Sinopsis Korean Drama : The Smile Has Left Your Eyes Episode 03-2


Sinopsis Korean Drama : Hundred Million Stars From the Sky Episode 03-2
The Smile Has Left Your Eyes
Images by : TvN
 Seung Ah berada di pinggir sungai. Dia merenung memikirkan ajakan Woo Sang untuk menikah dan menemui ayahnya untuk di perkenalkan. Dia terlihat sangat stress memikirkan hal itu.
Dan, Moo Young tiba-tiba datang dan duduk di sampingnya.
--
Yu Ri pergi ke tempat bar Moo Young bekerja. Hee Jun sudah bisa menebak Yu Ri datang untuk menemui Moo Young, dan tanpa menunggu Yu Ri untuk bertanya, Hee Jun sudah langsung menjawab kalau Moo Young tidak masuk kerja.
Yu Ri kemudian meminta di sediakan minuman. Tetapi, Hee Jun melayani-nya dengan tidak ikhlas. Dengan kesal, dia memberitahu Yu Ri kalau Moo Young sedang pergi kencan dan bersenang-senang.
“Lantas? Berkencan atau tidak, bukan urusanku.”
“Kekasihnya kaya. Kamu akan terkejut jika tahu. Selain itu, ini yang wajib kamu ketahui. Kekasihnya sangat cantik.”
“Lantas kenapa jika dia kaya dan cantik? Menurutmu Moo Young akan mencintainya?”
“Melebihimu.”
“Kalau begitu, siapa yang akan Moo Young selamatkan jika aku dan wanita itu tenggelam?”
“Dasar gila. Tentu saja dia, bukan kamu.”
“Silakan saja berpikir begitu.”
“Aku tahu isi pikiranmu. Kamu sangat menyukai Moo Young, tapi takut mengungkapkannya karena tahu dia akan langsung menolakmu.”
“Siapa bilang aku menyukainya? Dasar pencundang.” bantah Yu Ri dengan kesal dan menumpahkan minuman di gelasnya ke meja. Setelah itu, dia pergi. Hal itu membuat Hee Jun sangat kesal.
--
Moo Young mengantar Seung Ah pulang. Dan sepanjang perjalanan, ponsel Seung Ah terus berbunyi, membuat Moo Young bertanya kenapa Seung Ah tidak mengangkat telepon? Seung Ah hanya menjawab kalau itu dari ibunya, dan dia sudah mengirim SMS bahwa dia hampir sampai rumah.
Seung Ah kemudian mengenai orang tua Moo Young.
Di tempat lain, Woo Sang menerima laporan dari orang-nya kalau Moo Young adalah anak yatim piatu dan di besarkan di panti asuhan sejak berusia 6 sampai dengan 15 tahun. Nama panti asuhan itu adalah Panti Asuhan Jamyung, sebuah panti asuhan Katolik di Haesan.
“Dahulu ibuku sangat ketat. Dia sering mengomel, tapi semua ucapannya benar. Jadi, aku  kesal. Dia mengenakan pakaian yang sama sepanjang tahun,” jawab Moo Young pada Seung Ah (maksudnya, ibunya adalah kepala suster dan mengenakan seragam suster sepanjang tahun. Tapi, Seung Ah tentu tidak tahu maksud Moo Young sebenarnya).
“Bohong. Mana ada orang seperti itu?” tawa Seung Ah, mengira kalau Moo Young berbohong.
“Aku serius. Bibiku banyak. Mereka hampir seperti ibuku. Ucapan mereka benar dan pakaiannya selalu sama.”
“Menarik. Bagaimana dengan ayahmu?”
“Dahulu ayahku polisi. Dia detektif yang bersemangat menangkap kriminal.”
Dan kembali ke Woo Sang, yang menerima laporan dari orang-nya kalau tidak ada catatan apapun mengenai Moo Young sebelum usia 6 tahun. Nama Kim Moo Young juga di dapat dari panti asuhan. Moo Young juga pekerja keras dan diakui di tempat kerja. Di tempat kerjanya, ada seorang magang bernama Noh Hee Jun, dan saat kecil, mereka satu panti asuhan sebelum Hee Jun di adopsi. Kemudian, Moo Young mempunyai banyak wanita di sekelilingnya, tetapi belum pernah berpacaran dan tidak pernah mengajak wanita ke rumah.
Dan kita di perlihatkan Yu Ri yang menunggu di depan rumah Moo Young dan karena Moo Young tidak kunjung keluar, dia pergi dengan lunglai dari sana.
Moo Young sudah sampai di depan rumah Seung Ah. Dan dia balik mengajukan pertanyaan kepada Seung Ah, mengenai bagaimana orang tua Seung Ah.
“Orang tuaku? Biasa saja. Moo Young. Kakaknya Jin Kang juga detektif. Namanya Jin Kook.”
“Aku tahu. Kami pernah bertemu dengannya di dekat rumah.”
“Dia lucu sekali. Tapi kakaknya membesarkan Jin Kang sendirian dan tidak menikah. Orang tua mereka meninggal saat Jin Kang kecil. Kasihan sekali. Aku sangat kasihan kepadanya. Jika sedang membenci ibuku, aku memikirkan Jin Kang. Itu bisa menenangkanku.”
Di dalam rumah, ibu Seung Ah merasa kesal karena Seung Ah tidak kunjung sampai dan tidak mengangkat teleponnya padahal dia sudah menyiapkan gaun yang akan Seung Ah kenakan untuk menemui ayah Woo Sang.
Ibu kemudian melihat CCTV, dan matanya membelalak melihat Seung Ah berada di depan gerbang rumah bersama seorang pria. Di tambah lagi, Seung Ah memeluk pria itu (Moo Young). Dengan emosi, ibu hendak keluar rumah, tetapi dia seperti menyadari sesuatu dan tertawa dengan sangat keras. Dia tidak jadi keluar rumah dan merencakan hal lain.
--
Esok hari,
Jin Kook membawa So Jung ke kedai kopi dan menyuruh So Jung untuk membeli kopi yang paling mahal. Dia yang akan membayar. Jin Kook bahkan meminta kepada kasir kopi seperti kopi Luwak atau semacamnya yang harganya 20 dollar secangkir. Kasir memberitahu kalau mereka tidak mempunyai kopi seperti itu, minuman yang paling mahal di kedai itu adalah es blueberry seharga 12 dollar.
So Jung jelas malu. Dia juga tidak mau minum es, karena giginya ngilu. Akhirnya, So Jung memesan es kopi seharga 4.5 dollar.
“Cukupkah? Harganya hanya 4,5 dolar,” tanya Jin Kook.
“Jangan pikir itu impas. Kamu masih berutang 15,5 dolar lagi.”
“Perhitungan sekali,” kesal Jin Kook.
--
Yoo Jin menjelaskan kepada Jin Kang dan So Yeon fungsi masing-masing mesin di pabrik. Jin Kang mencatat dengan seksama dan So Yeon bertugas mengambil foto setiap mesin. Yoo Jin kemudian meninggalkan mereka sebentar.
So Yeon kemudian membahas mengenai pekerja tampan yang tidak masuk hari ini. Hee Jun tiba-tiba muncul mengira kalau So Yeon membicarakannya. Sayangnya, bukan Hee Jun yang So Yeon maksud tapi Moo Young.
--
So Jung dan Jin Kook minum kopi bersama. Dan So Jung tampak terpesona dengan seorang pria muda tampan yang baru masuk ke dalam kedai kopi. So Jung terus memuji pemuda itu, dan membuat Jin Kook penasaran. Ternyata pemuda itu adalah Moo Young.
Jin Kook segera memanggil Moo Young, dan hal itu membuat So Jung malu. Dia mengira kalau Jin Kook memanggil Moo Young karena dia terus membicarakan Moo Young. Tetapi, rasa malunya hilang saat tahu ternyata Moo Young dan Jin Kook saling mengenal.
Mereka berbincang sesaat. Moo Young bertanya apa So Jung adalah pacar Jin Kook? Dan Jin Kook serta So Jung langsung kompak membantah hal itu, mereka hanya teman kerja.
“Kenapa kamu kemari siang-siang?” tanya Jin Kook.
“Ada janji dengan teman.”
Moo Young kemudian pamit pada mereka karena tanda pemanggil kopinya sudah jadi sudah berbunyi (di Korsel sana, di kedai kopi-nya, kalau mesan kopi ada di kasih kayak alat penanda gitu, jadi kalau kopi kita sudah jadi, alat nya bunyi dan kita harus bawa ke kasir untuk di kembalikan dan ambil kopi-nya).
“Kenapa kamu memanggilnya? Memalukan. Siapa dia? Beri tahu aku,” tanya So Jung penasaran dengan suara berbisik.
“Kim Moo Young.”
So Jung benar-benar kaget karena itu ternyata Moo Young yang waktu itu Jin Kook minta dia selidiki.
“Kini aku paham. Kamu benar,” ujar So Jung sambil menatap Moo Young yang duduk di meja lain dekat jendela.
“Apa maksudmu?”
“Katamu kamu berdebar-debar dan gugup saat di dekatnya. Itulah yang kurasakan saat ini.”
Jin Kook jelas heran melihat tingkah So Jung dan mengajaknya untuk segera kembali ke kantor.
Di depan pintu café, mereka bertabrakan dengan Yu Ri. So Jung langsung minta maaf tapi Yu Ri malah memasang wajah sinis dan jelas membuat So Jung kesal. Dia mengomeli anak-anak sekarang yang tidak ada sopannya.
Di depan café, mereka melihat kalau Yu Ri duduk bersama dengan Moo Young. So Jung langsung ngedumel kalau selera Moo Young sangat jelek. Jin Kook hanya tertawa dan menilai Yu Ri yang cukup cantik.
“Haruskah aku ditato juga?” tanya So Jung tiba-tiba karena melihat tatto di belakang telinga Yu Ri.
Dan hal itu baru membuat Jin Kook menyadari kalau di belakang telinga Yu Ri ada tatto. Dia segera berlari ke kantor meninggalkan So Jung sendirian. Dia melihat foto Yu Ri bersama Mi Yeon, dan benar wanita di café yang bersama dengan Moo Young adalah Yu Ri, teman si korban.
Cho Rong yang melihat Jin Kook menatap foto dengan tajam, jadi heran dan bertanya ada apa?
--
Yu Ri menemui Moo Young untuk memberitah mengenai trofi itu. Dia menemukan trofi itu di rumahnya, tetapi dia tidak tahu itu milik Mi Yeon, dan karena itu dia membuang trofi itu ke tong sampah. Dan dia baru sadar kalau trofi itu dia temukan, di hari Mi Yeon tewas.
“Artinya, Sang Hoon membuangnya ke rumahku malam itu. Tapi, aku tidur dan tidak mendengar apa pun. Kenapa? Kenapa Sang Hoon membuangnya ke rumahku?”
“Tidurmu pulas malam itu? Katamu kamu tidur. Apa kini tidurmu pulas tanpa obat?” tanya Moo Young.
“Ya. Sudah lama aku tidak meminum obat. Aku tidak memerlukannya lagi setelah kita bertemu.”
“Begitu, ya,” jawab Moo Young dan tersenyum lebar.


Post a Comment

Previous Post Next Post