Network : GMM One
Didalam
ruangan guru. Punn memperkenalkan dirinya menggunakan berbagai bahasa yang
berbeda, English, China, dan Jepang. Mendengar itu, semua guru bertepuk tangan
dengan bangga.
“Aku
tidak pernah melihat murid yang sesempurna dirimu. Masalahnya, kami tidak bisa
memutuskan bagaimana memanfaatkan kesempurnaan ini,” puji Direktur. Lalu dia
membahas mengenai kompetisi Kenggulan Akademik mendatang dan bertanya pada Guru
Pom.
Sebelum
Guru Pom sempat menjawab, seorang Guru lain mengatakan bahwa pasti Guru Pom
tidak akan membiarkan Punn membantu mereka. Dan Guru Pom membalas bahwa dia
mau, tapi dia tidak mengerti kenapa mereka semua hanya menginginkan Punn,
padahal ada Wave yang pintar dalam matematika.
“Tapi
Wave tidak akan mau,” sela Punn.
“Bisa
murid dari kelas lain. Ada banyak siswa berbakat disini,” kata Guru Pom.
Tiba-
tiba kantor menjadi sangat ribut, karena seluruh Guru menginginkan Punn yang
mengikuti kompetisi Keunggulan Akademik menandatang. Menurut mereka Punn bisa
segalanya, bermain musik, bahasa, matematika, olahraga, dan lainnya.
“Tenang,”
tegas Direktur sambil memukul meja, sehingga semua menjadi tenang. “Kenapa kita tidak membuatnya
memilih berdasarkan kompetensinya? Ada anak- anak yang kompeten disemua subjek.
Benar, kan, Punn?” tanya Direktur.
“Bolehkah
aku ikut semuanya?” balas Punn tanpa disangka.
“Ayahmu
akan sangat bangga. Aku yakin,” balas Direktur, setuju.
Setelah
keputusan itu dibuat. Dimulailah hari- hari latihan Punn. Dia menonton begitu
banyak video dan menirunya menggunakan potensinya. Mulai dari kemampuan seni
(melukis), olahraga (ping pong), sampai bahasa.
Diatap
sekolah. Punn berdiri diujung pembatas sambil melihat pemandangan dibawah. Lalu
tanpa sengaja, seperti baru tersadar dari lamunannya, dia hampir saja
kehilangan keseimbangan tubuhnya dan terjatuh. Dan dengan perasaan kelelahan,
Punn turun. Dan lalu dia mendapatkan sebuah sms dari Claire.
Punn
menemui Claire di dalam ruangan latihan yang sangat besar. Disana dengan
bersemangat, mereka berlatih dansa bersama dengan begitu mesranya. Dan setelah
selesai, Punn mengomentari beberapa gerakan Claire yang salah. Kemudian Punn melepaskan
Claire dan mengambil minuman.
Claire
yang mengira tarian mereka sudah sempurna, dia menutup matanya dan menantikan
ciuman dari Punn. Tapi bukannya ciuman yang didapatnya, melainkan komentar.
Dengan kesal, Claire pun mendekati Punn dan mengatakan bahwa Punn lupa satu
gerakan juga, yaitu menciumnya.
“Latihan
ya latihan. Jangan main- main,” kata Punn.
“Apa
mesra sedikit bisa bikin mati?” balas Claire, kesal.
Melihat
Claire yang kesulitan membuka tutup botol, maka Punn membantunya. Dan Claire
pun merasa senang kembali, dia berterima kasih kepada Punn. Tapi sayangnya,
Punn malah mengerjainnya, karena ketika dia mau mengambil minuman tersebut dari
tangan Punn, eh, Punn malah meminumnya.
Claire
pun mengambek karena kesal, lalu dengan mesra Punn berusaha membujuk Claire
agar tidak kesal lagi. Dengan mesra dia memeluk Claire dari belakang. Dan
akhirnya Claire pun memaafkan Punn.
Beberapa
saat kemudian. Punn tiba- tiba tampak berdiri termenung lama. Dan Claire pun
memanggil- manggil nama Punn untuk menyadarkannya. Lalu ketika akhirnya Punn
sadar, Claire pun bertanya apa yang terjadi.
“Hampir
pukul tujuh. Sudah, ya. Aku harus latihan pidato,” kata Punn dengan cepat.
Kemudian dia membereskan semua barangnya.
“Punn.
Aku tahu kamu superperfeksionis. Tapi aku ingin kamu rileks saat berdansa,”
jelas Claire.
“Kenapa?
Apa aku kelihatan tidak senang?”
“Dari
warnamu, kamu sedang banyak tekanan,” balas Claire.
“Andai
saja sehari ada 72 jam,” kata Punn.
“Begini
saja. Kirim jadwalmu, biar kuatur,” balas Claire.
Kemudian
setelah selesai bicara, Punn pamit pergi. Tapi sebelum Punn pergi, Claire
meminta agar Punn untuk menanda tanganin formulir mereka dulu. Dan Punn pun
menanda tanganinnya.
“Punn,
kamu kidal?” tanya Claire dengan raut keheranan.
“Ya,”
balas Punn lalu pergi.
Didepan
piano. Punn duduk sambil memperhatikan bermacam- macam video. Kemudian saat
siaran video berubah menjadi siaran berita, Punn tetap mendengarkan dan
melihatnya.
Pembawa
berita tersebut mengabarkan bahwa sebuah tragedi terjadi baru- baru ini. Peraih
medali emas olimpiade bunuh diri. Dan itu menjadi sebuah topik panas diantara
warganet. Lalu muncul sebuah pertanyaan, “Apa siswa berbakat sering tidak
bahagia?”
Prof.
Dr. Premchai Taweesilp. Wakil sekretaris tetap depatermen pendidikan. Dia
mengucapkan belasungkawa pada keluarga almarhum. Kemudian dia menjelaskan
mengenai topik soal siswa Berbakat yang tidak bahagia. Itu sudah sering
didengarnya.
Premchai
menjelaskan bahwa bagaimana caranya menghilangka mitos negara berkembang.
Contohnya negara jepang, mereka berubah dari negara kalah perang menjadi
pemimpin dunia dalam inovasi. Bagaimana bisa? Itu bukan karena orang berbakat
dianggap tidak bahagia.
“Kita
harus memicu anak kita untuk mengembangkan potensi mereka. Agar bisa
mengembangkan negara,” jelas Premchai.
Punn
memperhatikan sebuah foto dihapenya. Fotonya bersama dengan Ayahnya. Fotonya
bersama dengan Premchai, ayahnya.
Berapa lama kamu bisa berpura- pura hidupmu sempurna?
Punn
memperhatikan sebuah piala yang berada didekatnya. Disana dia melihat bayangan
seseorang yang mendekatinya. Dan kini bayangan tersebut berdiri tepat
dibelakangnya.
Tags:
The Gifted