Maaf dengan
sangat. Karena saya sudah lama tidak memposting kelanjutan sinopsis ini.
Tapi itu
bukan karena sengaja. Melainkan karena akhir- akhir ini waktu nya memang tidak sempat
untuk saya bisa menulis. Sekali lagi maaf. Dan selamat membaca ^.^ terima
kasih.
Saya pastikan
bahwa sinopsis ini akan segera ditulis sampai tamat. Enjoy!
Network : Channel 3
Sesampainya dirumah. Dengan sikap yang masih
tampak berjarak, Nai mengambilkan obat dan memberikan itu kepada Nok, kemudian
setelah itu dia seperti ingin pergi. Dan melihat itu, Nok pun menahan tangan
Nai.
“Bisakah kamu tolong mendengarkan apa yang ingin
aku katakan? Tidak apa-apa jika kamu marah dan tidak ingin melihat wajah ku,
tapi tolong jangan berpikir bahwa apa yang kulakukan itu untuk balas dendam
padamu. Aku tidak pernah berniat menggunakan metode itu. Itu Khun Mae. Aku
mengkhawatirkan dia, tidak kurang dari pada kamu. Dan aku sangat terluka,
karena tidak memberitahu kan padamu dari awal. Aku minta maaf, Lucky. Aku minta
maaf. Maaf,” jelas Nok sambil menangis penuh penyesalan.
Kemudian dengan sikap yang lembut, Nai berlutut di
depan Nok dan menjelaskan bahwa dia percaya kalau Nok tidak memiliki niat untuk
balas dendam. Karena jika memang Nok ingin balas dendam padanya, tidak mungkin
Nok bakalan membawa Ibunya untuk melakukan perawatan.
Lalu dengan sikap perhatian, Nai menlap air mata
di pipi Nok. “Kamu bisa berhenti sekarang. Aku tidak marah padamu lagi. Tenangkan
lah pikiranmu,” kata Nai dengan nada lembut. Dan sambil tersenyum bahagia, Nok
pun perlahan mulai berhenti menangis.
“Jika kamu terlalu emosi. Itu akan berdampak pada
bayi kita. Aku akan mengambilkan air untuk mu,” kata Nai melanjutkan perkataan
nya. Lalu dia berdiri dan pergi.
Sementara Nok, dia mulai menangis lagi. Nok
berpikir bahwa Nai benar percaya dan tidak marah kepadanya lagi. Tapi ternyata
semua kelembutan yang Nai berikan tadi adalah karena demi bayi di dalam
kandungannya. Dan hal itu membuat Nok merasa sangat sedih.
Didapur. Nai menyiapkan makanan untuk Nok. Lalu
dia menyuruh bibi Phai untuk memastikan
bahwa Nok makan secara teratur. Dan bibi Phai pun membalas bahwa dia akan
mencoba, karena kemarin Nok bahkan tidak mau makan sampai habis.
Khae yang kebetulan ke dapur, dia mendekati mereka
berdua. Dan dia pun menggoda Nai yang sangat perhatian karena pergi ke dapur
untuk menyiapkan makanan bagi Nok. Lalu bibi Phai membalas bahwa itu tentu
saja, karena sebagai seorang Ayah, Nai pasti mengkhawatirkan keadaan Ibu dari
bayinya.
“Aku akan pergi bekerja. Aku sudah telat,” kata
Nai dengan dingin, lalu dia pergi.
Melihat sikap Nai yang tampak aneh dan suram. Khae
pun bertanya kepada bibi Phai. Dan bibi Phai membalas bahwa Nok bahkan tampak
lebih buruk. Sejak kejadian itu, Nok tidak keluar dari dalam rumah kecil.
Nok bermimpi buruk. Sampai menggapai- gapai dia
berteriak memanggil- manggil nama Nim. Nok berteriak meminta agar Nim jangan
pergi. Kemudian tiba- tiba saja, karena merasa kan keram di kakinya, maka Nok
pun terbangun.
Lalu karena saking sakitnya, Nok pun meringis. Dan
tepat disaat itu, Khae datang sambil membawakan makanan untuk Nok. Kemudian
saat dia melihat Nok yang meringis kesakitan, maka dia pun langsung membantu mengurutkan
kaki Nok.
“Apa sudah lebih baik?” tanya Khae dengan
perhatian. Dan ketika Nok telah tampak tidak terlalu kesakitan lagi, maka Khae
pun tersenyum.
“Mengapa kamu disini?” tanya Nok dengan nada
ketus.
“Aku membawakan sarapan untukmu dari bibi Phai,”
jawab Khae.
“Bibi Phai membiarkan kamu membawanya?” tanya Nok
dengan ketus lagi.
“Dia sedang sibuk. Dan dia tidak tahu, kalau aku
membawanya. Lihatlah ini. Nai yang memasaknya. Itu terlihat sangat lezat dan
bernutrisi. Aku sangat iri padamu,” jelas Khae.
“Mm… tidak ada yang perlu di irikan. Dia melakukan
itu untuk bayinya ini.”
“Dia melakukan itu untuk Ibu dari bayi nya. Aku
bisa tahu dari hanya melihat semua makanan untuk mu ini. Susu kedelai, mereka
kaya dengan kalsium, jadi kamu tidak akan mudah kram,” jelas Khae.
Sambil melihat sekilas ke arah makanan yang Khae
letakan di atas meja. Nok masih tampak tidak percaya dengan apa yang Khae
katakan. Dan menyadari hal itu, Khae menambahkan bahwa Nai sedang melalui masa
yang sulit, tapi bukan berarti Nai tidak mengkhawatirkan Nok.
“Dia menunjukan padamu melalui tindakannya. Dan
kamu? Tidakkah kamu akan menunjukan padanya? Betapa kamu juga mengkhawatirkan
dia?” tanya Khae.
Lalu saat Nok hanya diam saja, maka Khae pun pamit
untuk pergi. Dan sebelum Khae benar- benar keluar dari pintu. Nok memanggil
Khae dan mengucapkan terima kasih.
Saat telah benar- benar bangun. Nok mulai
menyantap sarapan yang di siapin oleh Nai dengan sangat lahap. Kemudian sambil
memandang foto mereka berdua, Nok berpikir.
Nok datang ke kantor sambil membawakan banyak
makanan. Dan melihat itu, Jomyuth pun segera mendekat untuk membantu mengangkat
kan barang bawaan Nok. Lalu tanpa perlu Nok bertanya, Jomyuth sudah tahu dan
dia menjelaskan bahwa sekarang Nai sedang berbicara dengan bagian pembelian.
Kemudian Jomyuth menawarkan diri untuk memanggil Nai.
“Tidak perlu. Aku bisa menunggu dia sampai tidak
sibuk. Dan juga, ini untuk Nai. Lalu yang itu untuk kamu,” kata Nok sambil
menunjukan makanan yang dibawanya.
“Untuk kami? Oo… cantik dan baik nya,” puji
Jomyuth. Lalu dia pun pergi meninggalkan Nok untuk meletakan semua makanan yang
Nok berikan.
Nai masuk ke dalam ruangan. Kemudian Nart ikut
masuk sambil mengangkat dua buah kotak. Dan lalu Nart menjelaskan bahwa ini
semua adalah barang milik Nim. Tadi pihak penyewa menghubunginnya untuk
membersihkan semua barang yang berada di dalam kamar Nim. Jadi dia mengambil
nya.
“Aku benar- benar melupakan itu. Maaf telah
merepotkan mu ya,” kata Nai.
“Tidak apa. Aku di dekat sana. Dan lagian tidak
ada terlalu banyak barang,” balas Nart.
“Terima kasih.”
Nai membuka kotak yang Nart bawa. Dan saat dia
melihat kain yang dibelinya saat bulan madu dulu, Nai menceritakan bahwa dulu
dia membeli kain tersebut untuk diberikan kepada Ibunya. Tapi tidak jadi
diberikan, karena Ibunya menghilang.
“Tidak pernah terpikir kan bahwa pada akhirnya
akan sampai di dia juga,” kata Nai. Kemudian dia berterima kasih kepada Nart yang telah
membuat mimpinya menjadi kenyataan.
“Ini bukan karena aku. Tapi karena takdir,” balas
Nart.
Dengan sikap sedikit ragu, Nart menanyakan tentang
hubungan Nai dan Nok sejak kejadian tersebut, apa mereka berdua sudah bisa
saling mengerti sekarang. Dan sambil tersenyum, Nai mengiyakan.
“Aku tahu dia tidak bermaksud begitu. Dan aku bicara
terlalu emosi,” kata Nai.
“Aku tahu kamu mengerti,” balas Nart. Lalu saat
dia melihat wajah Nai yang berubah menjadi murung, dia pun bertanya, ada hal
lain yang mengganggu Nai.
“Tidak ada, Khun Nart. Jangan khawatir,” balas
Nai.
Nok yang kebetulan datang dan berada di depan
pintu, dia mendengar semua perkataan Nai. Apalagi ketika Nai mengatakan …
“Hanya saja ada beberapa hal yang walaupun kita
tahu, tapi bukan berarti itu bisa dengan mudah dilupakan,” kata Nai dengan
pandangan murung kepada Nart. Dan mendengar itu, Nok tiba- tiba saja merasa
syok dan tidak berani untuk menemui Nai.
Dengan sedikit terburu- buru, Nok ingin segera
pergi dari kantor dan pulang. Lalu melihat itu, Jomyuth pun bertanya apa Nok
sudah menemui Nai. Dan Nok pun membalas bahwa tiba- tiba saja dia teringat ada
urusan. Lalu Nok meminta agar Jomyuth tidak memberitahu Nai, kalau dia ada datang
ke sini.
Mendengar hal itu, Jomyuth pun menjadi
kebingungan. Dan Nok pun langsung pergi.
Ketika Nok telah pergi. Grup kepo yaitu, Sudjai
dan Pribprao. Mereka berdua yang telah bersembunyi di belakang pintu langsung
menghampiri Jomyuth dan bertanya.
“Ceritanya itu …. “ kata Jomyuth dengan yang
sengaja untuk membuat orang penasaran. Dan dengan sangat serius Sudjai dan
Pribprao mendekat serta menunggu.
“… ketika
aku berada di bawah tempat tidur mereka, aku akan memberitahu kalian,” kata Jomyuth
dengan nada yang serius.
Lalu dengan kesal, Sudjai dan Pribprao pun
langsung memandangin Jomyuth. Dan Jomyuth pun langsung mengomentari mereka
berdua, apa mereka benar khawatir atau hanya ingin mengosipi tentang Bos
mereka.
“Khawatir lah. Apa kamu tahu? Gosip itu menunjukan
perhatian,” kata Sudjai dengan sikap bahwa dia lah yang benar.
“Benar. Apalagi Khun Nok sedang hamil. Aku jadi
bertanya- tanya ada masalah apa. Aku khawatir,” tambah Pribprao.
“Benarkah?” balas Jomyuth dengan raut tidak
percaya sama sekali.
Sesampainya dirumah dan melihat Nok belum tidur
serta sedang memakai lotion, maka Nai pun mendekati Nok. Lalu dia menanyakan
apa hari ini Nok ada pergo keluar, karena dia mendengar orang- orang mengatakan
bahwa Nok pergi keluar.
“Jika kamu mau pergi kemanapun, mengapa kamu tidak
memberitahu ku? Jadi aku bisa menemanin mu,” kata Nai.
“Aku hanya pergi untuk membeli beberapa barang.
Dan aku bisa pergi sendiri,” balas Nok. Lalu dia melanjutkan memakai lotion di
kakinya.
Dan melihat itu, Nai pun menawarkan diri untuk
membantu Nok. Tapi karena mengingat perkataan Nai dikantor tadi, maka Nok pun
langsung menghindar, sebelum Nai sempat menyentuh kakinya.
“Tidak perlu. Kamu baru saja pulang dan belum
mandi. Jadi mandilah,” kata Nok beralasan.
“Baiklah,” balas Nai. Lalu dia pun pergi.
Pagi hari. Nai menyiapkan sarapan dan mengantarkan
itu kepada Nok yang sedang berada di teras taman. Namun ternyata Nok baru saja
selesai makan. Dan melihat itu, Nai pun bertanya. Lalu Nok membalas bahwa dia
melihat bubur buatan bibi Phai dan ingin memakannya serta selanjutnya Nai tidak
perlu membuatkan makanan untuknya lagi, karena dia lebih menyukai makanan bibi
Phai.
“Bekerja di kantor begitu sibuk, kan? Jadi jangan
habiskan waktu mu,” kata Nok dengan sikap seperti seolah- olah cuek dan dingin.
“Baiklah,” balas Nai dengan nada datar. Lalu dia
pergi sambil membawa sarapan yang di buat nya untuk Nok tersebut.
Phai yang melihat hal itu mendekati Nok. Dan
ketika mereka masuk ke dalam rumah, Phai pun langsung menanyakan kenapa Nok
bersikap seperti itu kepada Nai. Tapi Nok hanya diam saja dan tidak menjawab.
“Apa kamu marah kepada Khun Nai?” tanya Phai.
“Marah? Itu lebih seperti dia yang marah padaku,”
balas Nok.
“Tentang apa?”
“Tentang Ibunya. Bahkan jika mulutnya mengatakan
bahwa dia tidak marah, tapi sebenarnya dia tidak pernah melupakannya,” kata Nok
dengan tatapan merenung.
“Khun Nai mengatakan itu?”
“Dia tidak mengatakannya padaku. Tapi … “ kata Nok
dengan sedih dan tidak bisa melanjutkan perkataannya.
“Kamu tidak membiarkan Khun Nai untuk merawatmu
adalah karena kamu menyalahkan dirimu sendiri?” tanya Phai sambil duduk
disamping Nok yang tampak sedih.
“Aku membuat Ibu dan anak terpisah. Aku malu untuk
membebaninya lagi,” balas Nok sambil meneteskan air mata.
Phai berusaha memberikan pengertian agar Nok
jangan berpikiran seperti itu. Namun Nok tetap tidak bisa berpikiran positif,
dia bertanya apa Nai benar bisa memaafkan nya untuk semua yang dilakukannya.
“Percaya padaku. Khun Nai mencintai mu. Dia akan
memaafkanmu. Hanya berilah dia waktu dan segalanya akan membaik. Berhenti
berpikiran seperti itu ya, sayang. Percayalah padaku,” kata Phai sambil memeluk
Nok untuk menguatkannya.
Di restoran. Vi dan Pat berjumpa. Disana mereka
mengobrolkan tentang kawan lama mereka. Lalu Pat menunjukan foto putri dari
teman mereka tersebut kepada Vi. Dan Vi pun memujinya, karena putri tersebut
tampak sangat cantik.
Kemudian Pat pun menanyakan pendapat Vi, gimana
bila putri (Prae) tersebut dia jodohkan dengan Wes. Dan dengan sedikit
terkejut, Vi pun diam sebentar, lalu setelah itu dia membalas bahwa itu
terserah kepada Pat, karena bagaimana pun Wes adalah anak Pat.
“Eh… Wes juga anakmu,” kata Pat. Lalu mendengar
itu, Vi pun langsung tersedak minumannya. “Akhir- akhir ini, dia lebih dekat
padamu daripada kepada ku. Untuk pekerjaan ini kamu perlu membuat rencana dan
membantuku,” lanjut Pat. Dan dengan canggung, Vi pun tersenyum.
Vi mengajak Wes untuk ketemuan di kafe. Lalu saat
Wes telah datang, Vi memperkenalkan Wes kepada Prae. Dia membanggakan Prae
dihadapan Wes. Lalu dengan alasan bahwa sedang ada urusan, maka Vi pun
mengatakan bahwa dia tidak bisa ikut memanjat dengan Wes. Kemudian karena Prae
belum berpengalaman dalam memanjat, jadi Vi meminta agar Wes bisa membantu
mengajarkan Prae.
Awalnya Wes sedikit heran dan kebingungan. Namun
ketika sadar dengan maksud Vi, maka Wes pun memandangin Vi dengan sangat lama.
Tapi dengan sengaja, Vi menghindari tatapan mata Wes padanya.
Dan lalu karena itu, maka Wes pun setuju untuk
mengajarkan Prae. Dia memegang tangan Prae dan mengajaknya untuk pergi bersama. Kemudian dengan sikap seolah-
olah biasa saja, Vi tersenyum dan mengatakan ‘Enjoy!’
Namun setelah Wes dan Prae berjalan menjauh. Dengan
pandangan sedih, Vi menatap kepergian mereka dan menghela nafas, karena tidak
mampu untuk perbuat apapun.
Tags:
Game Sanaeha
Thx kk,,smngt
ReplyDeleteTrimakasih bisa min..
ReplyDeleteMkasi banyak kak..
ReplyDeleteAhir nya lanjut lagi kak
Thanks min...
ReplyDelete💪💪💪