Sinopsis Lakorn : Game Sanaeha Episode 13 - part 3



Network : Channel 3



Diteras taman. Nenek membawakan makanan dan mau menyuapi Nok. Tapi Nok menolak dengan alasan sudah kenyang. Dan Nenek pun langsung mengomentari Nok yang baru makan sedikit saja, tapi sudah bilang kenyang.

“Ada apa Nok? Pertama kali kamu mencoba untuk menaikan berat badanmu, tapi sekarang,  kamu terlihat seperti kehilangan berat badanmu,” komentar Nenek.

“Berat Ibu menurun. Tapi berat bayiku tumbuh normal,” balas Nok.


Disaat Nenek serta Nok masih mengobrol. Vi datang dan mengabarkan mengenai berita kelahiran putri Khae. Lalu mendengar betapa bersemangat nya Vi mengabarkan itu, maka Nenek pun berkomentar bahwa Vi bersikap seolah Wat tidak pernah punya anak. Tapi Vi mengabaikan Nenek dan lalu dia mengajak Nok untuk ikut bersamanya.

“Nai akan menemuiku untuk membeli beberapa barang hari ini. Ini sudah hampir waktunya, jadi aku akan bersiap dulu,” kata Nok beralasan, lalu dia masuk ke dalam rumah sambil membawa semua barang rajutannya.


Dan ketika Nok telah masuk ke dalam rumah kecil, Nenek pun langsung mencubiti lengan Vi. Karena Vi sama sekali tidak memperdulikan perasaan Nok.

“Apa itu karena aku mengajaknya. Aku tidak ingin Nok menjadi berpikiran tertutup seperti seseorang. Sekarang setiap pihak berakhir happy ending. Apa kamu masih menyimpan dendam?” kata Vi menyindir Nenek.

“Bagaimana kamu tahu setiap pihak bahagia?” balas Nenek.


“Apa ada pasangan yang tidak bahagia?” tanya Vi dengan curiga dan heran.

“Mmm… aku tidak bahagia,” balas Nenek mengelak. Dan Vi pun tertawa kecil.

Kemudian Vi pun menawarkan diri untuk mengantar Nenek pulang, karena setelah itu dia mau langsung pergi untuk mengunjungin Khae dan Wat. Tapi Nenek tidak mau pulang. Lalu dengan nada bercanda, Vi mengajak Nenek untuk ikut bersamanya. Dan tanpa disangka, Nenek langsung mengambil tas nya dan berdiri. Nenek setuju untuk pergi mengunjungin Khae dan Wat.


Dirumah sakit. Thorsaeng merasa sangat heran dengan kedatangan Nenek yang ikut berkunjung. Apalagi sedari tadi, Nenek terus melihat bayi Khae secara dekat. Dan dia pun bertanya kepada Wat, namun Wat juga tidak tahu, karena yang mengizinkan Nenek untuk datang adalah Khae.


“Bagaimana bisa aku menolak? Aku merasa tidak enak pada Khun Vi,” kata Khae.

“Oh. Aku berharap kamu menolaknya,” balas Vi dengan suara pelan.


Saat melihat Nenek yang tampak seperti ingin mengendong bayi Khae, maka Vi pun menjadi agak cemas. Begitu juga dengan semuanya. Namun Nenek bersikeras ingin menggendong bayi Khae.

“Ketika Nok lahir. Aku melihat wajahnya seperti Ayahnya. Jadi aku menamai dia Muenchanok. Tapi anak ini … “ kata Nenek sambil menatap serius pada bayi tersebut dan mereka. Dan dengan cemas, mereka hanya diam.

“… terlihat seperti kakak nya. Jadi aku akan menamai dia Muenkanit. Apa itu bagus?” tanya Nenek. Dan mendengar itu, Khae pun tersenyum. Sementara Vi, dia langsung mendekati Nenek dan berkomentar bahwa Khae serta yang lain pasti sudah memiliki nama sendiri, jadi bagaimana bisa Nenek seperti ini. Namun Nenek tetap bersikeras.


“Sebenarnya, kamu memikirkan beberapa nama. Tapi Ibunya belum menyukai nya. Jadi apa yang kamu pikirkan?” tanya Wat kepada Khae. Dan Khae mengangukan kepala, tanda setuju dengan nama pemberian dari Nenek untuk anaknya.

“Khun Nok berbakat. Kuat. Dan gigih. Tidak mudah menyerah. Aku menghadapi itu semua. Jika anakku seperti diam, kemudian itu bagus,” kata Khae. Dan Nenek pun tersenyum bangga kepada Vi. Lalu Khae menanyakan pendapat Thorsaeng. Dan karena tidak mungkin menolak, maka Thorsaeng pun juga setuju.

“Kemudian kita setuju namanya itu ya,” kata Wat. Dan Nenek pun tersenyum senang serta penuh sayang kepada bayi Khae.


Dimall. Nai membantu mengangkat kan barang belanjaan Nok. Lalu sambil berjalan bersama, Nai menanyakan, apa Nok tidak pergi mengunjungin Khae. Dan Nok pun menjawab tidak. Kemudian Nai bertanya lagi, apa Nok tidak mau memberikan selamat kepada Wat. Dan dengan ketus, Nok menjawab bahwa dia tidak akan pergi dan tidak ada yang perlu diberikan selamat.

“Khun Nok,” kata Nai mengingatkan Nok untuk tidak seperti itu.


“Kamu sendiri yang bilang, jika aku merasa tidak baik, maka itu akan berdampak pada bayinya. Sekarang kamu malah membuat ku tidak enak. Aku harap kamu tahu itu,” kata Nok dengan tajam.

“Aku minta maaf untuk membuatmu tidak enak. Tidak apa jika kamu tidak pergi. Aku akan mengantarmu pulang,” balas Nai.


Ketika baru saja selesai melakukan aktifitas memanjat, Vi bertemu dengan Wes yang kebetulan baru datang. Dan dengan sengaja, Vi ingin menghindari Wes. Tapi Wes menghalangin Vi, lalu dia menanyakan kenapa Vi melakukan itu kepadanya, padahal Vi tahu bahwa dia tidak menyukai Prae.

“Ini hanya sebuah niat baik dari orang dewasa untuk anak, itu saja,” jelas Vi.
  

“Anak kecil ? Dalam matamu, aku masih muda, kurang cerdas dan itu mengganggu mu? Jadi kamu bisa membuangku kepada siapapun yang kamu inginkan? Kamu tidak memahami perasaanku sama sekali. Dan bagaimana aku akan merasa,” balas Wes dengan kesal.

“Aku tahu kamu marah, karena aku terlibat dalam kehidupan pribadi mu. Aku minta maaf. Dari sekarang, aku tidak akan terlibat dalam urusan mu lagi,” balas Vi.


“Tapi aku ingin kamu terlibat di dalam hidupku. Hanya kamu. Bisakah kita kembali ke kita yang biasa? Memanjat. Menonton bersama. Dan menjadi seseorang yang membuat ku tersenyum setiap waktu,” kata Wes dengan nada serius dan pandangan berharap.

“Ada wanita yang seperti itu dan cocok dengan usia mu. Dan bisa berdiri disisi mu tanpa merasa malu. Aku Ibu Nok. Dan aku telah menjadi Nenek. Aku ingin anak dan cucuku bangga. Dan aku pikir Ibumu akan setuju. Dia juga ingin kamu mendapat yang sesuai,” balas Vi memberikan pengertian kepada Wes. Kemudian setelah mengatakan itu, dia pun berjalan pergi.


Dan dengan pandangan sedih, Wes menatap kepergian Vi.



Saat pulang ke rumah besar dan melihat Khae, Wat, serta Nai yang tampak sangat senang merawat dan bermain dengan bayi Khae. Nok pun menjadi merasa sedih. Kemudian tanpa ingin mengganggu, Nok bermaksud pergi.

Tapi Wat yang menyadari kedatangan Nok, dia memanggil Nok. Lalu Wat mengajak Nok untuk mendekat dan melihat bayi Khae. Wat mengatakan bahwa bayi Khae sangat mirip dengan Nok ketika Nok masih kecil dulu. Dan mendengar itu, Nok hanya tersenyum kecil.


Lalu Wat berjalan mendekati Nok sambil menggendong bayinya. Dan dia menawarkan agar Nok mencoba menggendong bayi nya. Tapi Nok menghindar dan menolak. Lalu ntah karena apa, bayi tersebut mulai menangis. Jadi Wat serta Khae berusaha untuk menenangkannya.



Sementara Nai yang melihat sikap aneh Nok dari jauh. Dia tampak seperti kecewa, dia seperti berpikir bahwa Nok benar tidak mengingin kan seorang anak. Lalu dengan pandangan heran, Wat memandang kearah Nok yang menghindar.

“Khun Nok tidak bermaksud begitu,” kata Khae, membela Nok. Kemudian tanpa mengatakan apapun, Nok pun berjalan masuk ke dalam rumah.


Didekat kolam. Nok duduk sambil mengelus perutnya. Dan ketika bayi di dalam kandungan nya menendang dengan keras, Nok tampak sedikit senang. Namun tiba- tiba saja Nok kembali tampak sedih.

“Kamu tidak pernah menendang sekeras ini sebelumnya. Atau kamu ingin menghiburku? Aku masih memiliki kamu… tapi Ayahmu sudah membenci ku. Dan kamu mengerti aku, kan? … Dalam beberapa bulan, kita akan bertemu. Lucky Junior,” kata Nok kepada bayi didalam kandungannya.

Lalu tiba- tiba saja, Nok mengingat pernjanjiannya dengan Nai. Bahwa dia akan memberikan bayi tersebut kepada Nai. Dan Nai harus pergi. Kemudian dengan sedih saat mengingat hal itu, Nok meneteskan air matanya.


Diruang makan. Vi sangat senang mengetahui kabar bahwa kemungkinan bayi Nok akan lahir di bulan yang sama dengan Nai. Jadi dengan begitu mereka bisa merayakan ulang tahun Nai dan si bayi secara bersamaan.



Lalu saat melihat wajah Nok yang tampak suram, Vi pun menanyai apa ada yang Nok stress kan. Atau karena bayi di dalam kandungan Nok menendang dengan keras, sehingga Nok tidak bisa tidur. Dan Nok pun menjawab tidak.


“Wow… kurang dari sebulan. Dan kita akak bertemu. Oh! Aku akan menjadi seorang Nenek. Oh cucu ku sayang,” kata Vi dengan bersemangat sambil mengelus perut Nok. Dan Nok pun tersenyum kecil, namun setelah itu dia kembali tampak sedih. Dan Nai melihat itu.

Dirumah sakit. Di dalam ruangan melahirkan. Nok merintih kesakitan. Dia menarik nafasnya berkali- kali. Berusaha untuk melahirkan bayinya.

Nai datang ke rumah sakit dan ingin masuk ke dalam ruangan tempat Nok mau melahirkan. Tapi dia di tahan oleh Wat serta Vi.

“Jangan, Nai!” tahan Wat.

“Jangan lakukan itu, Nai!” tambah Vi.


Didalam ruangan melahirkan. Karena saking sakitnya, Nai menggapai- gapai untuk mencari sesuatu yang dapat dipegangnya. Dan ketika Nai masuk ke dalam ruangan, dia membiarkan Nok untuk memengangin lengan atasnya.

Lalu setelah perjuangan yang panjang itu. Akhirnya si Bayi berhasil dilahirkan. Dan Dokter memberikan selamat kepada Nok yang telah berhasil melahirkan bayi laki- laki.

“Dia sempurna, kan?” tanya Nok dengan suara yang terdengar kelelahan.

“Iya,” jawab Dokter.

“Bolehkah aku melihat bayi ku?” tanya Nok.

“Iya,” jawab Dokter.

Seorang perawat menghampiri Nok sambil menggendong bayi yang baru dilahirkan Nok. Namun sebelum Nok sempat melihat wajah bayinya. Nai berdiri menghalangin perawat itu.


“Biarkan hanya aku yang melihat dia. Hanya aku yang Ayahnya,” jelas Nai kepada perawat itu. Lalu dia mengambil bayi itu dari tangan si Perawat dan menggendongnya.

Mendengar itu, Nok menjadi heran. Dia memegang tangan Nai dan menahannya. “Tapi aku adalah Ibunya! Luckanai.”

“Ibu? Kamu mungkin sudah lupa dengan apa yang kamu katakan dan lakukan, Khun Muanchanok,” balas Nai dengan nada tajam. Lalu dia pergi dari sana sambil membawa bayi yang baru saja Nok lahirkan. Dan dengan sangat sedih, Nok mulai menangis.


“Aahhhh…. Aaaaahhhhhh …” teriak Nok sambil menangis keras di dalam tidurnya. Dan mendengar itu, maka Nai pun mendekati Nok dan berusaha untuk membangunkannya. Lalu tanpa sadar, Nok pun memukuli serta mendorong Nai.


Kemudian ketika telah benar- benar terbangun, Nok pun meminta maaf kepada Nai dan menanyakan apa Nai baik- baik saja. Dan Nai pun membalas bahwa dia baik, lalu dia menjelaskan bahwa dia mendengar Nok sedang bermimpi buruk, jadi dia datang.

“Tapi aku tidak menyangka bahwa kamu begitu membenci ku,” kata Nai salah paham. Lalu dia pun keluar dari dalam kamar dan meninggalkan Nok sendirian.





Lalu sambil memeluk perutnya sendiri. Nok pun mulai menangis dengan keras. Dan Nai yang ternyata berada diluar rumah kecil. Dia tampak sedih juga, ketika mendengar tangisan Nok.

“Segera kamu tidak akan perlu menderita lagi,” gumam Nai.


Malam hari. Di kantor. Nai menuliskan sesuatu di ruangannya. Lalu dia mulai mengingat saat pertemuan nya dengan Nok pertama kali, saat Nok baru saja pulang dari sekolah diluar negri. Dan melihat sikap Nok yang tampak seperti anak kecil di dekat Wat serta Vi.




Pertama kalinya Nok mulai bekerja. Saat di pantai dia menggendong Nok. Saat Nok melukisi wajahnya. Saat Nok menjambak rambutnya. Saat mereka menang dan dengan bersemangat berpengangan tangan. Saat Nok marah. Saat Nok merasa malu. Saat Nok menyentuhnya. Saat Nok bersikap baik padanya. Saat Nok sedih. Saat Nok bersikap perhatian padanya. Saat Nok menangis di dalam pelukannya. Saat pertama kali dia bertemu dengan Nok.


Mengingat semua kenangan tersebut, Nai meneteskan air matanya. Lalu dia kembali mengingat kenangan saat dia menikah dengan Nok dan saat bulan madu mereka. Dan di hari perayaan 1 bulan pernikahan mereka.

“Apa kamu mencintaiku?” tanya Nai. Dan sambil tersenyum malu- malu Nok tidak menjawab. Lalu secara perlahan Nai mendekat dan mencium Nok. Dan Nok tidak menolak.



Mengingat saat kemesraan tersebut, Nai berhenti menulis. Dan dia menlap air matanya. Lalu dia kembali mengingat hari dimana mereka bertengkar hebat serta membuat perjanjian seperti itu.

“Kamu perlu melakukan seperti apa yang kamu janjikan pada hari pernikahan kita. Menerima kekalahan dalam game ini dan kembalikan segalanya kepada ku. Lalu pergi tanpa apapun. Sebagai ganti untuk bayi ini. Apa kamu berani?” tanya Nok.


Mengingat perkataan tersebut. Nai menangis sambil mellihat surat cerai yang telah di isinya. Kemudian sambil menguatkan dirinya sendiri. Nai menanda tanganin surat cerai tersebut. Dan sambil menutup matanya, Nai kembali menangis serta meneteskan air matanya.

Nai tampak sangat terluka serta menderita sekali, mungkin salah satunya adalah karena dia melihat Nok yang tampak menderita. Padahal semua yang terjadi hanyalah salah paham.

13 Comments

  1. Akhirnya update.... semangat kaka.. ditunggu lanjutannya...

    ReplyDelete
  2. Semangat nulisnyaa. Selalu dinanti sinopsisnya

    ReplyDelete
  3. Lanjutttt kak, semangatttt ya...
    Oza kak mau ty sinopsis lakorn padiwaradda itu ka²k yg nulis bukn ya kok ga bs dibuka, klo bukn klo lakorn ini selesai bkin sinopsis lakorn padiwaradda ya kak.trimakasih.

    ReplyDelete
  4. Mkasi banayak kak..
    Semangat ya kk

    ReplyDelete
  5. Terimakasih skl sdh lanjut lagi.... Cuma baca saja, sdh bikin nangis... Kasihan skl sm nok, lagi hamil tp menghadapi kesalahpahaman gitu... Nai jg ikut salah paham...lengkaplah sedihnya...

    ReplyDelete
  6. Pdhl udah nnton brxx d YouTube tp Krn g ad subtitle ny ga ngerti. STLH baca sinopsis ny , tnp terasa air mata jatuh 😥. Trmksh . Lanjutin

    ReplyDelete
  7. Menginspirasi sx filmnya..bgus kren...pokonya bagus bagus bagus..dan sukses 😘😘😘😘😘😍😍😍😍😍👍👍👍👍

    ReplyDelete
  8. 😭😭😭😭😭 part yg paling menyedihkan dan menyakitkan...

    ReplyDelete
Previous Post Next Post