Network : GMM One
“Benarkah?
Apa benar Wave tipe orang yang suka merusak barang?” tanya Mon, tidak percaya.
Namun tepat disaat itu, Wave datang untuk membuang PC yang rusak.
Karena
penaran, maka Namtaan menyentuh PC yang barusan Wave buang.
Dimalam
hari.Seorang pria berhodie merusak gembok gudang dan masuk ke dalamnnya.
T H E G I F T E D
Didalam
kelas. Dengan bangga Ohm menyebut dirinya sendiri sebagai wakil ketua kelas,
karena sekarang temannya, yaitu Pang, telah menjadi ketua kelas baru. Dan Ohm
meminta agar Pang menendang Wave dari kelas Berbakat. Lalu dengan tegas,
Namtaan memotong dan mengatakana agar Ohm jangan bercanda seperti itu.
“Oi…
aku tidak bercanda. Aku serius. Pang, dengarkan aku, Wakil ketua kelas, suruh
dia beres- beres kelas sore ini,” kata Ohm sambil menunjuk ke arah meja Wav
yang berada dibelakangnya
“Tunggu.
Tunggu. Kapan kamu menunjuk dirimu sebagai wakil ketua kelas?” tanya Pang
sambil tertawa kecil.
“Sejak
Wave kalah darimu. Dia pasti sedang mewek seperti bayi,” kata Ohm sambil
bersikap mengejek. Dan Namtaan pun memanggil nama Ohm, sebagai peringatan agar
berhenti.
“Ooi…
kamu selalu memotong ucapanku, seperti gunting saja,” keluh Ohm pada Namtaan.
Kemudian saat Namtaan menatap tajam ke arah belakangnya, Ohm baru sadar bahwa
Wave telah datang. Dan Ohm pun langsung diam.
Dikantor. Wave memberikan daftar set PC yang diinginkannya, dan itu sangat mahal. Wave lalu menggunakan alasan bahwa dulu Guru Pom pernah bilang ingin potensi mereka dikembangkan lebih jauh. Dan setelah UTS, kemajuan nya sudah pesat, jadi dia menginginkan PC itu. Namun jika Guru Pom tidak bisa membelikannya, maka dia bisa menurunkan beberapa spesifikasi pada PC nya, sehingga harga bisa turun lebih murah.
“Tidak
perlu. Bapak bisa mengurusnya. Tidak akan ada yang menghalangin perkembanganmu.
Jangan cemas,” kata Guru Pom.
“Baik,”
balas Wave, lalu berdiri untuk pergi.
Tapi
sebelum Wave pergi, Guru Pom mengingatkan agar Wave pergi ke UKS untuk
mengobati luka di lengan Wave itu.
Di
UKS. Wave meminta perban kepada Namtaan yang sedang bertugas. Dan melihat luka
di lengan Wave, Namtaan pun menyarankan agar sebaiknya itu diperiksa dulu,
karena Wave baru saja menghajar komputernya habis- habisan, mana tahu ada yang
terbentur. Tapi dengan keras kepala, Wave menolak, karena yang dibutuhkan nya
hanya perban.
“Aku
minta perban. Dengar, tidak?” kata Wave.
“Aku
menyuruhmu diperiksa dulu. Dengar, tidak?” balas Namtaan.
“Aku
baik- baik saja. Apa sesusah itu untuk minta perban?” balas Wave sambil
mengulurkan tangan untuk mengambil perban yang berada didekat Namtaan. Tapi
Namtaan tidak membiarkan Wave.
“Duduk
disitu, biar kuobati,” tegas Namtaan.
Akhirnya
Wave menurut. Dia membiarkan Namtaan untuk mengobatinya, dan karena sakit Wave
pun meringis. Dan Namtaan mencandai Wave yang tidak sok kuat lagi.
“Kalau
mau benci aku, benci aja. Jangan pura- pura baik,” kata Wave dengan dingin.
“Sok
tahu, ya,” balas Namtaan.
Mendengar
Namtaan mengatakan ‘sok tahu ya’. Wave jadi teringat akan seseorang dan
terdiam, lalu karena sudah selesai Namtaan menyadarkannya. Kemudian setelah
itu, Wave pun langsung pergi.
Didalam
kamar. Wave berbaring ditempat tidurnya. Dia membuka kaca matanya dan tidur. Wave
mengingat masa lalu nya.
Flash back
Kedua
orang tua Wave telah tiada, jadi Wave tinggal bersama kakek dan neneknya. Dan
karena keluarga mereka tidak lah kaya, jadi kakek pun ingin Wave untuk pindah ke sekolah biasa.
“Tapi
orang tuaku ingin aku di sekolah yang lama. Ada beasiswa juga. Itu pilihan yang
bagus buatku,” jelas Wave.
“Tapi
kami tidak sanggup membayar biaya sekolah nya lagi. Tidak penting sekolah
dimana, semua sama saja,” balas kakek dengan keras. Dan Wave pun tidak
membantah lagi.
Didalam
kelas. Wave terus memandang keluar kelas. Sementara didepan kelas, guru sibuk
menjelaskan. Dan si Guru tampak kesulitan dalam menjelaskan, lalu saat dia
melihat Wave yang sedang tidak memperhatikan, maka dia melemparkan kapur
kepadanya dan memarahinya.
Lalu
si Guru menyuruh Wave untuk maju dan menyelesaikan pertanyaan dipapan tulis.
Dan Wave menjawab bahwa dia tidak bisa. Lalu si Guru pun memarahi Wave lagi,
karena tidak memperhatikan lah makanya Wave tidak mengerti, dan Wave tidak akan
punya masa depan.
“Aku
tidak bisa sebab Ibu membuat kesalahan dalam substitusinya,” kata Wave.
Kemudian dia maju dan memperbaiki kesalahan di papan tulis. Dan setelah itu,
dia menanyakan apa itu benar.
Tapi
karena malu, maka si Guru menjawab tidak. “Masih kecil, tapi sudah sok pintar.”
“Kenapa?
Aku menyelesaikan persamaannya sesuai perintah. Kenapa salah?” tanya Wave
dengan heran, karena dia telah menjawab dengan benar.
“Soalnya
kamu tolol. Kembali ke kursimu,” teriak si Guru. Dan seluruh murid menertawakan
Wave. Lalu sambil menundukan kepalanya, Wave berjalan kembali ke kursinya.
Dan
didekat pintu, seorang guru lain memperhatikan semua itu. Dia tampak bersimpati
kepada Wave yang kepadahal benar, tapi malah di marahin dan diketawain.
Diatap.
Saat Wave sedang makan sereal, si Guru lain datang dan mendekatinya. Dengan
sikap hangat dan ramah, si Guru menyapa dan bersikap akrab kepada Wave. Dan
karena sikap penuh perhatian dari si Guru lain tersebut, Wave jadi merasa malu.
Lalu
saat si Guru lain melihat laptop Wave, dia menanyakan apa yang sedang Wave
lakukan. Dan Wave menjelaskan bahwa ini adalah sebuah game menebak angka, jadi
si Guru harus memilih satu angka dari 1- 60, tapi jangan sebutkan. Dan si Guru
lain itu pun melakukannya.
Kemudian
Wave mulai bertanya- tanya, dan si Guru menjawab. Dan ternyata permainan itu
berhasil menebak dengan benar angka yang si Guru lain itu pilih. Yaitu 28.
Kemudian si Guru lain pun memuji Wave yang sangat berbakat.
“Hei.
Ibu melihatmu memecahkan persamaan dikelas tadi,” kata si Guru lain membahas
kejadian dikelas yang dilihat nya tadi.
“Aku
salah mengerjakannya,” balas Wave dengan malu.
“Tidak
salah. Hasil kerjamu benar. Apa kamu sadar betapa berbakatnya dirimu?”
“Kalau
begitu, nama Ibu siapa?” tanya Wave dengan wajah berseri.
“Aku?
Namaku Nara,” jawab Nara sambil tersenyum. Dan Wave balas tersenyum.
Flash back end
Tiba-
tiba saja terdengar suara ketukan dipintu. Jadi Wave terbangun dari tidurnya.
Ternyata yang mengetuk itu adalah Namtaan. Dia datang membawakan obat untuk
Wave, tapi karena Wave tidak ada membuka pintu, maka Namtaan meninggalkan obat
itu di depan pintu.
Pas
disaat Namtaan telah berjalan pergi, Wave membuka pintu kamarnya. Dan melihat
itu, Wave mengambilnya, kemudian dia melihat ke sekeliling, tapi dia tidak
melihat siapapun.
Diruang
admisnistrasi. Orang berhodie tersebut mengambil Drone yang berada disana.
Namun sebelum keluar, karena menyadari bahwa ada CCTV dsiana, maka dia tidak
jadi keluar dulu.
Pagi
hari. Ruang administrasi. Ditemukan dalam keadaan sangat kacau dan berantakan.
Semua barang berserakan. Dan Guru yang melihat itu, dia segera menelpon Bu
Ladda.
Tags:
The Gifted