Network : GMM One
Keesokan harinya. Saat sedang berada didalam kelas, tiba- tiba saja Namtaan mendapatkan undangan ke line grup tanpa Wave. Di sana setiap orang membicarakan tentang Wave yang pasti adalah pelaku nya. Dan Namtaan pun membela Wave.
Tapi
mereka semua malah mempertanyakan nya, sehingga Namtaan pun mengatakan bahwa
dia akan menyelidiki Wave.
Didalam
kamar mandi. Seorang wanita yang berpakaian mirip sepeti Wave, dia menawarkan
sebuah tugas yang menarik kepada empat orang murid yang berada disana.
Diatas
atap. Saat Namtaan datang, Wave telah menebak apa yang ingin Namtaan katakan.
“Gimanapun aku jelasin, mereka sudah membuat kesimpulan. Itu tidak merubah
apapun,” kata Wave dengan pesimis. Lalu dia menanyakan Namtaan, apa Namtaan
pernah dituduh ngelakuin sesuatu yang Namtaan tidak pernah lakuin.
“Huh?”
tanyan Namtaan tidak mengerti.
“Tentang
Bu Nara. Kamu tahu gimana akhirnya?”
Flash back
Dikantor.
Wave menemui Bu Nara dan menanyakan tentang hasil lomba. Dan Bu Nara menjawab
bahwa dia belum melihatnya, mungkin saja proyek milik Wave tercecer disana,
sehingga tidak ada hasil nya. Lalu Wave membalas kalau itu tidak mungkin,
karena dia juga ada mengirim kannya melalui email untuk
berjaga- jaga.
Mendengar
itu, Bu Nara langsung bersikap gugup. Dan menyadari itu, maka Wave pun
bertanya. Namun Bu Nara mengatakan tidak ada dan berusaha untuk bersikap
tenang.
“Hm…
Ibu mendapat peringatakan karena terlalu dekat denganmu. Mereka memberitahu Ibu
untuk menjaga jarak. Jika tidak, akan terlihat tidak baik. Maaf ya Wave,” balas
Bu Nara, seperti sedang beralasan.
Wave membalas bahwa dulu Bu Nara mengatakan untuk mempercayai kebenaran dan tidak perlu mempedulikan perasaan orang lain, cukup peduli pada diri sendri. Dan dia melakukannya, dia merasa bahagia dengan waktu yang dihabiskanya bersama dengan Bu Nara.
Mendengar
itu, Bu Nara tersenyum dan mengelus kepala Wave. Lalu dengan lembut, Wave
memegang tangan Bu Nara dan mendekatkan wajahnya untuk mencium Bu Nara. Tapi
tiba- tiba saja Guru Wali Kelas memanggilnya dengan keras, jadi Wave tidak jadi
melakukannya. Sementara Bu Nara, dia tampak sangat gugup sekali.
“Hubungan kami tiba- tiba terguncang…”
Dikantor.
Kakek serta Nenek Wave datang menemanin Wave dikantor. Dengan geram dan marah,
Wave mengepalkan kedua tangannya dengan erat.
“…Walaupun aku tidak melakukan apapun yang salah. Tapi
apapun yang aku katakan, tidak ada yang mendengarkan…”
Bu
Nara berjongkok di depan pintu kantor dengan semua barang- barang miliknya. Dan
dari jauh, Wave berdiri memperhatikan hal itu.
“… Tiba- tiba, tidak sesuai dengan harapan. Bu Nara di
pecat di depanku. Itu ketika aku tahu kalau perkataanku tidak berarti.”
Flash back End
Namtaan
percaya bahwa Wave tidak melakuan hal jahat itu, karena baginya Wave adalah
temannya. Dan yang mengetahui kebenarannya hanyalah Wave sendiri.
Mendengar
itu, Wave terdiam dan dia kembali teringat tentang perkataan Bu Nara kepadanya.
Apa kebenarannya? Orang yang paling tahu
adalah kamu.
“Tidak.
Aku khawatir. Aku ingin membantumu,” jawab Namtaan dengan cepat.
“Cukup.
Tidak usah bohong! Kamu pikir aku bodoh?!” teriak Wave dengan keras.
“Kamu
ngomong apa? Aku tidak ngerti,” balas Namtaan, kebingungan.
Wave
lalu membaca kan pesan yang Namtaan tulis di grup, “10:22 am. Biarkan aku
menyelidikinya.”
Tags:
The Gifted