Network : GMM One
Dikantor. Guru Pom meminta Pang untuk tolong mengawasi kelakuan murid- murid sebagai Ketua Siswa. Dikarenakan kemarin malam, semua data akademi diretas dan dicuri, serta gudang dirusak dan alat tukang menghilang, tapi sayangnya wajah pelaku tidak tampak jelas di CCTV.
“Pak,
tentang menjadi Ketua Siswa, apa saya harus melakukannya?” tanya Pang yang
masih merasa ragu.
“Aku
tahu kamu tidak menginginkannya. Tapi ini perintah langsung dari Direktur.
Tidak ada yang bisa dilakukan,” balas Guru Pom.
“Baiklah,
saya akan melakukannya. Tapi Anda berkata anda ingin saya mengawasi tingkah
laku teman saya. Apa maksudny?” tanya Pang.
Tepat
disaat itu, Wave datang. Dia mengetuk pintu dan masuk ke dalam ruangan. Melihat
itu dengan segera Guru Pom menyembunyikan gambar blur si pelaku. Dan Pang pun
menjadi mengerti.
Wave
datang untuk menanyakan alasan Guru Pom memanggilnya. Dan Guru Pom menjelaskan
untuk semua barang yang pernah Wave minta, mereka sudah mendapatkannya, dan
akan ada orang yang datang untuk menaruhnya nanti malam di kamar Wave. Dan Wave
mengiyakan, lalu sebelum Guru Pom mengatakan apapun lagi, Wave permisi dan
pergi.
“Apa
maksud Anda…?” tanya Pang dengan curiga. Dan Guru Pom mengangguk.
Dikamar.
Wave membuka sebuah kotak, yang disana tertempel sebuah kertas memo bertuliskan
Jika ada sesuatu yang bisa dibantu,
beritahu aku. Kemudian saat melihat isinya, Wave teringat kejadian di masa
lalu.
Flash back
Wave
mendapatkan sebuah laptop baru dari Bu Nara. Dan melihat itu, Wave mengatakan
kalau dia pernah meminta kepada kakek dan neneknya, tapi kata mereka laptopnya
lamanya masih bisa bekerja. Sehingga dia tidak dibelikan.
Dan
Bu Nara membalas bahwa orang tua memang begitu, tapi hal ini diperlukan agar
Wave bisa lebih mengembangkan kemampuan. Tapi Wave pun merasa tidak enak,
karena harus menerima barang semahal ini.
Bu
Nara lalu menyerahkan selembar kertas kepada Wave, dan menjelaskan bahwa ini
adalah proyek yang dilakukan oleh Menteri Pendidikan. Lomba penelitian. Dan
pemenang nya bisa mendapatkan beasiswa di semua Universitas.
“Apa
kamu tertarik?”
“Oh…
mm… tapi saya dapat 0 untuk matematika. Dan ini kompetinsi nasional, saya pikir
saya tidak bisa melakukannya,” tolak Wave yang walaupun di dalam hatinya dia
mau.
Bu
Nara memberikan semangat bahwa Wave pasti bisa, yang perlu Wave lakukan
hanyalah percaya pada diri sendiri. Dan Wave pun tersenyum malu- malu, lalu dia
mengiyakan, tapi dia masih tidak tahu proyek seperti apa yang harus di lakukan.
“Jangan
khawatir. Aku akan membantu mu untuk mencari tahunya,” kata Bu Nara.
Flash back end
Wave
tersenyum mengingat kejadian dulu itu. Wave memandangin komputernya. Lalu saat
dia melihat dua makalah laporan Matematika Dasar 2, konsep logika dasar,
miliknya. Wave kembali merenung.
Keesokan
harinya. Diperpustakaan. Pang menceritakan kepada Namtaan serta Ohm apa yang
terjadi, dan apa yang Guru Pom beritahukan padanya. Dan Ohm pun berkomentar
bahwa Wave memang bisa melakukan itu. Tapi Namtaan tidak setuju, karena mereka
masih belum mempunyai bukti, dan Wave adalah teman ‘Gifted’ mereka juga.
“Benar.
Dia teman ‘Gifted’ menyebalkan kita. Aku tidak tahu. Dia mungkin punya rencana
buat hancurin sekolah,” kata Ohm dengan nada pelan. Dan Pang langsung
memukulnya.
“Kamu
terlalu banyak baca komik,” balas Pang kepada Ohm.
“Kalau
tidak ada yang lain. Aku bailk kerjain laporan matematika dulu. Aku orang
terakhir yang menyelesaikan itu,” kata Namtaan.
“Kamu
bukan orang terakhir. Pang juga belum,” balas Ohm. Dan Pang juga ‘mmh.. oh?’
“Pang
tidak masuk hitungan,” balas Namtaan. Dan Pang tersenyum, karena Namtaan
mengerti. Lalu Namtaan pun berjalaan pergi.
Sebelum
akan meninggalkan perpustakaan. Namtaan mendapatkan pesan Line dari Wave yang
mengatakan bahwa dia telah membuat laporan matematika untuknya, sebagai
ungkapan terima kasih karena Namtaan telah merawat luka nya. Lalu Namtaan pun
menanyakan dimana Wave.
Diatap.
Namtaan menanyakan kenapa Wave berada disini, dan Wave membalas bahwa dia suka
disini. Lalu Namtaan bertanya lagi, apa Wave penyendiri dan suka disini. Dan
wave membalas kenapa Namtaan terus bertanya- tanya, apa Namtaan sedang
menyelidikinya.
“Aku
tidak menyelidik. Ketika kamu berteman dengan seseorang, kamu kasih tahu mereka
satu atau dua hal tentang dirimu kan,” kata Namtaan.
“Kamu
mau jadi temanku?”
“Ya
iyalah. Apa kamu ga mau berteman sama siapa saja?”
“Ga.
Kalau berteman bisa merubah kepribadianmu, aku lebih suka sendiri,” jawab Wave.
Namtaan
berkomentar bahwa walaupun kepribadian Wave tidak baik, tapi Wave seharusnya
mempunyai teman juga. Dan Wave pun tersenyum, lalu dia menceritakan tentang
kejadian masa lalunya, saat dia mengerjakan sebuah proyek untuk mendapatkan
beasiswa. Dengan bersemangat dan tertarik, Namtaan mendengarkan serta terus
bertanya.
“Kamu
mau tahu? Itu cerita yang panjang,” kata Wave, karena Namtaan terus bertanya.
“Tentu
saja,” balas Namtaan langsung.
Diatas
atap. Bersama dengan Bu Nara, Wave mengerjakan proyek penelitian tersebut.
“Itu waktu aku masih disekolah lamaku, ada satu gutu yang
tidak melihatku sebagai orang bodoh. Dia orang yang menyuruhku untuk melakukan
penelitian untuk mendaftar beasiswa. Walaupun itu bukan sesuatu yang besar. Aku
memberikan hati dan jiwaku sampai….”
Saat
semua sudah selesai. Bu Nara memberikan selamat kepada Wave yang telah
mengerjakan dengan baik. Tapi Wave masih mengerjakan, karena dia ingin
merapikan beberapa bagian supaya sinkron.
“Tapi
ini sudah sempurna,” kata Bu Nara dengan kagum.
“Hanya
sedikit lagi untuk selesai,” balas Wave.
Setelah
Wave selesai mengerjakan. Dia mengobrol dan bermain bersama- sama dengan Bu
Narra. Dan saat melihat wajah Bu Nara yang tersenyum kepadanya. Wave ikut
tersenyum.
Flash back end saat
Namtaan tiba- tiba bersuara. “Kamu punya perasaan ke Bu Nara?”
Wave
menanyakan kenapa Namtaan berpikir itu, dan Namtaan menjelaskan bahwa wajah
Wave menunjukan segalanya sewaktu membicarakan tentang Bu Nara, dan Namtaan
merasa lega karena ternyata Wave masih bisa menyukai seseorang. Lalu Namtaan
menanyakan apa yang terjadi kepada Bu Nara selanjutnya.
“Sudah
gelap. Kita harus kembali,” elak Wave.
Sewaktu
turun dari atap. Di dekat tangga. Ternyata disana Pang, Ohn, Punn, serta Claire
sedang berkumpul. Dan mereka menanyakan kenapa Wave tidak ikut. Lalu dengan
bingung, Wave menanyakan kenapa Namtaan tidak ditanya. Dan Pang membalas kalau
Namtaan sedang mengerjakan laporan, jadi tidak masalah.
“Kalau
mau ngomong, ngomong saja,” kata Wave dengan tenang.
“Sesuatu
yang gila terjadi di sekolah. Data akademis sekolah diretas. Seseorang
menggeledah kantor admin. Terakhir, seseorang mencuri benda dari koperasi sore
ini,” jelas Punn.
“Terus?”
tanya Wave, tidak mengerti.
“Apa
yang kamu lakukan?” tanya Ohm dengan nada menuduh.
“Dia
sama aku sore ini. Gimana cara dia ngelakuinnya?” bela Namtaan.
Wave
yang mengerti langsung menjadi emosi, karena mereka telah menuduhnya. Dan Pang
menunjukan gambar blur si pelaku yang tampak dari CCTV, mirip seperti Wave.
Lalu Pang menanyakan apa ini adalah Wave.
“Gimana
pun aku ngomong, kalian tidak akan percaya,” kata Wave.
“Coba
buktikan,” balas Punn.
“Itu
bukan aku,” tegas Wave.
“Aku
tidak percaya,” balas Ohm.
Wave
langsung menyuruh Claire untuk melihat, apa dia berbohong. Dan hasilnya, Wave
tidak berbohong. Namun Ohm dengan keras protes, karena menurutnya hanya Wave
yang bisa melakukan semua ini.
“Lihat?
Kamu cuma percaya apa yang ingin kamu percaya,” balas Wave dengan keras, lalu
pergi. Dan Namtaan pun memanggilnya, tapi Wave tetap pergi.
“Kenapa
kalian melakukan ini? Aku tidak setuju dengan ini,” kata Namtaan kepada mereka
semua yang telah main nuduh.
Ohm
tetap bersikeras bahwa pelaku nya adalah Wave. Sementara Punn, dia mengatakan
bahwa mungkin saja memang bukan Wave pelaku nya. Dan Namtaan menjelaskan bahwa
Wave ada bersamanya dari tadi, jadi itu tidak mungkin.
“Aku
tidak tahu. Bagaimana pun, dia tidak bisa di percaya,” kata Pang.
Didalam
kamarnya. Wave tampak sedih.
Tags:
The Gifted