Sinopsis Lakorn : Game Sanaeha Episode 8 - part 2



Network : Channel 3



Diparkiran. Nok berjalan cepat ke tempat dimana mobilnya berada. Namun sebelum Nok sempat masuk ke dalam mobil, seorang pria bermasker hitam menutupi mulut dan hidung Nok dengan sapu tangan bius. Sehingga Nok pun menjadi tidak sadarkan diri. Dan setelah itu, Pen datang dan menyuruh si Pria untuk segera membawa Nok masuk ke dalam mobil.


Tepat disaat itu, Nai tiba di parkiran. Tapi sayangnya, Nai datang terlambat dan dia hanya bisa menemukan hape milik Nok yang terjatuh dilantai. Serta melihat mobil yang membawa Nok melaju pergi.



Didalam ruangan acara. Thorsaeng dengan senang menyapa semua tamu, lalu dia mempersilahkan Putrinya dan Wat untuk berjalan lewat. Dan disaat itu, Vi menghampiri Wat dengan panik dan cemas.
“Khun Wat!! Nai menelpon ku dan memberitahuku bahwa Nok.. Nok…”

“Nok. Ada apa?” tanya Wat, bingung.


Didalam mobil. Pen tersenyum jahat melihat Nok yang tertidur dibangku belakang.


Nai mengendarai mobilnya dan berusaha untuk mencari mobil yang membawa Nok. Tapi dia tidak bisa menemukan mobil tersebut.



Nart datang ke ruang CCTV untuk memeriksa barang seorang pelanggan yang tertinggal di lobi. Namun tepat disaat itu, Nart tanpa sengaja melihat kedatangan Pen serta bawahannya yang menggendong Nok ke hotel. Dan ketika melihat itu, Nart langsung menghubungin seseorang.



Didalam kamar hotel. Wutta telah menunggu, dia memberikan bayaran kepada bawahan Pen dan meminta orang itu merahasia kan hal ini. Lalu ketika itu, Wutta melihat Pen yang tengah sibuk melakukan sesuatu di dekat vas yang berada dimeja, jadi dia pun bertanya.

“Menciptakan bukti untukmu. Jika kekasih mu terbangun dan berpura- pura tidak ingat,” jelas Pen. Dan Wutta tersenyum mendengar itu.

“Bagus. Tapi jangan sampai wajahku terekam. Aku tidak suka itu tersebar di media,” balas Wutta. Kemudian setelah itu, dia membuka jasnya. Dan sambil tersenyum, Pen pamit pergi duluan, karena dia tidak suka melihat itu.


Wutta melepaskan semua bajunya, kecuali celana nya. Dan dengan sikap kurang ajar, Wutta mengelus wajah Nok dan mulai mencium Nok.

“Jika kamu mau bekerja sama denganku. Kamu tidak perlu menjadi seperti ini. Dan walau kamu tertidur, tapi aku aka membuat kamu mengingat ini sampai hari kematian,” gumam Wutta sebelum mencium Nok.


Tepat disaat itu. Nai dan Nart masuk ke dalam kamar. Dan dengan cepat, Nai langsung menarik Wutta menjauh dari Nok dan dia memukuli Wutta. “Bajingan. Bagaimana kamu bisa melakukan ini dengan dia!!” teriak Nai dengan marah.

Dan sebelum Wutta sempat memukul balik, Nai langsung memukuli Wutta kembali berkali- kali. Tapi Nart meminta agar Nai berhenti dan cepat membawa Nok ke rumah sakit. Jadi karena itu, maka Nai berhenti memukuli Wutta yang telah lemas. Dan kemudian Nai menggendong Nok da membawa Nok pergi dari sana.



Kemudian melihat keadaan Wutta yang tampak menyedihkan, Nart  menggeleng- gelengkan kepalanya. Lalu dia ikut keluar dari dalam kamar.



Dirumah sakit. Untung saja tidak terjadi hal yang buruk pada Nok, jadi mereka hanya perlu menunggu Nok bangun saja. Disana Vi serta Wat menemani Nok. Sedangkan Nai dia pamit pergi untuk kembali ke hotel dan kemudian akan mengantar Wat pulang, karena Khae pasti sedang menunggu Wat.

Tapi untuk sesaat, Wat merasa ragu untuk pulang. Dan ketika akhirnya, Wat keluar dari dalam ruangan. Vi lah yang menjaga Nok sendirian disana.



Didalam kamar pengantin. Khae duduk sendirian sambil melihat cincin yang berada dijarinya. Dan kemudian saat pintu kamar diketuk, Khae langsung tersenyum dengan senang, karena mengira itu adalah Wat.

Tapi sayangnya, yang mengetuk adalah Phai. Dia memberikan telpon dari Wat kepada Khae. Dan ketika Khae mengangkatnya, dia menjadi sedih.


Vi merasa sangat capek dan pusing. Dan lalu Wat datang serta memberikan minuman kepada Vi. Lalu bersama mereka menjaga dan menemanin Nok disana.



Sedangkan Khae. Didalam kamar pengantin yang begitu indahnya. Khae berbaring dan menangisi malam pernikahannya yang tidak seindah perkiraannya.



Didalam kamar hotel. Wutta mengeluh kesakitan ketika Ibunya mengobatinya. Lalu Tana memarahi Wutta. Dia mengatakan bahwa dia mengizinkan Wutta untuk memakai metode apapun, tapi ternyata metode yang Wutta gunakan sama sekali tidak berhasil dan malahan metode itu bisa membuat Wutta dipenjara.

Pas disaat itu, Wutta melihat kamera kecil yang dipasang oleh Pen. “Itu tidak gagal sama sekali, mom,” kata Wutta sambil menatap kamera tersebut. Dan Tana yang tidak mengerti, dia hanya bisa menghela nafas saja melihat sikap anaknya.


Pagi hari. Nok akhirnya terbangun dan dia menjadi bingung saat menyadari dimana dirinya berada saat ini. Dan mengetahui bahwa akhirnya Nok telah terbangun, Vi serta Wat pun menjadi lega. Lalu ketika Nok bertanya apa yang terjadi, mereka berdua menjawab bahwa Nok tiba- tiba pingsan, sehingga membuat mereka khawatir.

“Tapi aku ingat bahwa aku …” kata Nok, lalu mengingat tentang telpon mengenai bibi Phai. Dan mengingat itu, Nok langsung bangun dan menanyakan keadaan bibi Phai.

“Dia selamat. Tidak ada yang terjadi, itu hanya salah paham,” jelas Vi.

“Bagaimana bisa itu salah paham. Kemarin yang menelponku adalah nomornya,” balas Nok.

“Itu benar- benar salah paham seperti yang Ibumu katakan. Jika kamu tidak percaya, aku akan menelpon bibi Phai untukmu,” jelas Wat, lalu dia mengambil hape nya.



Kemudian disaat itu, Nai datang dan masuk ke dalam ruangan. Dan melihat dia, Nok langsung menyuruh Nai untuk keluar. Lalu mendengar itu, Vi pun menjelaskan bahwa Nai lah yang telah menolong Nok dan membawa Nok ke sini. Tapi Nok tidak peduli tentang hal itu. Lalu Wat ingin ikut menjelaskan, tapi Nai langsung memotong.

“Tidak masalah, paman. Kemarin malam, tidak ada yang untuk diingat. Biarkanlah. Mari biarkan dia mengingat hal buruk tentangku,” kata Nai sambil tersenyum lembut pada Nok.

“Aku jelas ingat dan akan mengingatnya sampai hari kematian,” balas Nok.

“Aku senang mendengarnya.”

Karena kesal dengan sikap Nai yang tampak tenang, Nok pun mengambil buku yang ada dimeja dan melemparkan itu kepada Nai. Tapi dilemparin itu, Nai sama sekali tidak masalah,” Kuat seperti ini, kamu harusnya akan membaik. Jadi aku pamit,” kata Nai, lalu pergi dari sana.



Diluar. Nai mendapatkan kiriman video CCTV hotel yang memperlihatkan Pen dan anak buahnya membawa Nok. Dan Nai pun menunjukan hal itu kepada  Pen. Tapi Pen tidak mau mengakui hal itu dan mengelak bahwa dia tidak tahu apapun.

“Aku pergi bekerja disana. Kebetulan aku melihat dia pingsan, jadi aku membawa dia, itu saja,” jelas Pen dengan sedikit gugup.



“Jadi mengapa tidak mengantarnya pulang? Mengapa mengantar dia ke kamar hotel Wutta?” balas Nai.

“Itu kamar Wutta? Aku tidak tahu sebelumnya. Khun Nok yang memberitahu ku untuk membawa dia ke kamar itu. Mungkin dia tidak mau tidur di rumah, karena Ayahnya menikah. Dan dia ingin seseorang membuainya ke surga,” jawab Pen dengan tidak tahu malu.

“Disana tidak ada hal buruk seperti yang kamu pikirkan, karena aku yang menolongnya, sebelum bajingan itu melakukannya.”

“Apa?”

“Jika kamu benar- benar berpikir untuk menolong Khun Nok. Tidak seharusnya kamu menunjukan kekecewaan seperti ini.”

“Aku hanya terkejut. Aku membawa dia ke kamar, tapi tidak berpikir akan terjadi hal gila itu.”



“Cukup! Kamu bilang dia pingsan, jadi bagaimana dia bisa bisa memberitahu untuk membawanya ke kamar itu? Aku memberimu kesempatan untuk mengaku. Tapi kamu masih seperti ini. Aku tidak bisa menahannya. Jika masalah ini sampai kepolisi, maka para pelaku akan masuk bersama. Pada waktu itu, akan diketahui bagaiman hubungan antara Wutta dan kamu,” balas Nai, lalu pergi.

Dan dengan kesal, Pen menghentakan kakinya.


Sesampainya dirumah. Phai langsung membantu Nok dan menjelaskan bahwa dia benar- benar terkejut bagaimana bisa SIM Card di dalam hape nya bisa menghilang. Tapi Nok tidak terlalu mendengarkan perkataan Phai, karena dia sibuk melihat ke dekatan dua orang tua nya . lalu dengan sengaja, Nok berpura- pura akan pingsan, sehingga Vi dan Wat menjadi khawatir.

“Aku hanya bercanda,” kata Nok sambil tersenyum kepada ke dua orang tuanya. Tapi Vi malah memarahinya, sehingga Nok pun menjadi heran. Dan Wat menjelaskan bahwa Vi marah seperti itu adalah karena dia khawatir. Tapi Nok sulit untuk percaya dan menatap mereka berdua.


Tepat disaat itu, Khae keluar dari dalam rumah. Lalu dia menyambut mereka semua dan menanyakan keadaan Nok. Dan seperti biasa Nok menjawab dengan sinis, lalu berjalan masuk ke dalam rumah dan mengabaikan Khae.



“Kami belum memberitahu dia apa yang terjadi,” jelas Wat, saat melihat wajah bingung Khae.

Kemudian Khae pun mengerti. Lalu Vi memberitahu Khae bahwa kalau bisa, hal ini jangan diberitahukan kepada siapapun. Dan Khae mengiyakan. Setelah itu dengan penuh perhatian, Khae memegang tangan Wat dan mengajak Wat untuk makan bersama, karena dia telah menyiapkan makanan kesukaan Wat.

Tapi Wat menolak. Karena ada hal yang harus di diskusikan olehnya berdua dengan Vi. Dan mendengar itu, Khae pun hanya bisa menahan kekecewaannya.



Didalam rumah. Vi dan Wat berdebat. Vi tidak mau masalah ini dilaporkan, karena itu bisa berdampak kepada image mereka. Tapi Wat tidak peduli dengan masalah image dan ingin melaporkan Wutta yang telah melakukan hal itu kepada Nok.

Lalu Vi berusaha menenangkan diri dan menjelaskan bahwa jika hal ini tersebar, maka orang akan membicarakan itu dan disaat itu, Nok pasti akan terpukul dan itu rasanya seperti di neraka. Makanya sebagai seorang Ibu, dia tidak mau itu terjadi kepada Putrinya.


“Terserah kamu. Aku ingin  beritahu kamu. Aku tidak senang bahwa dia tidak mendapatkan balasan dari tidakan jahatnya,” kata Wat dengan marah.

“Siapa yang bilang dia tidak akan mendapatkannya? Jangan khawatir, dia pasti akan mendapat balasan penuh. Pastinya!!” balas Vi dengan penuh tekad.



Polisi datang ke hotel dan berbicara kepada Nart, lalu Nart memberitahu bahwa Tana sedang bekerja, jadi Tana tidak menjawab telponnya. Kemudian polisi tersebut memberitahu banyak hal tentang kesalahan hotel milik Tana ini yang mereka temukan.

Pertama, awalnya diberitahu bahwa tempat ini akan dibangun kondominium, tapi malah berubah menjadi sebuah hotel. Kedua, ukuran bangunan tidak tepat dan menyalahi aturan. Ketiga, pihak berwenang tidak mengeluarkan lisensi, jadi hotel milik Tana ini melakukan bisnis tanpa izin. Serta berbagai kesalahan lainnya. Dan sebagai manajer hotel, polisi mau meminta keterangan dari Nart.



Diluar hotel. Pat dan Vi memperhatikan saat Nart mengikuti polisi pergi. Dan melihat itu, Vi mengomentari betapa kasihannya Nart, karena Tana menjadi waspada dan membiarkan bawahannya, yaitu Nart, untuk dibawa pergi.

“Jangan takut, disana ada bisnis  yang tidak transparan. Banyak kasus yang bisa diserang,” jelas Pat, menenangkan Vi.

“Terima kasih banyak ya Pat dan maaf untuk masa lalu,” balas Vi, berterima kasih.

“Jangan pikirkan. Bagaimana pun anakmu adalah anak ku juga. Jadi mari tunggu 2 hari lagi. Aku tidak akan membiarkan Pria buruk itu tinggal di kota ini,” balas Pat.




Lalu untuk merayakan pertemanan mereka yang telah kembali, maka Vi mengajak Pat untuk makan bersama dan dia yang akan mentraktirnya. Dan dengan bersemangat, Pat setuju. Lalu saat membuka pintu mobil, tanpa sengaja sebuah botol kosong terjatuh, jadi Vi pergi untuk membuangnya.


Disaat itu, ketika akan membuang botol tersebut. Vi tampak terkejut ketika bertemu dengan seorang karyawan wanita yang sedang memilah sampah. Karena wanita itu adalah Ibu kandung Nai.

3 Comments

Previous Post Next Post