Sinopsis Lakorn : You Are Me episode 21 – 1


Sinopsis Lakorn : You Are Me episode 21 – 1
Images by : Channel 3
sinopsis di tulis oleh : Chunov (nama samaran) di blog k-adramanov.blogspot.com
Setelah menemui Khun Wiset, dia langsung masuk kembali ke kamar dan mengunci pintu. Dia memberitahu Chet kalau ayahnya akan pergi keluar negeri malam ini, dan sebentar lagi juga pergi. Jadi, dia meminta Chet untuk bersembunyi lebih lama.
Khun Pa pulang dan masuk ke kamar. Dia bertanya untuk apa Khun Wiset mempacking barang? Khun Wiset yang belum tahu kalau Khun Pa sudah tahu perselingkuhannya, seperti biasa bertingkah manis. Dia meminta maaf karena tidak menjawab telepon Khun Pa, karena dia sangat sibuk seharian ini. Dan hari ini juga temannya di Australia menelpon dan bilang ada masalah di restoran, jadi dia harus pergi sekarang juga.
Plak!!! Khun Wiset di tampar.
“Selama 19 tahun kita bersama, tidak pernah sekalipun aku tidak mempercayaimu. Aku percaya padamu. Memberimu kesempatan. Tapi bagaimana bisa kau membalas semua cinta yang kuberikan dengan pengkhianatan?!”
Khun Wiset masih berpura-pura bodoh. Khun Pa kesal dan memberitahu yang di lihatnya di condo tadi. Dan dia semakin marah karena Khun Wiset menggunakan uangnya untuk membeli condo tersebut. Khun Wiset masih beralasan kalau Khun Pa telah salah paham. Tetapi, Khun Pa memberitahunya kalau Praw sudah mengakui semuanya.
“Mulai dari sekarang, kau tidak akan pernah melihatnya lagi. Karena aku telah menyingkirkannya dari hidupmu!”
Namneung yang berada di kamar bawah, mendengar pertenngkaran orang tuanya. Jadi, dia meminta Chet untuk bersembunyi lebih lama lagi.
“Apa yang kau lakukan pada Prawdta?”
“Aku hanya menamparnya. Tidak membiarkannya menghubungimu lagi. Dan juga di pecat dari perusahaan!”
Tidak di sangkat Khun Wiset marah terhadap tindakan Khun Pa. Khun Pa kesal dan berteriak kalau Khun Wiset adalah miliknya. Dan tidak boleh ada yang merebut Wiset dari tangannya.
“Berhenti bersikap seolah kau adalah pemilik dari hidupku! Aku sudah kenyang. Aku benci. Dan aku jijik setiap kali kau bilang kau cinta padaku! Itu benar, kau mencintaiku. Karena hanya aku manusia di dunia ini yang melakukan yang kau inginkan. Membiarkanmu memperlakukanku dengan buruk dalam segala hal. Biar ku beritahu, aku menuruti semua keinginanmu, itu bukan karena aku mencintaimu. Aku mencintai uangmu!”
Seolah tersadar, itulah alasan Khun Wiset ingin dia menggelapakan dana perusahaan. Khun Pa menjadi marah. Dia sudah sadar sekarang. Dia hanya di manfaatkan. Dia kemudian menunjukkan flashdisk yang berisi bukti kejahatan mereka yang di kumpulkan oleh Siriya dan Thi. Walaupun dia punya flashdisk ini, dia yakin kalau orang seperti Thi pasti sudah punya copy lainnya. Dan semua orang di keluarga Sutharak telah tahu hal ini.
Khun Wiset tidak peduli. Dia tidak akan membiarkan dirinya tertangkap. Jika dia tertangkap, seluruh keluarga mereka (Pa dan Namneung) juga akan sial. Khun Pa marah karena Khun Wiset berpikir untuk meninggalkannya dan Namneung setelah semua masalah ini.
“Aku ingin tahu, jika Namneung tahu kalau ayahnya berselingkuh dan meninggalkannya, akankah dia tetap mencintai dan percaya pada ayahnya seperti sebelumnya atau tidak!”
Khun Pa langsung berjalan ke kamar Namneung, dan saat itu Namneung malah hendak membawa Chet keluar rumah.  Ketahuan!
Khun Wiset dan Khun Pa jelas kaget melihat seorang pria keluar dari rumah putrinya. Khun Wiset bahkan lansung meninju wajah Chet. Tetapi,Namneung malah membela Chet dan memohon pada ayahnya untuk tidak menyakiti Chet, dia yang membawa Chet ke dalam kamarnya. Khun Wiset kecewa dan menampar Namneung, setelah itu dia segera mengusir Chet dari rumahnya. Namneung menangis karena tamparan ayahnya dan juga karena Wiset tidak percaya kalau dia tidak melakukan apapun dengan Chet. Khun Wiset mengungkapkan kekecewaannya pada putrinya.
“Jika kau ingin memarahi putrimu, lihat dirimu sendiri dulu! Jangan berlagak seperti orang baik. Orang bermoral! Neung! Bilang sama ayahmu. Ayah mu yang baik itu, berselingkuh! Dia juga melakukan bisnis ilegal. Kau tahu hal itu? dan ketika dia sudah mau tertangkap, dia mau kabur sendirian. Membuang istri dan anak! Lihat dia!”
Namneung menangis semakin keras, menanyakan kebenaran itu. Merasa terdesak, Khun Wiset membenarkan kalau dia memang ingin meninggalkan segalanya. Istri yang gila dan anak yang melawan.
Saking marahnya, Khun Wiset langsung membawa kopernya keluar dari kamar dan pergi. Namneung mengejarnya dan memohon agar tidak di tinggal, tetapi Khun Pa melarang dan mengusir Khun Wiset untuk pergi. Namneung menangis histeris meminta ayahnya agar tidak pergi. Khun Pa juga menangis, melihat keluarga yang di banggakannya hancur.
--
Krit juga datang ke kediaman keluarga Sutharak, tetapi dia bersama dengan Na. Dia merasa heran karena sampai saat ini Khun Pa dan Khun Wiset belum tiba juga? Apa mereka kabur? 
Nuan kemudian membahas mengenai bukti kejahatan Pa yang lain yang belum ada. Seperti kata Khun Nat, kalau mereka tidak ada bukti kalau Pa yang mencoba membunuh Siriya dan Popop, maka percuma. Na memikirkan sebuah cara. Kan menurut kabar kalau Khun Wiset sebenarnya tidak mencintai Khun Pa, bagaimana kalau mereka membawa semua bukti dan melakukan pertukaran dengan Khun Wiset. Buat Khun Wiset mengakuti semua kejahatan Khun Pa yang ingin menyakiti P’Ya.
Na kemudian menelpon Chanat, dan meminta tolong untuk menemukan lokasi Khun Wiset sekarang ini.
--
Khun Wiset pergi ke condo Prawdta. Tetapi, tidak ada Praw. Bahkan lemari pakaian sudah kosong. Dia juga menelpon ponsel Praw tetapi tidak aktif.
Thi mendapat telepon dari Chanat yang memberitahu kalau Siriya meminta lokasi Wiset darinya.
Na dan Krit tiba di condo tersebut. Na meminta Krit untuk menunggu di luar condo, sementara dia yang masuk. Jika mereka masuk berdua, takutnya Khun Wiset menyadari rencana mereka. Dia menyakinkan Krit kalau dia akan baik-baik saja, dan menyelesaikan semuanya hari ini.
Na tiba di depan kamar condo, tetapi pintu kamar terbuka lebar dan lampu dalam keadaan mati semua. Dengan langkah perlahan, Na memeriksa semua kamar. Dia tiba di kamar utama dan melihat Khun Wiset yang bersimbah darah di lantai. Matanya membelalak besar melihat mayat Khun Wiset.
Pas sekali, Thi menelponnya dan bertanya dia ada dimana sekarang?
“Khun Thi!” ujar Na dengan suara ketakutan. “Khun Wiset… sudah mati.”
“Siriya! Siriya! Kenapa kau tidak bicara? Kau dengar aku, Siriya?” panik Thi karena tiba-tiba Siriya tidak bersuara.
Na merasa ada kehadiran orang lain di kamar tersebut. Dia berbalik, dan …. Dor!!!!!
Seseorang menembak perut Na. Na jatuh terkulai! Thi mendengar suara tembakan tersebut.
Orang yang menembak adalah… Khun Pa!
Thi panik karena tidak ada suara Siriya. Krit juga menunggu dengan cemas di lobby condo. Petugas security dan resepsionis dengan panik menuju lantai atas. Krit bertanya apa yang terjadi?
“Seseorang mendengar suara tembakan di lantai 7.”
Mendengar laporan itu, Krit langsung ikut naik dengan mereka. Mereka masuk ke dalam kamar dan menemukan Na yang bersimbah darah di atas tempat tidur. Dan ada Khun Pa yang memegang pistol. Saat masuk lebih dalam, mereka melihat Khun Wiset di samping tempat tidur.
Chanat juga tiba di sana karena laporan dari Thi. Mereka segera menangkap Khun Pa yang tidak melawan sama sekali.
Thi panik dan hendak keluar dari rumah sakit. Suster melarangnya karena Thi belum sembuh benar. Tetapi, Thi tetap ngotot mau pergi mencari Siriya. Da yang kebetulan datang ke rumah sakit untuk menjenguk, berusaha mencegah Thi pergi, tetapi Thi tidak mau mendengar. Sebelum dia sampai pintu keluar, dia mendapat telepon dari Krit. Thi lemas mendengar yang terjadi pada Siriya.
“Siriya tertembak!” beritahu Thi pada Da.
--
Na juga mendapat laporan tersebut. Aunt On dan Peuk yang ada di sana kaget. Krit meminta Ya untuk tidak khawatir karena Na sudah di tangani oleh dokter.
“Sekarang aku sudah bisa berjalan. Aku akan pergi ke rumah keluarga Sutharak. Aku akan melindungi adikku sendiri.”
“Tidak bisa. Kalau Khun Ya muncul sekarang, hal ini akan menjadi masalah besar.”
“Kau mengira aku akan menunggu di sini? Aku tidak bisa. Aku khawatir pada Na. Aku tidak akan membiarkan ada orang lain lagi yang kehilangan nyawa karena aku.”
“Khun Ya, tolong tenang. Jika kau seperti ini, Khun Na juga akan terkena masalah.”
Aunt On juga membantu membujuk Ya untuk berpikir dengan tenang. Peuk membenarkan, walaupun Ya ke sana, tidak ada yang bisa Ya lakukan. Mereka harus menunggu dokter yang menangani Na. Ya tetap merasa khawatir pada Na. Aunt On, Peuk dan Krit berusaha membujuk Ya.
Thi pergi ke ruang operasi dan menunggu dengan cemas. Da juga ada di sana dan melihat kalau luka tembak Thi kembali terbuka dan  ada darah di bajunya. Dan meminta Thi untuk kembali ke ruangan dan luka nya di periksa, tetapi Thi menjawab dia baik-baik saja. Dan meminta Thi untuk menurut, Krit kan ada di sana, dan Krit pasti akan memberitahu nanti mengenai operasi.
“Aku akan tetap menunggu!”
“P’Thi, tolong jangan keras kepala.”
“Nong Da, aku sudah bilang, aku baik-baik saja.”

Da tidak memaksa lagi dan dengan jengkel duduk di bangku tunggu. Thi benar-benar khawatir dan terus berdiri di dekat pintu operasi.
--
Chanat menginterogasi Khun Pa.
“Anda yang menembak Siriya kan?”
“Aku tidak bermaksud. Aku tidak berniat,” jawab Khun Pa dengan ketakutan dan seperti hilang akal.
“Kenapa kau ke sana? Dan apa hubungan Anda dengan Khun Wiset dan pemilik condo Khun Prawdta? Apa kau orang yang membunuh Khun Wiset, Khun Paradee?”
“Tidak! Khun Wiset! Khun Wiset! Kau kejam! Kau kejam!” teriak Khun Pa sambil menangis histeris.
--
Operasi selesai, dan dokter memberitahu kalau operasi berjalan dengan lancar. Siriya baik-baik saja.
Setelah Siriya di pindahkan ke kamar rawat, Thi langsung ke sana untuk melihat kondisinya. Setelah melihat Siriya yang tertidur, Thi pamit pada Krit untuk pergi ke kantor polisi menemui P’Pa. Dia meminta Krit untuk menjaga Siriya. Da minta ikut dengan Thi.
Nuan tiba di rumah sakit dengan panik. Dia bertemu dengan Thi di lorong, dan bertanya keadaan Siriya. Thi menjawab kalau kondisi Siriya sudah baik-baik saja. Nuan langsung permisi untuk menjenguk Siriya.
“Nai Thi!” panggil Khun Pawinee yang juga datang dengan Khun Nat. “Kenapa Siriya di tembak? Siapa yang menembaknya?”
“P’Wiset sudah meninggal.”
“Apa?!”
“Kenapa Khun Wiset meninggal, Thi?” tanya Khun Nat.
Thi sulit menjawab pertanyaan tersebut. Setelah di desak oleh Khun Pawinee, Thi akhirnya menjawab. “Polisi mencurigai P’Pa sebagai orang yang membunuh P’Wiset. Dan juga orang yang menembak Siriya.”

Khun Pawinee shock. Dia tidak bisa percaya hal itu. Dia ingin bertemu dengan Pa. Dan karena itu, Thi membawa semuanya ke kantor polisi. Mereka menemui Chanat, dan Chanat menjelaskan kalau sekarang Khun Pa masih belum bersedia memberikan pernyataan. Dia hanya terus menangis sambil menyebut Khun Wiset kejam.
Mereka bertanya apa benar Khun Pa adalah pelakunya?
“Khun Pa ada di lokasi kejadian. Dan di tangan Khun Pa juga ada bekas bubuk tembakan peluru. Semua bukti saat ini mengarah pada Khun Pa.”
“Tidak mungkin. Tidak mungkin. Pa, meskipun dia orang yang pencemburu, tapi dia tidak cukup kejam untuk membunuh orang lain. Aku sangat mengenal putriku!”
Khun Nat meminta Khun Pawinee untuk tenang dulu. Mereka pasti akan membantu membebaskan Khun Pa. Khun Pawinee akhirnya meminta izin untuk bertemu dengan Khun Pa.

Support penulis hanya dengan membaca sinopsis ini (Khun Mae Suam Roy) di :
k-adramanov.blogspot.com. Terimakasih. Happy Reading.



Post a Comment

Previous Post Next Post