Sinopsis Lakorn : The Gifted Episode 9 - part 4



Network : GMM One


Guru Pom bersama dengan guru yang lain ditugaskan untuk pergi ke kementerian. Tapi sebelum pergi, Guru Pom seperti merasakan sesuatu. Dia berdiri dan diam untuk sesaat sambil menatap ke atas gedung sekolah, tapi tidak ada apa- apa. Jadi karena itu, dia pun masuk ke dalam mobil dan pergi.

Melihat Guru Pom telah pergi, dua orang murid yang mengawasi nya segera mengirimkan pesan kepada Ketua mereka.

Setelah mendapatkan pesan itu, si Ketua dan dua orang murid lain mencoba untuk membuka pintu kantor guru yang terkunci. Dan saat seorang guru melihat mereka, dua orang murid lain langsung menyeret dan membawanya pergi.

Diatap. Namtaan marah karena Wave telah meretas hape nya. Dan Wave pun membalas apa mereka semua mengira dirinya bodoh, dia tahu kalau mereka ada membuat grup untuk menyelidiki nya.

Lalu sebelum Namtaan bisa menjelaskan apapun, Wave langsung mengakui bahwa orang yang meretas sekolah, itu benar adalah dirinya.

Didalam kantor. Ketua dan dua murid yang lain menghancurkan serta mengacak- ngacak kantor guru. Sesudah itu, muncul pemberitahuan di hape si Ketua. Misi : Mengacak- acak ruang guru. Hadiah : Nilai empat untuk mata pelajaran sains. Complete (Selesai).


Diatap. Namtaan menanyakan kenapa Wave melakukan itu, tapi Wave tidak mau memberitahu, karena itu tidak ada gunanya. Wave mengatakan bahwa awalnya dia berpikir kalau Namtaan memahami nya, tapi akhirnya Namtaan sama saja dengan Bu Nara. Dan setelah mengatakan itu, Wave ingin pergi.

Tapi Namtaan langsung memegang tangan Wave dan menahannya. Lalu tiba- tiba saja, Namtaan melihat masa lalu Wave.


Flash back

Kejadian sebenarnya, kenapa Wave dipanggil oleh guru wali kelas, bukanlah tentang kedekatan antara Wave dengan Bu Nara. Tapi mengenai kompetisi yang Wave ikutin.

Wave dituduh telah menyalin tesis (proyek) yang Bu Nara buat, dan hal itu diketahui sehinga Wave gagal serta hal itu membuat sekolah menjadi sangat malu besar.


Wave protes dan menjelaskan bahwa itu adalah hasil kerja nya. Bu Nara lah yang telah meniru tesisnya, bukan dia yang meniru tesis Bu Nara. Tapi tidak ada satupun yang mempercayai Wave, termaksud kakek- nenek Wave sendiri, mereka menyuruh agar Wave mengaku saja dan berhenti berbohong.

“Aku bicara jujur. Jalang itu yang mencuri risetku!” kata Wave dengan marah sambil menunjuk kepada Bu Nara. Dan Wave langsung ditampar serta dimarahi oleh kakek.


Seorang guru menengahi, dia meminta Bu Nara untuk menjelaskan, apa Wave ada membantu dalam penulisan tesis itu. Dan dengan tajam, Wave menatap pada Bu Nara. Tapi ternyata Bu Nara memilih berbohong. Bu Nara menjawab bahwa dia sendiri yang mengerjakan nya.

“Itu tesis pascasarjana. Mana bisa anak bodoh sepertinya mengerjakan nya? Dia dapat nilai 0 untuk matematika dasar,” kata Bu Nara. Dan dengan perasaan marah Wave mengepalkan kedua tangannya dengan erat.


Ditahan lagi, Wave langsung berdiri dan protes bahwa Bu Nara telah berbohong serta memanfaatkannya. Tapi tidak ada satupun yang percaya kepada Wave sama sekali.

“Apa kebenarannya? Yang paling tahu ya dirimu sendiri,” kata Bu Nara. Sehingga Wave semakin merasa marah, tapi dia tidak bisa melakukan apapun, karena kakek- nenek menahannya.

Melihat sikap aneh Namtaan, serta tangan Namtaan yang memegangnya. Wave menjadi sadar. Dia menanyakan apa yang Namtaan sedang lakukan dan lihat.

Didalam kamarnya. Wave merasa sangat marah dan kesal sekali telah di fitnah untuk perbuatan yang tidak dilakukannya. Dia ingin membanting laptop dari Bu Nara, tapi tidak jadi. Menguatkan dirinya, Wave duduk dan membuka laptop itu, lalu dia melakukan apa yang bisa dilakukannya.

Keesokan harinya. Wave menge print sesuatu dalam jumlah yang banyak dan melemparkan itu. Sehingga setiap murid yang lewat mendapatkan selebaran tersebut dan membaca nya.

Saat masuk ke dalam kantor, Bu Nara melihat laptop yang dulu pernah diberikannya kepada Wave yang kini berada diatas meja nya. Dan tepat disaat itu, tiba- tiba saja seorang guru masuk dan menanggilnya dengan keras.

“Bu Nara. Apa ini? Kamu membeli gelar sarjana mu?” tanya Guru itu dengan keras sambil menunjukan selebaran yang di dapatkannya. Dan Bu Nara tampak sangat terkejut sekali.

Lalu printer diatas meja, tiba- tiba mengeprint sesuatu. Dan apa yang di print itu, itu adalah mengenai Bu Nara yang membeli gelar sarjana. Dan Bu Nara nampak panik serta takut.


“Wave, kamu membuat Bu Nara dipecat?” tanya Namtaan dengan terkejut. Dia melepaskan pegangannya dari tangan Wave.

“Ya. Bagus kamu melihatnya. Sekarang, kamu paham?” balas Wave, mengakui.

“Paham apa? Aku tidak mengerti. Buat apa kamu melakukannya?”

“Untuk membuktikan.”

“Membuktikan apa?”


Wave menarik tangan Namtaan untuk mendekat padanya. Lalu dia mengatakan dengan keras bahwa dia ingin membuktikan kepada dunia, kalau dia tidak akan pernah kalah dari sampah seperti nya. Dan setelah mengatakan itu, Wave menolak Namtaan, sehingga Namtaan terjatuh.


Kemudian Wave merusakan hape milik Namtaan dan turun ke bawah. Wave mengunci pintu atap, sehingga Namtaan tidak bisa turun. Dan Namtaan pun mengedor serta berteriak meminta agar Wave membuka kan pintunya, tapi Wave tidak peduli.

Wave melepaskan perban di tangannya yang telah sembuh. Kemudian dia masuk ke dalam sebuah ruangan, dan menyaksikan kekacauan yang terjadi disekolah, melalui layar komputernya.

Post a Comment

Previous Post Next Post