Sinopsis Lakorn : Piang Chai Kon Nee Mai Chai Poo Wised Episode 2 - 1

Broadcast Network: Channel 3



“Aku tidak mengerti ini. Dunia begitu kecil. Lebih penting, dia bukan hanya penduduk pulau seperti yang ku kira. Ditambah, dia bilang bahwa dia tidak tahu apapun tentang foto itu,” kata Nuth kepada Chaya, menceritakan tentang Wat.



Lalu tepat disaat itu, Wat muncul. Dan melihat dia, Nuth menjadi terkejut serta heran. Apalagi ketika dilihatnya kalau Wat dan Soam tampak saling mengenal. Sedangkan Chaya yang tidak mengenali Wat, bertanya kepada Nuth siapa itu.

“Yang barusan aku bicarakan. Satrawat. Peminjam kita. Penduduk pulau,” jelas Nuth. Lalu dia mengatakan bahwa benar dugaannya, yaitu Wat tidak sesimpel seperti yang dipikirkannya.



Tanpa berbasa- basi, Wat langsung menanyakan dimana tasnya. Namun Soam tidak mau memberitahu, dia malah mengambil secuil roti dan mengulurkan itu ke Wat. “Makan ini. Aku akan kembalikan nanti,” kata Soam.

Tapi Wat tidak mau menerima suapan dari Soam dan hanya diam. Lalu dengan nada manja, Soam meminta Wat untuk makan sambil dia melirik ke arah Chaya serta Nuth berada. Dan menyadari itu, Wat mengambil secuil roti yang Soam pegang, lalu dia melihat ke belakang nya, ke tempat dimana Nuth serta Chaya duduk.



“Jika kamu mau melakukan balas dendam, cari saja orang lain,” kata Wat, lalu bangkit berdiri dan mau pergi. Tapi dengan cepat, Soam berdiri mendekati dan menahan Wat, lalu dia duduk dengan mesra disamping Wat dan berfoto.

“Apa yang kamu lakukan?” tanya Wat dengan bingung.

“Mempostingnya di IG (Instagram),” jawab Soam dengan santainya.

“Dengan melakukan ini, apa kamu pikir dia akan kembali?”


“Tidak ada seorang pun yang akan duduk tanpa melakukan apa-apa, ketika melihat paman dan keponakan melakukan hal yang memalukan. Untung saja, aku tidak membongkar hubungan mereka,” jawab Soam sambil menatap ke arah Nuth dan Chaya.

“Mereka paman dan keponakan?”

“Iya. Nuth bahkan menggoda pamannya sendiri. Jahat, kan? Sekarang kamu tahu kan, aku diselingkuhi. Jadi bagaimana aku tidak marah?”



Nuth yang salah paham terhadap Wat. Dia memberitahu Chaya bahwa tampaknya Soam masih belum mengetahui sifat Wat yang asli. Dan Chaya membalas bahwa walaupun Soam tahu, Soam masih tidak akan peduli. Lalu Chaya mengajak Nuth untuk pulang, karena suasana disini sudah tidak nyaman. Dan Nuth pun mengiyakan.



Ketika Wat melihat bahwa Nuth serta  Chaya telah pergi. Dia mengatakan kepada Soam untuk mencari Pria lain saja yang kondisinya lebih baik dari dia. Namun Soam tetap ingin bersama dengan Wat. Dan Wat tersenyum dengan malas, dia tampak merasa lucu melihat sikap kekanakan Soam.

Lalu Soam berdiri dan menarik tangan Wat untuk pergi. Dan Wat pun menjadi heran kemana. Lalu Soam menjawab,” Menjatuhkan bomb kepada Chaya. Aku mohon,” pinta Soam.



Soam membawa Wat untuk menyusuli Nuth dan Chaya yang mau pergi. Lalu disana dengan sinis, Soam menyindir mereka berdua, dia menanyakan apa mereka telah banyak bersenang- senang sebagai paman dan keponakan. Dan Chaya membalas bahwa itu tidak sebanyak yang Soam lakukan. Lalu setelah itu, Chaya memegang tangan Nuth dan menariknya untuk segera pergi.

“Besenang- senanglah memanjat pohon berduri. Aku telah menemukan jalan yang cerah dengan Dokter Wat,” kata Soam kepada mereka lagi. Dan mendengar itu, Nuth pun berbalik dan tersenyum.



“Mungkin kamu salah paham akan sesuatu. Pria ni. Dia tidak ada apa- apanya dibandingkan Paman Chaya,” kata Nuth sambil menatap tajam pada Wat.

“Betapa mengecewakan. Wanita pintar sepertimu menilai seseorang dari penampilan luar, sebelum mengenal mereka. Apa gelar Harvard mu hanya dekorasi di dinding? Ini adalah Dokter Strawat. Dia tamat dari USA dan dia baru kembali,” balas Soam, membanggakan Wat.



“Kelihatannya kamu yang salah. Dari apa yang kulihat, aku hanya melihat seorang yang berbakat menghisap wanita,” balas Nuth. Dan mendengar itu, Wat tampak tidak senang.

“Apa? kamu iri karena kamu tidak bisa menemukan satu?”

“Tipe pria ini? Aku tidak mau. Karena dia tidak berharga.”



Chaya lalu mengajak Nuth untuk segera pergi saja dan mengabaikan mereka. Dan Nuth pun setuju, lalu dia mengikuti Chaya berjalan hingga ke depan lift.

Soam mengatakan kepada Wat untuk tidak terlalu mendengarkan Nuth, karena dia memang selalu merendahkan orang. Dan dengan tegas, Wat menyuruh Soam untuk mengambilkan tasnya dan dia akan menunggu disini, lalu Wat pun berjalan pergi duluan.

Soam memanggil Wat dan ingin mengikuti, tapi seorang pelayan menahan Soam. Karena Soam belum ada membayar.


Dikarena kan ada telpon masuk, maka Chaya berjalan sedikit menjauh dan meminta Nuth untuk menunggu. Lalu disaat itu Wat datang. Dan melihat itu dengan cepat, Nuth menekan pintu lift berkali- kali. Lalu setelah pintu lift terbuka, Nuth segera masuk kedalam dan Wat mengikuti.



“Mengapa kamu masuk kesini?” tanya Nuht, tidak nyaman dengan Wat.

“Jangan bilang. Kamu begitu kaya hingga kamu membeli lift ini,” balas Wat.

“Keluar,” perintah Nuth. Tapi Wat tidak mau. Jadi akhirnya Nuth sendiri yang keluar dari dalam lift.

“Ini terlalu berlebihan,” gumam Wat sambil berjalan keluar dari dalam lift dan mengikuti Nuth yang pergi.



Nuth berjalan turun menggunakan tangga darurat. Dan ketika dia melihat, Wat mengikutinya, dia pun bertanya. Lalu Wat membalas bahwa apa dengan naik lift yang sama dengannya maka Nuth harus bertingkah seperti akan mati.

“Aku terganggu. Aku tidak ingin bernafas diudara yang sama sepertimu,” balas Nuth, lalu berjalan menurunin anak tanggan dengan cepat. Dan dengan cepat pulak, Wat berjala menurunin anak tangga juga, mengikuti Nuth.


Sedangkan didepan lift. Chaya yang telah selesai bertelponan, dia merasa heran ketika tidak melihat Nuth dimana pun, disekitar lift.

Sementara Soam yang baru saja menyelesaikan pembayarannya dan ingin menaiki lift, dia bertemu dengan Chaya. Dan melihat dia, Chaya menanyakan apa Soam melihat Nuth

“Tidak. Aku tidak melihat dia,” kata Soam. Lalu dia menekan tombol lift, dan ketika lift telah terbuka, dia mau masuk kedalam, begitu juga dengan Chaya. Namun ketika Chaya melihat Soam tampak tidak senang, maka dia mempersilahkan Soam untuk turun duluan menggunakan lift. Sementara Chaya sendiri, dia tetap disana untuk menunggu Nuth.



Menggunakan hak tinggi dan menurunin anak tangga yang banyak, itu membuat Nuth mulai merasa capek dan kakinya kesakitan, tapi dia tetap tidak mau berhenti untuk berjalan. Dan melihat itu, Wat pun bertanya kenapa Nuth sampai seperti ini padanya.

“Aku terganggu oleh seorang pria yang menjual badannya,” kata Nuth.



“Aku tidak menjual diriku sendiri. Dan aku tidak pernah menghisap dari banyak Wanita. Kamu tidak berhak untuk menghina aku,” balas Wat sambil menghadang Nuth.

“Jangan biarkan aku menemukan bahwa kamu memeras 60 juta dari Soam untuk membayarku kembali,” balas Nuth, lalu mau berjalan turun lagi.

Tapi Wat menahan Nuth,” Mengapa kamu terus berpikiran seburuk itu tentangku?”

“Karena aku tidak bodoh seperti Soam.”

“Kamu tidak lebih baik daripada aku. Obat dan Pria,” balas Wat.


“Jangan samakan aku denganmu. Aku tidak seburuk seperti kamu,” balas Nuth, lalu dia berbalik untuk naik ke atas kembali. Tapi karena terlalu buru- buru, maka tanpa sengaja Nuth terjatuh.

Wat ingin membantu Nuth, tapi Nuth tidak mau Wat untuk memegangnnya. Jadi karena itu, maka Wat pun tidak jadi untuk membantu Nuth. “Kamu ada menyentuhku dan menepuk ku. Aku bahkan tidak ada menguluh,” kata Wat, mengingatkan Nuth.

“Tidak mengeluh? Kemudian mengapa kamu menyebutkan ini? Diam,” balas Nuth.

“Bagaimana jika tidak? Apa kamu akan membunuhku dan menutupinya?”



Dengan kesal, karena Wat tetap bicara, maka Nuth mengambil sebelah sepatunya dan melemparkan itu kepada Wat. Tapi karena Wat berhasil menghindar, maka sebelah sepatu Nuth pun terjatuh jauh sekali ke bawah.

“Rasakan itu, Khun Nuth,” kata Wat sambil tersenyum. Lalu dia mempersilahkan Nuth untuk turun ke lantai bawah dan mengambilnya sepatu itu sendiri.

“Ya,” balas Nuth dengan kesal. Lalu dia berjalan turun. Tapi karena sebelah kakinya masih agak sakit, maka Nuth agak kesulitan untuk berjalan.


Dilobby restoran. Soam memerintahkan para anak buahnya untuk mencari dimana Wat berada dan jangan sampai Wat pergi.



“Kaki mu sakit, tapi kamu masih tidak akan menyerah?” tanya Wat sambil berjalan dengan santai. Lalu dia ingin membantu Nuth, tapi Nuth tetap tidak mau membiarkan Wat untuk membantunya.

“Jangan sentuh sepatu mahalku,” kata Nuth, memperingatkan Wat.

“Mahal? Berapa harganya?” balas Wat.

“100k.”

“Sepatu berharga 100k? Berarti, satu itu 50k,” balas Wat.



Ketika Wat ingin turun untuk mengambil sebelah sepatunya yang terjatuh, Nuth segera menahannya. Tapi Wat tidak peduli dan dengan cepat dia berhasil melewati Nuth, lalu dia berjalan menurunin anak tangga.

Dan Nuth berusaha untuk menghentikan Wat, tapi sayangnya Wat tetap berhasil melewatinya terus. Jadi akhirnya dengan cepat Nuth berjalan menurunin anak tangga untuk dapat berhasil sampai duluan kebawah dan mengambil sebelah sepatunya itu.


Dilobby. Soam mencoba untuk menghubungin Wat, tapi sayangnya Wat tidak mengangkat telponnya. Dan lalu Chaya yang sedang mencari Nuth juga, dia tiba di lobby, tempat dimana Soam berada.

Dan bersama, ketika saling melihat keberadaan satu sama lain, mereka saling mengabaikan.  Lalu secara bersamaan, mereka saling menghubungin Nuth serta Wat.



Ditangga. Wat yang berjalan lebih cepat, dia berhasil tiba duluan di tangga, dimana sebelah sepatu Nuth terjatuh. Dan dia pun memungut sebelah sepatu Nuth itu sambil tersenyum, lalu dia naik kembali ke atas.


“Dimana Wat?”, “Dimana Nuth?”. Gumam Soam serta Chaya secara bersamaan. Dan lalu mereka berdua saling bertatapan dengan sinis terhadap satu sama lain.



Nuth sangat kelelahan sampai berkeringat, karena harus berjalan menurunin banyak anak tangga. Lalu Wat yang melihat itu, dia tertawa. Dan setelah itu, Wat mendekati Nuth.

“Luka dikakimu, apa itu masih sakit?” tanya Wat dengan perhatian.

“Bukan urusanmu,” balas Nuth dengan sinis, lalu dia mau merebut kembali sebelah sepatunya dari tangan Wat. Tapi Wat mengelakan tangannya.


“Apa kamu akan meminta maaf atau mengucapka terima kasih? Pilih satu,” kata Wat.

“Aku tidak memintamu untuk mengambilkan itu.”

“Kemudian minta maaflah,” kata Wat, lagi. Tapi Nuth tetap tidak mau meminta maaf. Lalu karena itu, maka Wat pun mengalah. “Aku hanya peminjam. Bukan pangeran. Jadi turun dan pakailah sepatu mu sendiri,” jelas Wat, lalu dia meletakan sepatu Nuth dilantai dan berjalan turun duluan.

Dan setelah Wat tidak terlihat lagi, barulah Nuth memakai kembali sepatunya serta berjalan turun.


Sesampainya dilantai dasar. Wat bertemu dengan Chaya, namun dia mengabaikan Chaya dan langsung berjalan mendekati Soam. Dan melihat kedatangannya, Soam mengeluh karena dia berpikir bahwa Wat telah pergi meninggalkannya.



“Dimana tasku? Aku mau pergi sekarang,” kata Wat dengan tegas.

“Tasmu ada dirumah,” balas Soam.

“Kamu bohong?”

“Antarkan aku. Kemudian aku akan mengembalikan tasmu,” kata Soam dengan manja.

“Ini terakhir kalinya, aku akan mempercayaimu.”

“Aku janji. Jika aku bohong lagi. Aku akan patah hati lagi.”

Dan dengan malas, Wat pun berjalan keluar. Lalu Soam menyuruh anak buahnya untuk membawakannya helm, karena dia mau pulang bersama dengan Wat.


Dengan sangat, sangat kelelahan. Nuth akhirnya berhasil sampai di lantai dasar. Lalu dia mengajak Chaya yang telah menunggunya untuk segera pulang.



Didalam perjalanan pulang. Dengan khawatir, Chaya menanyakan kepada Nuth tentang apa yang telah Wat perbuat kepada Nuth tadi, apa Wat menggunakan situasi dipulau untuk mengganggu Nuth.

“Aku tidak bodoh untuk membiarkan dia menyerangku,” kata Nuth.

Tepat disaat itu, karena sedang lampu merah. Maka Wat yang mengendarai motor sambil membonceng Soam, dia berhenti disamping mobil Chaya. Dan melihat keberadaan Chaya serta Nuth, dengan sengaja Soam memeluk Wat dengan erat untuk memanas- manasi Chaya.

Lalu karena itu, Chaya pun menjadi kesal, tapi bukan karena dia cemburu pada Soam, melainkan karena dia melihat keberadaan Wat. Dan Nuth menghentikan Chaya serta meminta Chaya untuk mengabaikan nya.


 Namun Chaya tidak mau membiarkannya begitu saja. Ketika lampu telah hijau, dengan cepat Chaya mengendarai mobilnya dan menyusul motor Wat yang telah melaju duluan.

“Apa yang kamu lakukan?” tanya Nuth.

“Memberi dia pelajaran. Dia berurusan dengan orang yang salah,” balas Chaya.

Chaya menekan klason berulang kali. Dan ketika dia telah berhasil menyusul disamping motor Wat, dia menyuruh Wat untuk berhenti, karena mereka perlu untuk berbicara. Tapi dengan cepat, Wat mengendarai motornya dan tidak mau berhenti.



“Paman, berhenti. Paman,” pinta Nuth dengan panik. Tapi Chaya tidak mau mendengarkan dan tetap mengendarai mobilnya dengan sangat cepat. Sehingga Nuth pun bingung, harus berbuat apa.

Dengan sangat cepat, Chaya menyalip motor Wat, sehingga hampir saja Wat serta Soam terjatuh. Tapi untungnya, Wat berhasil mengelak. Lalu dengan marah, Soam meneriaki Chaya gila.

Dan karena Chaya terus mengejarnya, maka Wat semakin mempercepat mengendarai motornya.

“Hentikan sekarang,” kata Nuth dengan tegas. Tapi saking keras kepalanya, Chaya tetap tidak mau mendengarkan Nuth sama sekali.



Akhirnya, karena saking ngebutnya mereka berdua, maka polisi lalu lintas pun menghentikan mereka berdua. Tapi tidak sadar akan situasi yang terjadi, Chaya turun dari dalam mobilnya dan berbicara dengan marah kepada Wat. Dan Nuth pun menarik tangan Chaya, meminta nya untuk berhenti.



“Jika kamu ingin duel, maka jangan membahayakan hidup wanita,” kata Wat dengan marah, mengingatkan Chaya akan tindakannya tadi.

“Chaya. Apa kamu mabuk?” tambah Soam. “Petugas. Cek level alkohol di dalam darahnya,” kata Soam kepada petugas.

Tanpa mengatakan apapun lagi, Chaya langsung meninju Wat. Dan ketika kedua kalinya, Chaya ingin meninju Wat lagi, dia gagal, karena Wat dengan cepat langsung membalas meninju nya. Lalu seorang polisi meniup peluitnya untuk menghentikan mereka, tapi mereka berdua mengabaikan si polisi.


“Aku tidak tahu apa yang telah kamu dengar. Tapi disana tidak ada apapun antara aku dan dia. Jelaskan lah!!” kata Wat kepada Nuth.

“Tidak ada apapun untuk dijelaskan,” kata Soam kepada Wat. Lalu dia mendekati Chaya,” Cukup, Chaya. Kita sudah putus.”

“Ini tidak melibatkan kamu, Soam,” balas Chaya.

“Mengapa tidak? kamu kehilangan kontrol diri, karena kamu cemburu padaku. Ini sudah terlalu terlambat sekarang,” kata Soam.

“Mungkin kamu yang mabuk,” balas Chaya.



Seorang warga yang kebetulan berada disana, dia merekam kejadian tersebut menggunakan kamera video di hape nya. Dan lalu dia mengirimkan itu kepada Mirantee.

Lalu Mirantee yang awalnya sedang tertidur, langsung bangun ketika melihat rekaman video yang dikirim kan kepadanya itu.



Si polisi memeriksa level alkohol Chaya. Dan ternyata hasilnya adalah Nol. Lalu seorang polisi lain, dia langsung mengomentari Chaya. “Jadi kamu tidak mabuk. Tapi kamu sedang sakit cinta.”

“Aku sudah bilang padamu. Aku tidak mabuk,” balas Chaya.



Lalu si polisi tersebut memberikan surat tilang kepada mereka berdua. Dan ketika Wat baru saja memegang surat itu, Soam langsung merebutnya.

“Aku akan membayarnya. Itu terjadi karena kecantikanku,” kata Soam dengan bangga dan penuh percaya diri. Dan mendengar itu, Nuth tertawa kecil.

“Kamu bahkan tidak punya uang untuk membayarnya,” kata Nuth, menyindir Wat. Dan karena sindiran itu, maka Wat pun langsung merebut kembali surat tilang tersebut dari tangan Soam.

“Tapi…” kata Soam.

“Khun Soam,” kata Wat dengan tegas.





Lalu ketika Nuth berjalan melewatinya, Wat menunjukan surat tilang tersebut kepada Nuth. “Aku akan menggunakan jumlah ini untuk mengurangin pinjaman.”

Dengan kesal, tanpa mengatakan apapun lagi, Nuth menghampiri Chaya dan memegang tangan Chaya. Dia mengajak Chaya untuk pulang.

“Berpegangan tangan tanpa malu,” kata Soam dengan kesal. Lalu kepada Wat, Soam meminta maaf karena telah membuat Wat terluka. Dan dengan malas, Wat mengabaikan Soam.



Mirantee tersenyum sendiri saat melihat video yang dikirimkan kepadanya itu. “Soam. Imajinasi mu tidak bisa dipercaya. Aku akan membuka kan mata mu,” komentar Mirantee.

Lalu dengan bersemangat, Mirantee mulai mengetik artikelnya. Tragedi Cinta Segitiga.



Soam menetapi janjinya. Dia mengambalikan tas milik Wat. Dan ketika tas nya telah dikembalikan, maka Wat ingin langsung pergi. Tapi Soam menahan Wat dan menawarkan diri untuk membantu mengobati luka Wat.

“Tidak, terima kasih. Aku bisa mengobatinya sendiri,” kata Wat sambil melepaskan tangan Soam yang memegangnya.

“Akankah kita bertemu lagi?



“Aku harap, ini adalah yang terakhir. Karena aku tidak bisa bertanggung jawab untuk hidupmu, putri dari seorang Pria yang berkuasa.

“Oo… tidak bisakah kamu memberiku harapan?”

“Semoga beruntung,” balas Wat dengan sikap dingin. Lalu dia pergi.



Ayah Soam yang melihat kepergian Wat. Dia menghampiri Soam dan menanyakan siapa itu. Dan dengan bangga, Soam mengatakan bahwa dia tidak pernah menjadi single lebih dari satu hari.

“Apa kamu kehilangan pikiranmu? Kamu putus dengan Chayakorn dan berkencan dengan berandalan itu,” kata Ayah Soam.

“Bagaimana dengamu? Kamu suka dengan para kupu2 malam. Jadi jangan memarahiku, jika aku ingin bersama dengan seseorang. Aku bosan dengan pria kaya. Aku hanya ingin mencoba sesuatu yang berbeda,” balas Soam dengan sikap tidak sopan.


Dirumah. Nuth mengompres luka Chaya. Dan dengan kesakitan, Chaya meringis sambil tersenyum kepada Nuth.

“Apa itu sakit sekarang? Ketika kamu bertarung, kamu bahkan tidak berhenti,” kata Nuth, mengomentari sikap Chaya tadi.

“Aku terluka secara fisik. Itu lebih baik daripada terluka karena dia menghina kamu,” balas Chaya.

“Akhir- akhir ini, kamu mudah sekali marah. Aku tidak suka, ketika kamu menjadi seperti ini. Karena ketika kamu marah, kamu menakutkan.”



“Aku cemburu… Hm… maksudku aku khawatir. Aku benar- benar khawatir padamu,” kata Chaya. Lalu sambil memegang tangan Nuth yang mengobatinya, Chaya meminta maaf kepada Nuth, karena telah membuat Nuth takut serta dia berjanji bahwa dia tidak akan melakukan itu lagi.

Dan Nuth menganggukan kepalanya. Lalu sambil mengompres luka Chaya, mereka berdua saling bercanda dan bermain bersama.

Karena Chaya mengeluh kesakitan, maka Nuth mendekat dan meniupkan sudut bibir Chaya yang terluka.



Pol yang kebetulan terbangun. Dia turun ke lantai bawah. Dan ketika dia melihat lampu ruangan tamu masih hidup serta mendengar suara Chaya dan Nuth. Maka dia pun berjalan mendekati ruangan tamu.

Lalu disana dia melihat kemesraan antara Nuht dan Chaya. Dan ketika dilihatnya, Chaya seperti mau memegang tangan Nuth, dengan suara keras, Pol memanggil nama Chaya.

“Apa yang kamu lakukan?” tanya Pol kepada mereka berdua.

“Mengobati luka paman,” jawab Nuth.

“Sudah selesai, kan? Kembali lah tidur sekarang,” kata Pol dengan tegas.


“Itu tidak sakit lagi, kan?” tanya Nuth dengan perhatian. Dan Chaya membalas iya. Lalu setelah itu Nuth pun langsung berdiri dan menghampiri Pol. Dan sebelum kembali ke kamar, Pol memberikan tatapan tajam kepada Chaya.



Sesampainya dirumah. Wat mendengar keributan para pelayannya, karena Ibunya tertidur di lantai. Dan karena itu, maka Wat pun menjadi panik.

“Jan. Apa yang terjadi kepada Ibuku?” tanya Wat.

“Dia menunggu kamu dan jatuh tertidur,” jawab Jan (pelayan gemuk).

Namun Wat tidak percaya. Dan ketika dia melihat ke atas meja ruang tamu yang terdapat begitu banyak botol bir kosong. Maka Wat pun bertanya apa Ibunya mabuk- mabukan.


“Dia hanya mabuk, ketika dia merasa kesepian. Merindukan kamu atau kalah judi,” jelas si pelayan kurus. Dan dengan tajam, Jan memberikan tatapan agar si pelayan kurus diam.

“Jangan dengarkan dia. Dia suka keliru. Boss menunggu mu tentang berita negosisasi dengan kreditor. Dia menunggu lama sekali. Sampai dia jatuh tertidur,” jelas Jan.

Mendengar itu, walau agak tidak percaya, tapi Wat tidak mengatakan apapun. Dia meminta kedua pelayan nya itu untuk pergi tidur. Sementara dia yang akan mengurus Ibu.




Disofa. Wat menlapkan wajah Ibunya dengan penuh perhatian. Dan melihat itu, kedua pelayan itu merasa bersalah, karena Wat memiliki Ibu seperti Saoworos. Tapi apa yang bisa mereka perbuat, karena bagaimana pun Saoworos adalah satu- satunya Ibu Wat.


Didalam kamar. Wat mengingat tentang perkataan si pelayan kurus mengenai alasan kenapa Ibu nya mabuk- mabukan. Lalu Wat mengingat pertanyaan Nuth tentang berapa lama waktu yang diperlukannya untuk melunaskan hutang itu.

Setelah itu, Wat melihat kearah foto nya dengan Ayahnya. Dan dia mengingat mengenai alasan mengapa mereka bisa memilki hutang sebanyak itu. Lalu Wat mengingat tentang saat terakhir Ayahnya.



“Wat. Jangan mengabaikan Ibumu. Berjanjilah padaku,” kata Ayah Wat (Wonrob).

“Ya, ayah. Aku berjanji,” balas Wat.

Lalu setelah itu, Wonrob menghembuskan nafas terakhirnya. Dan dengan sangat sedih, Wat serta Saoworos memeluk Wonrob.



Mengingat kenangan sedih itu. Wat lalu mengambil gitarnya dan mulai bermain musik. Lalu dia kembali mengingat tentang setiap perkataan kasar Nuth yang merendahkannya saat mereka berdua bertemu direstoran.


Dan dengan kesal, ketika mengingat hal itu. Wat berhenti memainkan gitarnya.

6 Comments

Previous Post Next Post