Sinopsis Korean Drama : Hundred
Million Stars From the Sky Episode 03-3
The Smile Has Left Your Eyes
Images by : TvN
“Lim
Yu Ri. 22 tahun. Dia satu SMP dengan Jeong Mi Yeon di Amerika. Jeong Mi Yeon
kembali ke Korea tiga tahun lalu. Lim Yu Ri kembali dua tahun lalu. Pertemanan
mereka berlanjut di Korea. Mereka bersahabat. Dia tinggal di studio band sambil
bekerja paruh waktu. Hanya itu. Ada apa?”
“Hanya
itu? Bukan apa-apa. Hanya penasaran,” jawab Jin Kook.
--
Moo Young kembali ke pabrik. Dan sebelum
keluar dari mobil-nya, dia memikirkan sesuatu (atau teringat sesuatu). Ada
payung dengan logo Beer Festival di
buka saat keluar dari kamar 1502. Dan dia berdiri dari balkon dan melihat ke
bawah.
--
Yoo
Jin masih membawa So Yeon dan Jin Kang berkeliling. Dan mereka melihat Moo
Young yang sudah masuk kerja padahal tadi izin. Moo Young hanya mengenakan kaos
dalam tanpa lengan, dari terlihat luka bakar di bahunya ternyata sampai ke
bagian lengan atas.
Hee
Jun datang dan mengajak Jin Kang dan So Yeon untuk mencoba bir mereka.
--
Jin
Kook keluar dari kantor. Dia teringat saat melihat senyuman Moo Young saat
masuk ke ruang kerjanya dan melihat foto Mi Yeon yang ada Yu Ri di dalamnya.
Dia juga teringat mengenai pertemuan Moo Young dan Yu Ri di café tadi.
--
Jin
Kang selesai bekerja, dan dia tidak bersama dengan So Yeon. Dia hendak pulang,
tetapi Moo Young memanggilnya dan menawarkannya bir stout buatan Arts Brewery.
Jin Kang setuju, dan matanya tampak tidak bisa terlepas dari luka bakar di
tangan Moo Young.
Jin
Kang mencoba bir tersebut dan memuji rasanya sangat enak, dan karena itu dia
menyukai resep Gil Hyung Joo. Moo Young memberitahu kalau itu sebenarnya
resepnya. Jin Kang sedikit canggung mendengarnya dan memuji bir nya enak.
“Kamu
sengaja menyuruh Nona Lim pergi? Tidak ada siapa pun di sini. Setelah semuanya
pergi, kita hanya berdua,” ujar Moo Young.
“Aku
juga pamit. Kamu sudah menyuruh semuanya pergi. Selamat bersenang-senang
sendirian.”
“Aku
sengaja berganti shift. Aku bertukar jadwal dengan Hee Jun.”
Tetapi,
Jin Kang mengabaikannya dan terus berjalan ke pintu keluar.
Di
luar, ternyata sedang turun hujan deras. Jin Kang dengan terpaksa meminjam
payung pada Moo Young, tetapi sayangnya tidak ada payung untuk umum. Jin Kang
dengan kesal meminta Moo Young meminjamkannya payung siapa saja, dia akan ke
toko untuk membeli payung dan akan kembali lagi untuk mengembalikannya. Moo
Young menjawab tidak ada sama sekali, dan menawarkan untuk mengantar Jin Kang.
Saat
Moo Young keluar untuk mengambil mobil, Jin Kang juga ikut keluar. Dia
mengambil kardus bekas dan menggunakannya menjadi payung untuk menerobos hujan.
Tiba-tiba,
Moo Young menarik tangannya dan tubuh mereka berdekatan. Moo Young menatap
tajam Jin Kang, dan merebut kardus di tangan Jin Kang dan melemparnya ke
samping, hingga kardus basah. Setelah itu, Moo Young membawa mobilnya dan
menyuruh Jin Kang untuk masuk, dia tidak akan bicara sama sekali sama Jin Kang.
Moo Young terlihat kesal.
Di
dalam mobil, mereka berdua saling diam. Tidak ada sepatah katapun yang terucap.
Moo Young bahkan tanpa bersuara, mengambil kain di dashboard dan
mengelap-kannya ke kaca jendela samping Jin Kang.
--
“Kenapa?
Dia melarangmu?”
“Apa?”
“Teman
kencanmu. Kenapa kamu terkejut? Pikirmu ibu tidak akan tahu? Kamu hebat. Pria
memang begitu. Ibu menunggu lama, tapi Woo Sang tidak pernah mengungkit
pernikahan. Ibu heran dengannya. Tapi berhentilah bermain-main. Jangan
menghasut Woo Sang lagi. Jangan menemui pemuda itu lagi.”
“Ibu.
Aku sungguh tidak mau menikah dengan Woo Sang. Aku tidak mau.”
“Dia
bukan orang biasa yang bisa kamu campakkan kapan saja. Woo Sang itu menakutkan.
Hebat, bukan? Dia sangat gagah.”
--
Moo
Young mengantar Jin Kang ke minimarket. Dan Jin Kang langsung membeli payung. Saat
dia hendak membayar payungnya, Moo Young meletakkan satu lagi payung dan
menyuruh Jin Kang untuk membayarnya karena dia sudah mengantarkan Jin Kang. Jin
Kang heran melihat tingkahnya.
“Kenapa
kamu labil sekali? Biasanya kamu mempermainkan ku seperti anak SD. Kini kamu
terkesan marah tanpa sebab. Jika ingin mengusikku, kenapa mengantarku?” protes
Jin Kang.
“Tidak
perlu kaku. Kamulah yang labil. Bicaralah dengan santai seperti biasa.”
“Kamu
yang pertama mengajakku bicara karena alasan pribadi, bukan?”
“Kamu
benar-benar seperti bocah.”
“Menjengkelkan.
Aku menyangrai biji kopi agar kamu saksikan, tapi kamu abai. Jangan kecewa,
Luka. Dia memang aneh. Wanita lain tidak begini,” ujar Moo Young dan memakai
kemeja lengan panjangnya. “Sebenarnya, ini caraku memikat wanita. Kamu ingin
bilang bahwa kamu juga memiliki luka bakar, bukan?”
“Pikirmu
itu ampuh untuk memikat wanita?”
“Memangnya
ada apa dengan luka bakar? Memiliki luka bakar itu biasa.”
“Raut
wajahmu seperti berkata, "Aku tidak pernah terluka. Aku tidak rendah diri seperti
harapanmu."
“Ya,
aku tidak pernah terluka,” jawab Jin Kang dengan percaya diri. Tetapi di dalam
hatinya dia mengasihani Moo Young.
“Syukurlah
kamu tidak pernah terluka.”
Pembicaraan
mereka harus terhenti karena ponsel Moo Young berbunyi. Jin Kang melihat nama
Seung Ah sebagai penelpon tetapi Moo Young tidak mau mengangkatnya sama sekali.
Jin Kang meminta agar Moo Young mengangkat tapi Moo Young tidak mau.
“Kenapa
kamu tidak mengangkatnya?”
“Aku
sedang bersama wanita lain.”
“Wanita
lain? Aku? Itu jawaban paling konyol yang pernah kudengar. Aku menanyakan ini
karena penasaran. Kenapa kamu melakukan itu?”
“Aku
selalu mempersiapkan diri.”
“Selalu
apa?”
“Mempersiapkan
diri. Saat bersamamu, aku lupa berhenti. Semuanya terasa cepat berlalu. Tatapanmu
terasa mengganjal. Aku kesal jika diam saja. Lihat. Aku akan kesal lagi,” ujar
Moo Young dan menatap tajam pada mata Jin Kang.
Jin
Kang heran mendengar perkataan Moo Young.
--
Jin
Kook membuang sampah dan bertemu dengan Moo Young yang mengantar pulang Jin
Kang. Dia tentu kaget karena mereka pulang bersama. Dan Moo Young menyapa Jin
Kook dengan ramah.
Setelah
Moo Young pergi, Jin Kook mulai menginterogasi Jin Kang yang pulang dengan Moo
Young.
“Tadi
aku berkunjung ke tempat pembuatan bir. Itu sangat terkenal, namanya
"Arts". Kami akan mendesain untuk mereka. Dia karyawan di sana.
Cukup?”
“Arts? Apa posisi dia di sana?”
“Dia
asisten produksi bir.”
“Jin
Kang. Jangan berurusan dengannya,” pinta Jin Kook.
“Untuk
apa aku berurusan dengannya? Jangan khawatir. Dia pacar Seung Ah.”
Jin
Kook lebih terkejut lagi tahu kalau Seung Ah pacaran dengan Moo Young. Dan Jin
Kang meminta Jin Kook untuk pura-pura tidak tahu.