Network : GMM One
Didalam
kamarnya. Pang melakukan rekaman untuk dirinya sendiri. Seperti rekaman yang
sama dengan apa yang kita lihat di Episode pertama.
“Tanggal 13 Juli. Itu
saat pertama kali kami tahu potensi anak terakhir, Korn. Saat itu, aku
memutuskan untuk merahasiakan potensi ku dari sekolah. Dan aku benar. Setelah
itu, terjadi peristiwa kritis. Penutupan sekolah.”
Pang
mencoba menghubungin nomor Namtaan, tapi tidak nomor Namtaan tidak bisa
dihubungin sama sekali. Kemudian terdengar berita dari speaker sekolah. berita
itu tersiar di seluruh sekolah sampai ke dalam kelas, juga kantin.
Ini sistem siaran darurat. Menyapaikan pesan dari Tuhan.
Para guru dan murid sekalian, hari penghapusan telah tiba. Hari penghapusan
telah tiba.
Di
Grup LINE tanpa Wave. Punn mengirim kan pesan agar mereka semua segera
berkumpul di Auditorium sekarang. Jadi dengan segera Pang pun berlari ke sana.
T H E G I F T E D
Sebuah
aplikasi terinstal di hape setiap murid. Disana ada menu Start mission, Check
Reward, serta Live Countdown. Misi Baru yang diberikan oleh aplikasi itu adalah
‘Pergi ke kelas 4/1 dan hentikan pelajaran’. Hadiah nya adalah ‘Naik ke kelas 1
di semester selanjutnya’.
Di
kelas 4/1 terjadi sebuah kekacauan yang luar biasa, para murid dari kelas lain
datang dan memberantakan isi kelas. Beberapa murid wanita yang berada di dalam kelas
memekik dengan keras karena ketakutan. Dan Guru yang ingin menghentikan para
murid yang membuat kekacauan itu, dia malah diserang juga.
Dikantin
juga tidak kelas kacau. Seorang murid wanita dari 4/1. Disiram pakai mie. Dan
beberapa murid yang lain berlari melarikan diri sambil berteriak.
Diperpustakaan
juga sama. Mereka memberantakan isi perpustakaan, menyiramkan bensin, dan
menyalakan api untuk membakar buku yang ada. Lalu alarm kebakaran pun berbunyi.
Diauditorium.
Semua murid berbakat berkumpul. Pang menjelaskan bahwa kecurigaan mereka
mengenai Wave adalah benar, dan kini Namtaan tidak bisa dihubungin. Lalu Punn
membalas bahwa itu tidak mungkin, karena Namtaan ada mengirimkan pesan padanya
agar mereka semua berkumpul disini.
Tiba-
tiba saja, sebuah pesan masuk di LINE Grup tanpa Wave ke hape mereka semua
masing- masing. Dan yang mengirimkan pesan itu adalah Wave. Dasar Tolol, tulisnya. Dan kemudian
pintu auditorium tertutup, sehingga mereka semua tidak bisa keluar.
Diluar
auditorium. Seorang murid yang mengunci itu, dia menekan tombol complete untuk
misinya, yaitu kunci siswa berbakat di auditorium dan hadiahnya adalah nilai 4
disemua kelas wajib.
Dispeaker
yang berada diauditorium, Wave berbicara kepada mereka semua. “Selamat datang,
teman- teman berbakat, yang saking bodohnya sampai masuk jebakan. Kalian
membuktikan bahwa kalian memang payah.”
“Keluarlah,
brengsek!” maki Claire.
“Daripada
mengata- ngataiku, sebaiknya kalian cari cara untuk keluar. Aku menyiapkan game
menarik untuk kalian mainkan. Butuh waktu sampai kalian bisa keluar…”
Dengan
emosi Mon menendang speaker itu, sehingga hancur. Lalu dia berjalan menjauh, dan
berlari dengan cepat menendang pintu auditorium. Dan dia berhasil keluar dari
auditorium. Lalu setelah itu, Mon segera menahan murid yang mengunci mereka
itu.
Claire
mengambil hape si murid, dan melihat aplikasi yang Wave gunakan untuk
memberikan perintah kepada semua murid. Dan lalu Pang ikut melihat, kemudian
dia menjadi sangat terkejut sekali.
“Wave
mau membocorkan soal Kelas Berbakat,” kata Wat sambil menunjukan angka hitungan
mundur yang ada pada aplikasi.
“Wave
pasti sudah gila. Dia mengacau cuma gara- gara kalah saat UTS?” komentar Ohm.
Punn
menanyakan apa yang harus mereka lakukan kepada Pang. Tapi Mon menyela, dan
mengatakan bahwa sebaiknya mereka segera mencari Wave. Mendengar itu, Pang
tidak setuju, menurutnya mungkin saja saat ini Wave sedang mempermainkan
mereka, sehingga mereka harus hati- hati dalam mengambil langkah.
“Aku
setuju, tapi menemukannya adalah yang terpenting,” kata Punn, mengatakan
pendapatnya.
“Punn,
bisakah kamu menyalin potensi Wave dan retas komputer sekolah? Tolong lacak
asal perintah aplikasi ini. Kalau berhasil, segera beri tahu kami,” jelas Pang
sambil memberikan hape si Murid kepada Punn.
“Bagaimana
kalau sisanya mencarinya?” tanya Punn.
“Ide
bagus. Tapi untuk jaga- jaga, pergilah berpasangan. Kita butuh bantuan kalau
ada apa- apa,” jelas Pang.
Tim
pun dibagi. Korn dan Claire pergi ke kamar Wave. Jack dan Joe ke ruang siaran
dan sasana. Mon berinisiatif pergi sendiri, karena dia kuat, jadi dia bisa
mengurus para berandal, dan dia bakal ke kafetaria. Pang sendiri, dia bakal
pergi ke ruang komputer. Lalu semuanya pun bubar dan mulai berpencar ke tujuan
masing- masing.
“Bagaimana
denganku?” tanya Ohm dengan bingung.
“Aku
punya tugas penting buatmu,” kata Pang sambil memegang bahu Ohm.
Melalui
CCTV. Wave memperhatikan Pang dan Ohm, tapi dia tidak bisa mendengarkan
perkataan mereka berdua sama sekali.
Diatas
atap. Namtaan masih terus berteriak, meminta bantuan. Tapi sayangnya, tidak
satupun orang berada disana dan mendengar teriakannya. Lalu saat aplikasi milik
Wave muncul di hapenya, Namtaan menjadi frustasi. Dia menatap ke bawah. Dan
saat dia melihat sebuah tali tua, dia memikirkan sesuatu.
Sambil
berlari Pang memberikan perintah kepada setiap orang. Dan menannyakan situasi
masing masing- masing. Didalam kelas, Punn masih sibuk meretas, dan dia
menjelaskan bahwa ini mungkin akan memakan waktu sekitar sejam.
Mon
sedang menuju ke kantin, saat dia melihat seorang guru di serang oleh dua orang
murid perusak mading. Dia langsung membantu guru tersebut. Dan mendengar itu,
Pang mengingatkan Mon agar jangan memakai kekerasan.
Setelah
Mon berlari pergi, Bu Ladda yang sampai disana dan melihat semua kekacauan itu
langsung bertanya kepada si Guru. Dan si Guru menjelaskan apa yang terjadi,
menurutnya mereka harus segera memberitahu Direktur.
“Tidak
perlu. Biar saya yang urus,” tegas Bu Ladda.
Hitungan
mundur masih berjalan. Pang. Claire dan Korn. Jack dan Joe. Mereka semua sama
sekali tidak bisa menemukan dimana Wave berada. Dan mengetahui itu, Punn jadi
bertanya- tanya sendiri.
Saat
Pang melihat sebuah CCTV di sudut ruangan komputer, dia jadi menyadari sesuatu.
Dengan ngeri, dia memandang ke arah pintu keluar. “Jebakan!” teriak Pang sambil
berlari untuk keluar. Dan pintu tertutup.
Claire
terkunci di dalam kamar Wave. Sementara Korn terkunci diruang tamu di kamar
Wave. Jack dan Joe juga sama. Tidak peduli bagaimanapun mereka berteriak serta
berusaha, mereka tidak bisa membuka pintu itu, karena Wave memasang alat
pengunci otomatis diatasnya.
Pang
berhasil keluar dari ruangan komputer tepat waktu. Lalu disaat itu, dia melihat
sebuah drone terbang melewatinya yang sedang dalam posisi telungkup.
“Aku
akan membiarkanmu duduk manis di ruangan terkunci. Akan kutunjukan, meski
bersatu, kalian tidak bisa menghentikan ku,” kata Wave kepada Punn melalui
hape.
Tags:
The Gifted
Semangat kak😘😘😘
ReplyDeleteLanjut kak. Semangatt
ReplyDelete