Pernakah
kamu bertanya apa gunanya belajar dengan keras?
Pernakah
kamu merasa tak ada guru yang bisa memahami kita?
Pernakah
kamu merasa kesal dengan sistem sekolah konyol yang bahkan tidak kita inginkan?
Pernakah
kamu penasaran kenapa sekolah hanya tertarik pada siswa luar biasa, tanpa
melihat penderitaan kita? Dan berapa lama kita harus bertahan?
“Hari
ini, akan kuceritakan kisah sekolah ini. Inilah kisah sekolah bernama SMA
Ritdha. Dan kelas specialnya yang disebut Kelas Berbakat,” kata seorang murid
laki- laki.
T H E G I F T E D
Didalam
kelas. Seorang guru wanita mengucapkan selamat kepada semua murid baru. Dia
menjelaskan segala hal tentang sekolah. Disekolah itu ada kelas M.4, M.5, dan
M.6, lalu karena ini merupakan sebuah sekolah berasrama, maka mereka mempunyai
kamar untuk semua siswa.
Dilorong
sekolah. Seorang guru pria mengejar seorang murid pria yang melarikan diri. Dia
berteriak memanggil si murid untuk berhenti, tapi si murid terus berlari dengan
cepat.
“Dengar,
kalian diterima disekolah yang dianggap nomor satu di negri ini,” jelas si Guru
wanita.
“Hei,
berhenti! Kubilanng, berhenti!” teriak si Guru pria.
Si
Guru wanita menjelaskan kepada semua murid bahwa siswa yang lulus dari sekolah
ini akan memiliki pekerjaan yang stabil dan masa depan yang cerah. Serta ada
yang menjadi tokoh ternama negri ini, lebih dari 90%. Tapi 10% sisanya…
Tepat
disaat itu, terdengar suara si Guru pria yang berteriak dilorong. Lalu si Guru
wanita pun berhenti berbicara. Sementara seluruh murid, mereka langsung
memandang ke arah luar kelas melalui jendela, tanpa beranjak dari kursi mereka.
“Pang,”
gumam seorang murid 2 sambil tersenyum dan menggelengkan kepalanya.
Dilorong
kelas. Si murid yang berlari tersebut, dia melemparkan sebuah parasut plastik
mainan, dimana hape nya di gantung disana. Dan ketika telah membuang itu, si
murid pun menjadi lega. Namun sayangnya tepat disaat itu, seorang Guru wanita 2
memergokinya. Dan si Guru wanita 2 itu pun bertanya.
“Anak
ini mencuri telpon nya yang disita, Bu Ladda,” jelas si Guru pria dengan nafas
terengah- engah, karena capek.
“Kelas
8 lagi? Berikan ponselmu,” kata si Guru wanita 2 dengan tegas.
“Tidak
ada,” balas si murid sambil memperlihatkan kantongnya yang kosong semua.
“Bohong!
Pasti kamu lempar ke bawah,” balas si Guru pria.
“Itu
ponsel, pak. Kalau saya lempar, rusak dong! Lihatlah, benar- benar tidak ada
pada saya. Ibu mau saya buka celana?” tanya si murid dengan sikap seolah- olah
memang tidak bersalah.
Namun
sebelum si murid benar- benar melepaskan seluruh celananya, dengan tegas si
Guru wanita menyuruhnya untuk tidak perlu melakukan itu. Kemudian dia menyuruh
si murid untuk kembali ke kelas. Dan ketika kedua gurunya telah pergi, si murid
pun langsung tersenyum lega.
Si
Murid tersebut menyelinap masuk ke dalam kelas 4.8. Tapi baru saja dia duduk,
tiba- tiba dia dilempari pena oleh guru didepan kelas. Si Guru menasehati dia
yang tidak pernah memperhatikan dan tipe murid seperti itu, tidak akan bisa
naik ke kelas lain.
“Manfaatkan
semua ilmu yang Bapak ajarkan dan jangan jadi seperti dia,” kata si Guru kepada
seluruh murid. Kemudian dia melanjutkan pelajaran, yaitu mengenai parasut
telur.
Namaku
Pang. Seperti yang kalian lihat, aku cuma murid bodoh yang masuk ke sekolah
nomor satu di negri ini. Tapi aku ada di kelas paling bawah di sekolah ini. Itu
bukan masalah kalau saja sekolah ini tidak mempunyai peraturan yang aneh yang
membagi- bagi kelas sesuai kecerdasan siswa.
Seusai
sekolah berakhir. Pang pergi ke halaman untuk mencari hape nya yang dia buang
sendiri tadi tapi sayang nya, dia tidak bisa menemukannya. Lalu tiba- tiba
temannya datang, yaitu si Murid 2. Dia memukuli kepala Pang dengan tasnya. Dan
Pang pun mengeluh.
“Sekarang
pakai taktik canggih, nih? Pakai eksperimen Parasut telur?” kata si Murid 2
sambil menunjukan hape milik Pang yang ada padanya. “Kamu menganggap serius
hal- hal macam ini ya?”
“Ini
rencana mu, kan?” balas Pang.
“Tidak.
Aku memberitahu rencana nya, tapi itu butuh dua orang. Bagaimana kalau kamu menjatuhkannya
dan orang lain menangkapnya?” komentar si Murid 2, menceramahi Pan.
“Tapi
kamu kan, bukan orang lain,” balas Pang sambil mengambil hape nya dari tangan
si Murid 2. Dan lalu si Murid 2 memberitahu agar Pang lebih berhati- hati lagi,
jangan seperti anak kecil.
Ini
Nack, sahabatku. Dia siswa kelas 1. Dan bergaul dengannya adalah contoh terbaik
untuk menunjukan perbedaan siswa kelas atas dan bawah.
Siswa
kelas 1 punya lebih banyak keistimewaan dibanding kelas lain. Bisa makan siang
lebih dulu, yang artinya makanan kafetaria mereka lebih baik dari siswa bawah
seperti ku.
Saat
jam istrirahat, kelas Nack diperbolehkan keluar lebih cepat dibandingkan kelas
Pang. Dan ketika ke kantin, Nack mendapatkan makan dengan porsi yang lebih
banyak dibandingkan dengan Pang yang tampaknya seperti hanya mendapatkan sisa
dari makanan yang tersisa.
Fasilitas
juga lebih baik. Mulai dari Wi-Fi. Sampai Toilet.
Kelas
Nack diperbolehkan masuk ke dalam ruangan komputer dan menggunakan Wi-fi
sepuasnya. Sedangkan kelas Pang, dia harus bersusah payah berdiri disana-
disini, hanya untuk mencari sinyal Wi-fi.
Dan
toilet yang digunakan oleh kelas Pang, sangat kotor dan berantakan. Serta
disana banyak berkumpul beberapa anak nakal.
Dan
asramanya. Siswa kelas 1 bisa memilih teman sekamar mereka. Siswa kelas 8
seperti ku mustahil bisa tinggal disana kalau bukan karena Nack. Tapi kurasa…
“Itu
tidak adil,” kata Pang sambil duduk merenung diatas meja belajar.
“Apanya?”
tanya Nack, tidak mengerti.
Dengan
bersemangat, Pang menjelaskan sistem pembagian kelas yang membuat siswa tambah
merasa buruk. Dan Nack bertanya, apa Pang merasa begitu. Lalu Pang diam dan
berpikir sejenak, kemudian dia menjawab bahwa dia tidak merasa begitu, hanya
saja itu membuat nya frustasi.
“Makanya
sekolah kita punya Tes Penempatan. Tes penempatan itu adalah kesempatan kedua
buat siswa kelas bawah sepertimu. Kalau nilai mu bagus, kamu bakal masuk kelas
atas. Nilaiku juga harus bagus agar tidak ditendang ke kelas bawah. Intinya,
kalau mau dapat hal baik, kamu harus rajin belajar,” jelas Nack.
Namun
mendengar itu, tidak membuat Pang merasa bersemangat. Dan kemudian, Nack
mengatakan bahwa menurutnya sistem seperti ini tidak buruk, soalnya karena
sistem seperti inilah, makanya murid disekolah mereka rajin belajar. Lalu Nack
memukuli pelan kepala Pang dengan bukunya, dia menyuruh Pang untuk berhenti
mengeluh dan mulai membaca buku saja.
Dia
benar. Tidak ada yang mau turun kelas, jadi kami semua raji belajar. Bahkan
siswa kelas 8 berjuang untuk dapat nilai lebih baik.
Didalam
kelas. Saat ujian, beberapa murid ada yang mencotek. Ada yang meminta contekan
pada temannya. Ada yang memberikan contekan. Tapi tanpa semangat, Pang hanya
diam dan merenung saja.
Tapi
apa harus begini?
Lonceng
sekolah akhirnya berbunyi. Dan dengan segera, Pang ingin keluar dari kelas.
Namun Guru nya langsung menanyai kemana Pang ingin pergi, karena itu adalah bel
buat kelas 1. Sedangkan bel untuk kelas 8 lebih lama lagi. Dan mendengar itu,
Pang pun menjadi sangat malas sekali.
“Sekarang
pikirkan lah caranya agar kamu bisa belajar lebih baik. Dan naik ke kelas lain.
Tes penempatan sebentar lagi. Kamu paham?” kata si Guru menasehati Pang. Tapi
sayangnya, saat dia melihat ke arah meja Pang, ternyata Pang telah kabur
melalui jendela.
Pang
pergi ke kantin. Dia sangat senang melihat banyak nya makanan yang di dapatnya.
Namun sialnya, tanpa sengaja dia malah menabrak murid berkacamata yang sedang
duduk. Sehingga makanan yang dibawanya jatuh mengenai si murid berkacamata. Dan
Pang pun langsung meminta maaf.
Tapi
si murid berkaca mata diam dan memperhatikan Pang dengan tajam. Lalu saat
menyadari Pang tidak mengenakan rencana kelas, maka dia pun berdiri dan
menanyai dimana lencana milik Pang. Dan Pang pun menjadi gugup.
Tags:
The Gifted