Network : GMM One
Guru Pom bersama dengan guru yang lain ditugaskan untuk pergi ke kementerian. Tapi sebelum pergi, Guru Pom seperti merasakan sesuatu. Dia berdiri dan diam untuk sesaat sambil menatap ke atas gedung sekolah, tapi tidak ada apa- apa. Jadi karena itu, dia pun masuk ke dalam mobil dan pergi.
Melihat
Guru Pom telah pergi, dua orang murid yang mengawasi nya segera mengirimkan
pesan kepada Ketua mereka.
Setelah
mendapatkan pesan itu, si Ketua dan dua orang murid lain mencoba untuk membuka
pintu kantor guru yang terkunci. Dan saat seorang guru melihat mereka, dua
orang murid lain langsung menyeret dan membawanya pergi.
Diatap.
Namtaan marah karena Wave telah meretas hape nya. Dan Wave pun membalas apa
mereka semua mengira dirinya bodoh, dia tahu kalau mereka ada membuat grup
untuk menyelidiki nya.
Lalu
sebelum Namtaan bisa menjelaskan apapun, Wave langsung mengakui bahwa orang
yang meretas sekolah, itu benar adalah dirinya.
Didalam
kantor. Ketua dan dua murid yang lain menghancurkan serta mengacak- ngacak
kantor guru. Sesudah itu, muncul pemberitahuan di hape si Ketua. Misi : Mengacak-
acak ruang guru. Hadiah : Nilai empat untuk mata pelajaran sains. Complete
(Selesai).
Diatap.
Namtaan menanyakan kenapa Wave melakukan itu, tapi Wave tidak mau memberitahu,
karena itu tidak ada gunanya. Wave mengatakan bahwa awalnya dia berpikir kalau
Namtaan memahami nya, tapi akhirnya Namtaan sama saja dengan Bu Nara. Dan
setelah mengatakan itu, Wave ingin pergi.
Tapi
Namtaan langsung memegang tangan Wave dan menahannya. Lalu tiba- tiba saja, Namtaan
melihat masa lalu Wave.
Flash back
Kejadian
sebenarnya, kenapa Wave dipanggil oleh guru wali kelas, bukanlah tentang
kedekatan antara Wave dengan Bu Nara. Tapi mengenai kompetisi yang Wave ikutin.
Wave
dituduh telah menyalin tesis (proyek) yang Bu Nara buat, dan hal itu diketahui
sehinga Wave gagal serta hal itu membuat sekolah menjadi sangat malu besar.
Wave
protes dan menjelaskan bahwa itu adalah hasil kerja nya. Bu Nara lah yang telah
meniru tesisnya, bukan dia yang meniru tesis Bu Nara. Tapi tidak ada satupun
yang mempercayai Wave, termaksud kakek- nenek Wave sendiri, mereka menyuruh
agar Wave mengaku saja dan berhenti berbohong.
“Aku
bicara jujur. Jalang itu yang mencuri risetku!” kata Wave dengan marah sambil
menunjuk kepada Bu Nara. Dan Wave langsung ditampar serta dimarahi oleh kakek.
Seorang
guru menengahi, dia meminta Bu Nara untuk menjelaskan, apa Wave ada membantu
dalam penulisan tesis itu. Dan dengan tajam, Wave menatap pada Bu Nara. Tapi
ternyata Bu Nara memilih berbohong. Bu Nara menjawab bahwa dia sendiri yang
mengerjakan nya.
“Itu
tesis pascasarjana. Mana bisa anak bodoh sepertinya mengerjakan nya? Dia dapat
nilai 0 untuk matematika dasar,” kata Bu Nara. Dan dengan perasaan marah Wave
mengepalkan kedua tangannya dengan erat.
Ditahan
lagi, Wave langsung berdiri dan protes bahwa Bu Nara telah berbohong serta
memanfaatkannya. Tapi tidak ada satupun yang percaya kepada Wave sama sekali.
“Apa
kebenarannya? Yang paling tahu ya dirimu sendiri,” kata Bu Nara. Sehingga Wave
semakin merasa marah, tapi dia tidak bisa melakukan apapun, karena kakek- nenek
menahannya.
Melihat
sikap aneh Namtaan, serta tangan Namtaan yang memegangnya. Wave menjadi sadar.
Dia menanyakan apa yang Namtaan sedang lakukan dan lihat.
Didalam
kamarnya. Wave merasa sangat marah dan kesal sekali telah di fitnah untuk
perbuatan yang tidak dilakukannya. Dia ingin membanting laptop dari Bu Nara,
tapi tidak jadi. Menguatkan dirinya, Wave duduk dan membuka laptop itu, lalu
dia melakukan apa yang bisa dilakukannya.
Keesokan
harinya. Wave menge print sesuatu dalam jumlah yang banyak dan melemparkan itu.
Sehingga setiap murid yang lewat mendapatkan selebaran tersebut dan membaca
nya.
“Bu
Nara. Apa ini? Kamu membeli gelar sarjana mu?” tanya Guru itu dengan keras
sambil menunjukan selebaran yang di dapatkannya. Dan Bu Nara tampak sangat
terkejut sekali.
Lalu
printer diatas meja, tiba- tiba mengeprint sesuatu. Dan apa yang di print itu,
itu adalah mengenai Bu Nara yang membeli gelar sarjana. Dan Bu Nara nampak
panik serta takut.
“Wave,
kamu membuat Bu Nara dipecat?” tanya Namtaan dengan terkejut. Dia melepaskan
pegangannya dari tangan Wave.
“Ya.
Bagus kamu melihatnya. Sekarang, kamu paham?” balas Wave, mengakui.
“Paham
apa? Aku tidak mengerti. Buat apa kamu melakukannya?”
“Untuk
membuktikan.”
“Membuktikan
apa?”
Wave
menarik tangan Namtaan untuk mendekat padanya. Lalu dia mengatakan dengan keras
bahwa dia ingin membuktikan kepada dunia, kalau dia tidak akan pernah kalah
dari sampah seperti nya. Dan setelah mengatakan itu, Wave menolak Namtaan,
sehingga Namtaan terjatuh.
Kemudian Wave merusakan hape milik Namtaan dan turun ke bawah. Wave mengunci pintu atap, sehingga Namtaan tidak bisa turun. Dan Namtaan pun mengedor serta berteriak meminta agar Wave membuka kan pintunya, tapi Wave tidak peduli.
Wave
melepaskan perban di tangannya yang telah sembuh. Kemudian dia masuk ke dalam
sebuah ruangan, dan menyaksikan kekacauan yang terjadi disekolah, melalui layar
komputernya.
Tags:
The Gifted