Didepan
mading sekolah. Punn berdiri memandang berita tentang dirinya sendiri. Disana
foto nya dipajang sendirian. Dan di beri tulisan Punn Taweesilp Kebanggaan Sekolah Kita.
“Kamu
tahu, kan, papan ini tidak berarti apa- apa?” tanya Wave mendekati Punn. “Atau
kamu memang berpikir kamu sehebat itu?” lanjut Wave.
“Kamu
tahu, kan, ini tidak akan mengubah kenyataan bahwa Direktur memilihku sebagai
Ketua Kelas?” balas Punn
Dan
Wave mengiyakan. Namun setidaknya, orang yang pantas menjadi pemimpin nya
adalah seseorang yang sepadan dengannya. Dan setelah mengatakan itu, Wave
langsung berjalan pergi meninggalkan Punn.
Diruang
musik. Punn memainkan biolanya dengan kuat, seperti sedang melampiaskan
emosinya. Sehingga benang pada biolanya patah dan melukai jarinya.
Tepat
disaat itu, Guru Pom masuk ke dalam ruangan.
Selagi
Punn mengobati jarinya. Guru Pom menjelaskan bahwa sejujurnya dia takut kalau
Punn kebanyakan memakai potensinya tanpa tahu efek sampingnya. Dan Punn membalas
bahwa ini cuma gara- gara stress saja.
“Bapak
takut bukan cuma itu,” kata Guru Pom dengan serius.
“Maksud
Bapak?” tanya Punn tidak mengerti.
“Bukan
apa- apa. Tapi beri tahu aku kalau kamu punya masalah,” balas Guru Pom, seperti
tidak mau menjelaskan maksudnya. Kemudian dia pamit dan berdiri untuk pergi.
Sebelum
Guru Pom pergi, Punn menanyakan apa Guru Pom tidak menginginkan gambarnya. Dan
Guru Pom pun berhenti serta menanyakan apa maksud Punn dengan heran. Kemudian
tanpa menjawab, Punn memberikan gambarnya.
“Apa
makna pohon di gambar ini?” tanya Guru Pom.
“Aku,”
jawab Punn.
“Selamat datang kepada perwakilan
dari 15 sekolah di Kompetisi Keunggulan Akademis 2018 di SMA Ridtha Wittayakom
yang bertujuan memicu dan mengembangkan kemampuan.”
Didalam
gedung olahraga. Punn melakukan lompat tali. Push-up. Dan berbagai pemanasan
lainnya dengan sangat baik. Namun disaat akhir, dia tampak seperti kelelahan.
Pidato oleh Punn. “Karena itu,
penting mengembangkan kompetensi kita. Untuk menunjukan jati diri kita, apa
yang bisa kita lakukan…”
Didalam
ruangan kelas. Punn berdiri di hadapan semua guru penilai. Disana dengan lancar
dan sikap yang tegas tanpa keraguan, dia membacakan pidatonya dengan sangat
baik. Dan sampai berbicara, Punn memegang sisi meja dengan kuat.
“Dunia
saat ini bergerak tanpa henti. Tidak ada tempat untuk pencundang…”
Didalam
ruangan kelas yang lain. Punn mengikuti kompetensi teka- teki. Disana dengan
sangat baik dan hebatnya. Dia dapat menyelesaikan semuanya dengan mudah. Bahkan
murid lain pun terpana melihat kepintaran nya. Dan Punn tersenyum bangga.
“Kompetensi membantu kita agar tidak
tertinggal…”
Didalam
ruangan kelas yang lain. Punn mengikuti kompetensi merangkai bunga. Disana
dengan sangat cepat, Punn mampu merangkai bunga dengan begitu indahnya. Dan
murid perempuan lain yang merupakan peserta sampai tidak percaya melihatnya.
Sementara guru penilai bangga kepadanya.
“Saat kita belajar dan mengatasi
keterbatasan kita, saat itulah kita ada,” kata Punn
mengakhiri pidatonya dengan baik di hadapan para guru penilai.
Diruangan
kelas yang lain. Punn mengikuti kompetensi bermain musik. Disana dia memainkan
musik yang indah menggunakan biolanya. Dan ketika dia selesai bermain, semua
orang bertepuk tangan untuknya.
Didalam
kantor Guru Pom. Punn menjelaskan bahwa karena dia telah dipilih menjadi ketua
kelas di Kelas Berbakat, makanya dia tidak mau dianggap tidak berguna.
“Mon
ikut berkompetisi, tapi hanya bidang olahraga. Itu karena potensinya terbatas
pada olahraga,” jelas Guru Pom.
“Aku
bisa segalanya,” balas Punn.
Dengan
serius, Guru Pom bertanya apa yang sebenarnya ingin Punn buktikan. Dan dengan
gugup, Punn memainkan tangannya di bawah meja, lalu dia menjawab bahwa dia
hanya ingin menjadi yang terbaik.
“Terbaik
untuk siapa?” tanya Guru Pom. Dan Punn terdiam.
Dikamar
mandi. Punn berekspresi seperti baru saja tersadar. Dan dengan sikap kelelahan,
dia menarik nafas. Lalu memandang dengan cemas ke sekelilingnya. Kemudian saat
sudah lebih tenang, dia melihat pesan yang dikirim kannya kepada Ayahnya
barusan.
Ayah, Direktur menunjukku sebagai
ketua kelas. Jangan mengecewakannya. Kompetisi nya hari ini. Aku memenangkan
semua perlombaan pagi ini.
Didekat
wastafel. Ada tiga orang yang sedang bercermin di cermin kamar mandi. Lalu
disaat itu, tiba- tiba saja mereka mendengar suara seseorang yang seperti
sedang berbicara dengan banyak orang.
Bodoh, kenapa kamu melakukan hal
bodoh? | Dia kenapa? Pesannya dibaca, tapi tidak dibalas | Dia tidak punya
waktu | Tidak punya waktu atau tidak peduli? | Ayolah, lakukan saja tugas | Dan
apa yang akan kita dapatkan?
Heran
mendengar itu, maka seorang dari mereka bertiga menendang pintu kamar mandi
yang menjadi asal suara. Dan ternyata orang yang berada di dalam sana, ialah
Punn sendiri.
“Kamu
bicara dengan siapa?” tanya nya. Tapi Punn tidak menjawab.
Punn
keluar dari kamar mandi dan menuju westafel untuk mencuci tangan, tapi
sayangnya tidak air. Kemudian si Murid yang menendang pintu tadi mendekatinya
dan menawarkan rokok padanya. Dan saat Punn ingin mengambilnya, si Murid tadi
menarik rokok itu.
“Atau
kamu mau mengisap yang lain?” tanya nya pada Punn sambil tertawa. Diikuti oleh
kedua orang temannya juga. Dan Punn sendiri pun ikut tertawa juga.
Lalu
semua nya menjadi gelap. Dan ketika semuanya kembali menjadi terang. Terlihat
Punn yang sedang memukuli si Murid tersebut sampai murid tersebut tidak
sadarkan diri. Kemudian setelah akhirnya Punn tersadar, Punn menjadi ketakutan
sendiri kepada dirinya.
Didalam
gedung olahraga. Punn berdiri terdiam. Dan melihat itu, seorang guru memanggil
namanya berkali- kali sambil memegang bahunya. Kemudian barulah Punn tersadar.
“Sudah
waktunya. Ayo,” kata si Guru. Dan Punn mengiyakan.
Kompetensi
tenis meja. Punn bermain melawan saingannya dengan pandangan kosong. Namun
walau begitu, dia berhasil bermain dengan sangat baik.
Saat
waktu beristirahat. Punn duduk sambil meminum minumannya. Kemudian setelah itu,
dia kembali bermain lagi. Dengan sangat fokus, Punn berhasil mengalahkan
saingannya.
Keesokan
harinya. Diumumkan pemenang lomba kompetensi. Dan Punn berhasil menjadi
pemenangan dalam semua kompetensi yang diadakan. Lalu mengetahui hal itu dan
melihat jadwal Punn yang begitu padat, Claire menjadi khawatir.
Didalam
kantor. Guru Pom memperhatikan semua biodata dari berbagai orang. Kemudian dia
menghubungin seseorang dan memintanya untuk mengirimkan hasilnya hari ini.
Didalam
ruangan kelas. Punn mengikuti kompetensi mengeja. Dengan sangat hebat, Punn
bisa mengeja dengan sangat baik sebelum batas waktu yang diberikan padanya
habis. Dan ntah karena apa, disaat terakhir, Punn tiba- tiba terdiam agak lama,
tapi walau begitu dia berhasil mengeja dengan sempurna hurup dari kalimat
bahasa inggris yang diberikan oleh Guru. Sebelum waktunya habis.
Punn
berhasil memenangkan lomba mengeja. Dan selanjutnya adalah lomba dansa
ballroom. Melalui pengeras suara, guru mengumum kan agar semua peserta segera
mendaftarkan diri dalam waktu sepuluh menit.
Dikantin.
Claire mempersiapkan makanan dan minuman. Kemudian saat Punn datang, dia
mengajak Punn untuk makan bersama. Namun dengan heran, Punn bertanya bukankah
ini waktunya untuk lomba dansa ballroom. Dan Claire membenarkan.
“Jadwalmu
padat hari ini. Kamu pasti capek. Aku mundur dari dansa ballroom agar kamu bisa
makan,” jelas Claire sambil memegang tangan Punn. Tapi Punn menepis dengan kuat
tangan Claire.
Punn
berjalan mendekati meja dan memperhatikan makanan serta minuman yang telah
Claire siapkan. Dan dengan riang, Claire menjelaskan bahwa itu semua adalah
makanan kesukaan Punn. Dalam menyiapkan semua ini, Claire sampai bermasalah
dengan Bu Ladda, tapi karena Direktur
mengizinkan siswa Berbakat boleh pesan antar, maka Claire pun bisa menyiapkan
semua ini.
“Apa-
apaan? Ini bukan waktunya. Aku harus bertanding,” kata Punn tidak senang.
“Aku
mundur dari lomba demi kamu. Kamu sudah melakukannya seharian, Punn,” balas
Claire.
Bukannya
senang dengan perhatian Claire, Punn malah marah. Dan Claire berusaha menenang
kannya. Tapi Punn menolak makanan dari Claire. “Jangan menggangguku!” teriaknya
sambil menepis tangan Claire yang ingin menyuapinya.
“Ada
apa?” tanya Claire dengan rasa terkejut.
“Jangan
menggangguku!” teriak Punn, lalu berjalan pergi.
Claire
berjalan mengikuti Punn, dia mengatakan bahwa ini adalah akibat Punn terlalu
banyak memakai potensinya dan dia melakukan ini karena dia peduli pada Punn.
Mendengar itu, Punn berbalik dan berjalan mendekati Claire.
“Peduli
padaku? Kamu peduli padaku? Tidak ada yang baik padaku. Tidak ada! Tidak
seorang pun! Tidak pernah! Tidak pernah!” teriak Punn sambil mulai menangis dan
berbalik untuk pergi.
“Kamu
siapa?” tanya Claire yang merasa aneh melihat sikap Punn.
Saat
Punn berbalik ke arah Claire kembali. Aura nya tampak berbeda. Dia tidak
menangis lagi. “Bukan apa- apa. Maaf. Aku cuma lelah. Entah apa yang ku
lakukan,” kata Punn dengan lembut.
Tanpa
mengatakan apapun atau bertanya lagi. Claire memeluk Punn dengan erat. Dan Punn
balas memeluk Claire juga dengan erat.
Tags:
The Gifted