku mengulangnya lagi dan lagi, jangan memberi dirimu sendiri kepada seseorang yang tidak pantas untukmu. Mengapa dia tidak mendengarkan ku? Meninggalkan segalanya dan menikah dengan ‘sampah’ itu,” kata Nenek dengan frustasi dan sedih.




Vi mengambil piring yang Nenek jatuhkan ke lantai. Dan dia berusaha untuk memberikan pengertian kepada Nenek. Dia mengatakan bahwa bisa jadi Nok melihat sesuatu di dalam Nai, jadi karena itu Nok memutuskan untuk mau. Dan mendengar itu, Nenek menggelengkan kepalanya dengan sedih, karena tidak bisa menerima hal itu.

“Sejujurnya, Luckanai tidak hidup miskin dan menyedihkan seperti sebelumnya. Mungkin dia bukan seorang millionare, tapi berbicara tentang kemampuan nya. Dia punya masa depan yang bersinar. Tentang cintanya untuk Nok, tidak diragukan bahwa tidak seorang pun yang bisa menandinginnya,” jelas Vi. Namun Nenek tetap menangis, tidak bisa menerima itu.



Dipabrik. Dari jauh, Nim berdiri memperhatikan Nai sambil meneteskan air mata. Dan kemudian dia menanyakan alasan Vi membawanya ke sini. Karena menurut Nim, jika Nai melihatnya, maka Nai akan langsung menghilang.

“Ayolah. Jangan berpikir berlebihan. Lihat! Anakmu sudah besar. Tapi karakternya tidak berubah,” jelas Vi.

“Ini salahku. Salahku,” kata Nim dengan sangat sedih.


“Dia akan menikah. Anakmu akan menikah,” kata Vi.

“Dia akan menikah? Dengan siapa, Vi?”



Nok datang ke pabrik. Dan ketika melihatnya, Vi memanggil nya dan membawa Nim untuk memperkenalkan mereka berdua. Tapi sebelum Vi sempat memperkenalkan mereka, Nim langsung berbicara kepada Nok bahwa dia harus menyiapkan barang untuk dijual, tapi dia tersesat disini, lalu Vi menemaninnya.

Kemudian setelah mengatakan itu, Nim ingin pergi. Tapi dengan segera, Vi memegang tangan Nim dan menahannya. Lalu Vi memperkenalkan Nim kepada Nok, tapi dia tidak memberitahu kan kepada Nok bahwa Nim adalah Ibu Kandung Nai. Vi hanya meminta Nok untuk menjelaskan beberapa hal kepada Nim.


Setelah itu dengan penuh perhatian, Nok memegang tangan Nim serta mengajak Nim untuk mengikutinya. Dan melihat itu, Vi melambaikan tangan nya dengan senang dan membiarkan mereka untuk pergi bersama.


“Caranya mudah untuk memisahkan sampah. Terkadang kami memiliki bermacam- macam sampah. Dan kita harus memisahkan mereka sebelum dijual,” jelas Nok. Kemudian dia mengambil sebuah botol plastik dan memberikan contoh pada Nim.

Jenis botol plastik transparan, dua kali mahal nya dari harga botol plastik yang biasa. Dan jika label nya dilepaskan, maka bisa dijual dengan harga lebih tinggi, karena itu membuat daur ulang menjadi lebih mudah.



Tepat disaat Nok sedang menjelaskan. Nai datang mendekat dan memanggil Nok. Lalu mendengar itu, Nim pun menjadi takut ketahuan, sehingga karena itu dia tidak berani berbalik untuk melihat Nai dan duduk sedikit menjauh dari sana.

Sementara Nai dan Nok sibuk berdebat mengenai dokumen yang salah. Lalu disaat itu, tanpa sengaja, kertas dokumen tersebut jatuh dari tangan Nok, ketika Nok mau menyerahkan itu kembali kepada Nai. Dan salah satu kertas itu terjatuh di dekat Nim.

Lalu melihat itu, Nim menjadi pun ketakutan serta kebingungan harus berbuat apa.

8 Comments

Previous Post Next Post