Network : Channel 3
Diteras taman. Nenek membawakan makanan dan mau
menyuapi Nok. Tapi Nok menolak dengan alasan sudah kenyang. Dan Nenek pun
langsung mengomentari Nok yang baru makan sedikit saja, tapi sudah bilang
kenyang.
“Ada apa Nok? Pertama kali kamu mencoba untuk
menaikan berat badanmu, tapi sekarang,
kamu terlihat seperti kehilangan berat badanmu,” komentar Nenek.
“Berat Ibu menurun. Tapi berat bayiku tumbuh
normal,” balas Nok.
Disaat Nenek serta Nok masih mengobrol. Vi datang
dan mengabarkan mengenai berita kelahiran putri Khae. Lalu mendengar betapa
bersemangat nya Vi mengabarkan itu, maka Nenek pun berkomentar bahwa Vi
bersikap seolah Wat tidak pernah punya anak. Tapi Vi mengabaikan Nenek dan lalu
dia mengajak Nok untuk ikut bersamanya.
“Nai akan menemuiku untuk membeli beberapa barang
hari ini. Ini sudah hampir waktunya, jadi aku akan bersiap dulu,” kata Nok
beralasan, lalu dia masuk ke dalam rumah sambil membawa semua barang
rajutannya.
Dan ketika Nok telah masuk ke dalam rumah kecil,
Nenek pun langsung mencubiti lengan Vi. Karena Vi sama sekali tidak memperdulikan
perasaan Nok.
“Apa itu karena aku mengajaknya. Aku tidak ingin
Nok menjadi berpikiran tertutup seperti seseorang. Sekarang setiap pihak berakhir
happy ending. Apa kamu masih menyimpan dendam?” kata Vi menyindir Nenek.
“Apa ada pasangan yang tidak bahagia?” tanya Vi
dengan curiga dan heran.
“Mmm… aku tidak bahagia,” balas Nenek mengelak.
Dan Vi pun tertawa kecil.
Kemudian Vi pun menawarkan diri untuk mengantar
Nenek pulang, karena setelah itu dia mau langsung pergi untuk mengunjungin Khae
dan Wat. Tapi Nenek tidak mau pulang. Lalu dengan nada bercanda, Vi mengajak
Nenek untuk ikut bersamanya. Dan tanpa disangka, Nenek langsung mengambil tas
nya dan berdiri. Nenek setuju untuk pergi mengunjungin Khae dan Wat.
Dirumah sakit. Thorsaeng merasa sangat heran
dengan kedatangan Nenek yang ikut berkunjung. Apalagi sedari tadi, Nenek terus
melihat bayi Khae secara dekat. Dan dia pun bertanya kepada Wat, namun Wat juga
tidak tahu, karena yang mengizinkan Nenek untuk datang adalah Khae.
“Bagaimana bisa aku menolak? Aku merasa tidak enak
pada Khun Vi,” kata Khae.
“Oh. Aku berharap kamu menolaknya,” balas Vi
dengan suara pelan.
Saat melihat Nenek yang tampak seperti ingin
mengendong bayi Khae, maka Vi pun menjadi agak cemas. Begitu juga dengan
semuanya. Namun Nenek bersikeras ingin menggendong bayi Khae.
“Ketika Nok lahir. Aku melihat wajahnya seperti Ayahnya.
Jadi aku menamai dia Muenchanok. Tapi anak ini … “ kata Nenek sambil menatap
serius pada bayi tersebut dan mereka. Dan dengan cemas, mereka hanya diam.
“… terlihat seperti kakak nya. Jadi aku akan
menamai dia Muenkanit. Apa itu bagus?” tanya Nenek. Dan mendengar itu, Khae pun
tersenyum. Sementara Vi, dia langsung mendekati Nenek dan berkomentar bahwa
Khae serta yang lain pasti sudah memiliki nama sendiri, jadi bagaimana bisa
Nenek seperti ini. Namun Nenek tetap bersikeras.
“Sebenarnya, kamu memikirkan beberapa nama. Tapi
Ibunya belum menyukai nya. Jadi apa yang kamu pikirkan?” tanya Wat kepada Khae.
Dan Khae mengangukan kepala, tanda setuju dengan nama pemberian dari Nenek
untuk anaknya.
“Khun Nok berbakat. Kuat. Dan gigih. Tidak mudah
menyerah. Aku menghadapi itu semua. Jika anakku seperti diam, kemudian itu
bagus,” kata Khae. Dan Nenek pun tersenyum bangga kepada Vi. Lalu Khae
menanyakan pendapat Thorsaeng. Dan karena tidak mungkin menolak, maka Thorsaeng
pun juga setuju.
“Kemudian kita setuju namanya itu ya,” kata Wat.
Dan Nenek pun tersenyum senang serta penuh sayang kepada bayi Khae.
Dimall. Nai membantu mengangkat kan barang
belanjaan Nok. Lalu sambil berjalan bersama, Nai menanyakan, apa Nok tidak
pergi mengunjungin Khae. Dan Nok pun menjawab tidak. Kemudian Nai bertanya
lagi, apa Nok tidak mau memberikan selamat kepada Wat. Dan dengan ketus, Nok
menjawab bahwa dia tidak akan pergi dan tidak ada yang perlu diberikan selamat.
“Khun Nok,” kata Nai mengingatkan Nok untuk tidak
seperti itu.
“Kamu sendiri yang bilang, jika aku merasa tidak
baik, maka itu akan berdampak pada bayinya. Sekarang kamu malah membuat ku
tidak enak. Aku harap kamu tahu itu,” kata Nok dengan tajam.
“Aku minta maaf untuk membuatmu tidak enak. Tidak
apa jika kamu tidak pergi. Aku akan mengantarmu pulang,” balas Nai.
Ketika baru saja selesai melakukan aktifitas
memanjat, Vi bertemu dengan Wes yang kebetulan baru datang. Dan dengan sengaja,
Vi ingin menghindari Wes. Tapi Wes menghalangin Vi, lalu dia menanyakan kenapa
Vi melakukan itu kepadanya, padahal Vi tahu bahwa dia tidak menyukai Prae.
“Ini hanya sebuah niat baik dari orang dewasa untuk anak, itu saja,” jelas Vi.
“Anak kecil ? Dalam matamu, aku masih muda, kurang
cerdas dan itu mengganggu mu? Jadi kamu bisa membuangku kepada siapapun yang
kamu inginkan? Kamu tidak memahami perasaanku sama sekali. Dan bagaimana aku
akan merasa,” balas Wes dengan kesal.
“Aku tahu kamu marah, karena aku terlibat dalam
kehidupan pribadi mu. Aku minta maaf. Dari sekarang, aku tidak akan terlibat
dalam urusan mu lagi,” balas Vi.
“Tapi aku ingin kamu terlibat di dalam hidupku. Hanya kamu. Bisakah kita kembali ke kita yang biasa? Memanjat. Menonton bersama. Dan menjadi seseorang yang membuat ku tersenyum setiap waktu,” kata Wes dengan nada serius dan pandangan berharap.
“Ada wanita yang seperti itu dan cocok dengan usia
mu. Dan bisa berdiri disisi mu tanpa merasa malu. Aku Ibu Nok. Dan aku telah menjadi Nenek. Aku ingin anak dan
cucuku bangga. Dan aku pikir Ibumu akan setuju. Dia juga ingin kamu mendapat
yang sesuai,” balas Vi memberikan pengertian kepada Wes. Kemudian setelah
mengatakan itu, dia pun berjalan pergi.
Dan dengan pandangan sedih, Wes menatap kepergian
Vi.
Tapi Wat yang menyadari kedatangan Nok, dia
memanggil Nok. Lalu Wat mengajak Nok untuk mendekat dan melihat bayi Khae. Wat
mengatakan bahwa bayi Khae sangat mirip dengan Nok ketika Nok masih kecil dulu.
Dan mendengar itu, Nok hanya tersenyum kecil.
Lalu Wat berjalan mendekati Nok sambil menggendong bayinya. Dan dia menawarkan agar Nok mencoba menggendong bayi nya. Tapi Nok menghindar dan menolak. Lalu ntah karena apa, bayi tersebut mulai menangis. Jadi Wat serta Khae berusaha untuk menenangkannya.
Sementara Nai yang melihat sikap aneh Nok dari jauh. Dia tampak seperti kecewa, dia seperti berpikir bahwa Nok benar tidak mengingin kan seorang anak. Lalu dengan pandangan heran, Wat memandang kearah Nok yang menghindar.
“Khun Nok tidak bermaksud begitu,” kata Khae,
membela Nok. Kemudian tanpa mengatakan apapun, Nok pun berjalan masuk ke dalam
rumah.
“Kamu tidak pernah menendang sekeras ini
sebelumnya. Atau kamu ingin menghiburku? Aku masih memiliki kamu… tapi Ayahmu
sudah membenci ku. Dan kamu mengerti aku, kan? … Dalam beberapa bulan, kita
akan bertemu. Lucky Junior,” kata Nok kepada bayi didalam kandungannya.
Lalu tiba- tiba saja, Nok mengingat pernjanjiannya
dengan Nai. Bahwa dia akan memberikan bayi tersebut kepada Nai. Dan Nai harus
pergi. Kemudian dengan sedih saat mengingat hal itu, Nok meneteskan air
matanya.
“Wow… kurang dari sebulan. Dan kita akak bertemu.
Oh! Aku akan menjadi seorang Nenek. Oh cucu ku sayang,” kata Vi dengan
bersemangat sambil mengelus perut Nok. Dan Nok pun tersenyum kecil, namun
setelah itu dia kembali tampak sedih. Dan Nai melihat itu.
Dirumah sakit. Di dalam ruangan melahirkan. Nok
merintih kesakitan. Dia menarik nafasnya berkali- kali. Berusaha untuk
melahirkan bayinya.
Nai datang ke rumah sakit dan ingin masuk ke dalam
ruangan tempat Nok mau melahirkan. Tapi dia di tahan oleh Wat serta Vi.
“Jangan, Nai!” tahan Wat.
“Jangan lakukan itu, Nai!” tambah Vi.
Lalu
setelah perjuangan yang panjang itu. Akhirnya si Bayi berhasil dilahirkan. Dan
Dokter memberikan selamat kepada Nok yang telah berhasil melahirkan bayi laki-
laki.
“Iya,”
jawab Dokter.
“Bolehkah
aku melihat bayi ku?” tanya Nok.
“Iya,”
jawab Dokter.
Seorang
perawat menghampiri Nok sambil menggendong bayi yang baru dilahirkan Nok. Namun
sebelum Nok sempat melihat wajah bayinya. Nai berdiri menghalangin perawat itu.
Mendengar
itu, Nok menjadi heran. Dia memegang tangan Nai dan menahannya. “Tapi aku
adalah Ibunya! Luckanai.”
“Ibu?
Kamu mungkin sudah lupa dengan apa yang kamu katakan dan lakukan, Khun
Muanchanok,” balas Nai dengan nada tajam. Lalu dia pergi dari sana sambil
membawa bayi yang baru saja Nok lahirkan. Dan dengan sangat sedih, Nok mulai
menangis.
“Aahhhh….
Aaaaahhhhhh …” teriak Nok sambil menangis keras di dalam tidurnya. Dan
mendengar itu, maka Nai pun mendekati Nok dan berusaha untuk membangunkannya.
Lalu tanpa sadar, Nok pun memukuli serta mendorong Nai.
Kemudian ketika telah benar- benar terbangun, Nok pun meminta maaf kepada Nai dan menanyakan apa Nai baik- baik saja. Dan Nai pun membalas bahwa dia baik, lalu dia menjelaskan bahwa dia mendengar Nok sedang bermimpi buruk, jadi dia datang.
“Tapi
aku tidak menyangka bahwa kamu begitu membenci ku,” kata Nai salah paham. Lalu
dia pun keluar dari dalam kamar dan meninggalkan Nok sendirian.
“Segera
kamu tidak akan perlu menderita lagi,” gumam Nai.
Malam hari. Di kantor. Nai menuliskan sesuatu di ruangannya. Lalu dia mulai mengingat saat pertemuan nya dengan Nok pertama kali, saat Nok baru saja pulang dari sekolah diluar negri. Dan melihat sikap Nok yang tampak seperti anak kecil di dekat Wat serta Vi.
Pertama kalinya Nok mulai bekerja. Saat di pantai dia menggendong Nok. Saat Nok melukisi wajahnya. Saat Nok menjambak rambutnya. Saat mereka menang dan dengan bersemangat berpengangan tangan. Saat Nok marah. Saat Nok merasa malu. Saat Nok menyentuhnya. Saat Nok bersikap baik padanya. Saat Nok sedih. Saat Nok bersikap perhatian padanya. Saat Nok menangis di dalam pelukannya. Saat pertama kali dia bertemu dengan Nok.
Mengingat semua kenangan tersebut, Nai meneteskan air matanya. Lalu dia kembali mengingat kenangan saat dia menikah dengan Nok dan saat bulan madu mereka. Dan di hari perayaan 1 bulan pernikahan mereka.
“Apa
kamu mencintaiku?” tanya Nai. Dan sambil tersenyum malu- malu Nok tidak
menjawab. Lalu secara perlahan Nai mendekat dan mencium Nok. Dan Nok tidak
menolak.
“Kamu
perlu melakukan seperti apa yang kamu janjikan pada hari pernikahan kita.
Menerima kekalahan dalam game ini dan kembalikan segalanya kepada ku. Lalu
pergi tanpa apapun. Sebagai ganti untuk bayi ini. Apa kamu berani?” tanya Nok.
Nai tampak sangat terluka serta menderita sekali, mungkin salah satunya adalah karena dia melihat Nok yang tampak menderita. Padahal semua yang terjadi hanyalah salah paham.
Tags:
Game Sanaeha
Smngt lg
ReplyDeleteAkhirnya update.... semangat kaka.. ditunggu lanjutannya...
ReplyDeleteHoreee akhirnya update jg
ReplyDeleteSemangat nulisnyaa. Selalu dinanti sinopsisnya
ReplyDeleteLanjutttt kak, semangatttt ya...
ReplyDeleteOza kak mau ty sinopsis lakorn padiwaradda itu ka²k yg nulis bukn ya kok ga bs dibuka, klo bukn klo lakorn ini selesai bkin sinopsis lakorn padiwaradda ya kak.trimakasih.
Trimakasih kkak..
ReplyDeleteMkasi banayak kak..
ReplyDeleteSemangat ya kk
Terimakasih skl sdh lanjut lagi.... Cuma baca saja, sdh bikin nangis... Kasihan skl sm nok, lagi hamil tp menghadapi kesalahpahaman gitu... Nai jg ikut salah paham...lengkaplah sedihnya...
ReplyDeletePdhl udah nnton brxx d YouTube tp Krn g ad subtitle ny ga ngerti. STLH baca sinopsis ny , tnp terasa air mata jatuh 😥. Trmksh . Lanjutin
ReplyDeleteMenginspirasi sx filmnya..bgus kren...pokonya bagus bagus bagus..dan sukses 😘😘😘😘😘😍😍😍😍😍👍👍👍👍
ReplyDeletelanjut kak
ReplyDeleteSedih.... Next ya min
ReplyDelete😭😭😭😭😭 part yg paling menyedihkan dan menyakitkan...
ReplyDelete