Sinopsis
Lakorn : You Are Me episode 22 – 1
Images by : Channel 3
sinopsis di tulis oleh : Chunov (nama
samaran) di blog k-adramanov.blogspot.com
Praw
dengan luka memar di sudut bibir, pergi ke kantor polisi dan membuat
pernyataan. Dia yakin kalau Khun Pa adalah pembunuh dari Khun Wiset.
“Mengapan
Anda bisa begitu yakin padahal Anda tidak ada di TKP?”
“Sebelumnya,
Khun Paradee menemuiku di condo. Dan… dia datang untuk menyerangku. Lihat! Aku terluka
dan badanku memar.”
“Lalu
apa motif Khun Paradee melakukan itu?”
“Dia
mungkin marah karena tahu mengenaiku dan Khun Wiset. Kami … punya hubungan.”
Chanat
mencoba membuat kesimpulan dari pernyataan Praw, kalau hari itu untuk pertama
kalinya Khun Pa tahu perselingkuhan Khun Wiset dan Praw. Tapi, kenapa Khun Wiset
kembali ke condo setelah sebelumnya pergi? Prat menjelaskan kalau Khun Wiset sebelumnya
pergi untuk mempacking barang karena ada penerbangan malam dan akan kembali
menemuinya lagi. Pokoknya, dia yakin kalau Khun Pa adalah pembunuh dari Khun
Wiset.
--
“Saat
aku tiba, aku melihat kalau Khun Wiset sudah terbaring kaku. Aku tidak tahu apakah
Khun Pa yang menembak Khun Wiset atau bukan. Tapi, aku yakin kalau Khun Pa adalah
orang yang menembakku,” jelas Na.
“Kalau
begitu, ada kemungkinan kalau orang yang menembakmu hingga tidak bisa jalan
seperti ini adalah … Khun Paradee,” duga Nuan.
“Aku
juga merasa seperti itu.”
“Siriya,
aku mengerti penderitaanmu tidak bisa berjalan selama 2 tahun. Kau bisa bilang
aku jahat atau egois. Tapi, bagaimanapun, P’Pa adalah bagian dari keluargaku. Aku
hanya ingin memohon padamu…”
“Jika
kau ingin memohon padaku agar tidak menuntut kakakmu, lupakan saja,” kecewa
Siriya.
“Bukan
begitu Siriya. Aku ingin memohon agar kau tidak memberikan pernyataan pada polisi
untuk hal yang tidak kau punya bukti kalau P’Pa melakukannya.”
“Lalu,
bagaimana kalau aku punya bukti?”
“Jika
kau punya bukti kejahatan P’Pa, aku akan memberikan keadilan padamu,” janji Thi.
Na
terlihat memikirkan perkataan Thi.
--
Khun
Pawinee masih yakin kalau Pa tidak akan membunuh orang. Da menekankan pada Khun
Pawinee kalau Siriya sudah mengonfirmasi kalau Pa adalah orang yang
menembaknya. Thi dan Khun Pawinee langsung melotot padanya.
“Mungkin
Pa hanya terkejut. Atau ada kesalah pahaman. Dan si Prawdta itu juga tidak di
tempat kejadian, dia tidak melihatnya dengan mata kepalanya sendiri. Bagaimanapun,
kita harus mencari cara menolong Pa.”
--
Krit
menemui Khun Nat. Khun Nat menjelaskan kalau dia di beri tugas oleh Khun Pawinee
terkait kasus Khun Pa (ih, jelas itu di kasih ke Thi, tapi dia minta agar dia
yang menanganinya). Krit menatap Khun Nat dan teringat Khun Nat yang mencium
paksa dirinya.
“Khun
Nat, aku rasa sebaiknya kita membiarkan Khun Athirat bergabung?” saran Krit.
“Khun
Thi baru sembuh. Dan kasus ini terkait dengan Siriya dan Khun Pa. lebih baik
tidak membuat Khun Thi dalam posisi tidak nyaman.”
“Kalau
begitu, bagaimana dengan mengajak Khun Pawinee? Hanya untuk berjaga-jaga jika
ada hal yang harus diskusikan dengannya.”
“Sudah
cukup. Kau sekarang sedang mencari cara agar tidak berduaan denganku, kan?”
“Aku
hanya tidak ingin merusak reputasimu.”
“Aku
bukan anak-anak yang tidak bisa membedakan antara masalah pribadi dengan
masalah kerja. Jika kau merasa masih anak-anak dan belum siap, maka tidak usah
ikut dalam kasus ini. Aku yang akan memberitahu Khun Pawinee.”
Mendengar
kemarahan Khun Nat, membuat Khun Krit sadar kalau dia sudah salah karena
mengikutkan masalah pribai ke kerjaan. Dia akhirnya mau mulai bekerja berdua
dengan Khun Nat.
--
Thi
menenangkan Khun Pawinee untuk tidak khawatir, dia akan mencoba menolong Khun
Pa. Khun Pawinee berterimakasih atas bantuan Thi. Dia kemudian bertanya apa
yang di katakan Siriya? Jika Siriya mau memberikan pernyataan kalau tembakan
Khun Pa adalah kesalahpahaman, mungkin Pa masih dapat di tolong.
“Tapi
Siriya adalah orang yang terluka, Mae’Yai.”
“Jangan
bilang… kau sekarang memihak padanya. Melunak padanya karena kau mencintainya? Kau
benar-benar jatuh cinta dengan wanita simpanan abangmu sendiri, Thi?”
“Itu
tidak seperti itu, Mae’Yai. Aku dan Siriya… itu tidak mungkin.”
“Lalu,
kenapa kau sangat bersimpati padanya?”
“Aku
hanya ingin melakukan hal yang benar. Dan kita juga harus memberi keadilan pada
Siriya, Mae’Yai.”
“Aku
harap itu benar seperti itu. jangan pernah lupa, siapa Siriya! dan siapa kau! Dan
kau juga harus ingat, hanya kau lah harapanku yang tersisa!” tegas Khun
Pawinee. “Jangan membuatku kecewa lagi!”
Thi
terdiam. Tidak tahu harus merespon atau menjawab bagaimana.
--
Na
masih memikirkan perkataan Thi tadi padanya. Nuan masuk dan memberitahu kalau
Ya bersedia menunggu hingga Na keluar dari rumah sakit dan mendiskusikan
langkah selanjutnya. Na lega mendengarnya dan juga bersyukur karena Ya tidak ketahuan
datang rumah sakit. Nuan kemudian bertanya, apa yang akan Na lakukan terkait permintaaan
Thi tadi?
“Aku
dapat mengerti kalau dia ingin melindungi keluarganya. Tapi, aku juga harus
melindungi keluargaku. Jika kejadian ini terjadi padaku dan bukan P’Ya, aku
mungkin sudah menyerah. Tapi hal ini…”
“Hey,
aku kasihan pada dua pihak, kau dan Khun Thi.”
“Jangan
lupa, alasan aku datang ke keluarga Sutharak. Tidak peduli apapun, aku harus
menemukan dan menghukum orang yang menyerang P’Ya. Aku tidak akan mengubah keputusanku!”
--
Esok
hari,
Chanat
datang untuk meminta pernyataannya. Dan Na memberikan pernyataan sesuai yang
benar-benar di lihatnya. Bahwa saat dia sampai sana, Khun Wiset sudah meninggal.
Dan dia kemudian di tembak oleh Khun Pa.
Chanat
kemudian bertanya alasan Siriya pergi ke sana malam itu? Na terdiam, dia ingat
tujuannya kalau dia ke sana untuk melakukan penawaran kepada Khun Wiset agar mengakui
semua kejahatan Khun Pa dan dia akan memberikan bukti kejahatan Khun Wiset. Tetapi,
tentu saja, Na tidak mengatakan alasan sebenarnya itu. Dia berbohong kalau dia ke
sana untuk membujuk Khun Wiset agar menyerahkan diri.
“Apa
benar hanya itu?” tanya Chanat memastikan.
“Ya.
Hanya itu,” tegas Na.
Chanat
mengerti dan berterimakasih atas waktu dan pernyataan Siriya.
Setelah
Chanat pergi, Krit yang ada di sana dari tadi, langsung bertanya kenapa Na
tidak mengatakan yang sebenarnya kepada Chanat? Dan mengenai dugaan kalau Khun
Pa kemungkinan adalah orang yang 2 tahun lalu menembak Ya. Nuan membenarkan,
dan menebak, apa Na tidak mengatakannya karena Khun Thi?
Krit
bingung dan Nuan memberitahu permintaan Khun Thi kemarin agar Na tidak membahas
mengenai kejadian 2 tahun lalu jika ada bukti. Krit bertanya, apa itu benar?
“Bukan
seperti itu. Aku… aku rasa memberitahu polisi juga akan percuma jika Khun Pa
tidak mengaku. Dan satu lagi, apa yang dikatakan Khun Thi beralasan. Jika kita tidak
punya bukti, tidak seharusnya kita mengatakannya.”
Tetapi,
Nuan masih terus menggoda Na yang sepertinya peduli pada Thi. Na berusaha mengalihkan
dengan membahas ingin membereskan barang-barangnya untuk pulang. Krit mengaja
Na untuk bicara berdua dengannya.
Mereka
pergi keluar dan bicara empat mata. Krit ingin membahas mengenai Thi, dia
merasa khawatir, dan mengingatkan Na agar tidak lupa alasannya masuk ke dalam
keluarga Sutharak.
“Aku
tidak akan lupa. Aku dan Khun Thi tidak akan pernah menjadi seperti yang kau
khawatirkan. Dan Khun Krit, jangan lupa juga. Aku adalah Khun Siriya, istri
dari abangnya.”
“Benar.
Dan Khun Siriya sudah punya seseorang di hatinya. Meskipun orang itu sudah
tidak bernapas lagi.”
“Misi
kita adalah mencari kebenaran… seharusnya tidak melewati batas dan memasuki
hati siapapun. Aku mengerti hal ini dengan baik.”
--
Na
di antar pulang oleh Krit dan Nuan. Dan KhaoSuay langsung menyambutnya kepulangan
Nuan dengan semangat. Thi melihat kepulangan Siriya, tetapi tidak
menghampirinya. Dia teringat peringatan Khun Pawinee untuk ingat siapa Siriya
itu.
Lert
dengan panik menemui Thi dan bertanya, apa dia melihat Namneung? Thi tidak lihat.
Lert tambah panik dan memberitahu kalau Namneung kabur dari rumah.
--
Namneung
menemui Khun Pa di penjara. Khun Pa senang melihat Namneung.
“Kau
masih ingat padaku? Aku kira setan telah merasuki hatimu hingga kau lupa, kalau
kau masih punya putri.”
“Namneung,
sayang!”
“Ibu,
kenapa ibu membunuh ayah? Ibu kejam. Ibu membuat ayah ku meninggal!”
“Sayang.
Namneung. Aku tidak ingin ayahmu meninggal.”
“Kau
tidak ingin ayah meninggal? Lalu, kenapa kau membunuhnya? Kenapa kau membunuh
ayah? Aku tidak akan pernah memaafkan ibu. Ibu pantas untuk gagal selama hidup
ibu! Aku benci ibu!” kecewa Namneung dan menangis.
Khun
Pa menangis melihat kebencian Namneung padanya. Chanat datang dan membawa Namneung
keluar karena Namneung terus berteriak membenci ibunya.
--
Khun
Pawinee cemas karena Namneung keluar. Thi melapor kalau dia sudah menelpon ke
rumah Namneung, tetapi Namneung tidak ada ke sana. Lert datang bersama pembantu
lainnya, mereka tidak bisa menemukan Namneung.
“Aku
di sini, nenek,” ujar Namneung yang baru pulang. Dia di antar oleh Chanat.
Namneung
memberitahu kalau dia pergi menemui ibunya. Khun Pawinee langsung antusias
bertaya kalau Khun Pa mengaku tidak membunuh orang kan? Tetapi, reaksi Namneung
diluar dugaan Khun Pawinee. Namneung berteriak kalau ibunya membunuh ayahnya dan
pantas untuk di hukum. Dan Namneung langsung masuk kamar. Khun Pawinee langsung
lemas.
Namneung
di kamarnya, menangis. Dia mengingat kebaikan dan perhatian ayahnya selama ini.
Dia benar-benar mencintai ayahnya.
--
Orn
menghindangkan makanan untuk Khun Pawinee. Tetapi, Khun Pawinee tidak makan
sama sekali dan berkata sudah merasa kenyang. Krit dan Khun Nat datang menemui Khun
Pawinee dan memberitahu kalau mereka sedang mempersiapkan jaminan untuk Khun Pa
agar bisa bebas. Khun Pawinee berterimakasih, dia ingin Khun Pa bisa bebas.
“Kita
mungkin harus menghabiskan 2 juta untuk jaminan, ibu.”
“Ya.
Berapa banyak yang di perlukan, gunakan saja. Setidaknya, aku berharap dapat
menolong Pa. Aku juga tidak percaya kalau Pa akan sampai seperti ini, hingga dapat
membunuh orang. Aku tidak percaya!”
--
Khun
Pa kembali di interogasi oleh Chanat. Chanat bertanya sejak kapan Khun Pa tahu
mengenai perselingkuhan Wiset? Khun Pa ada ke condo dan menyerang Prawdta kan?
Khun
Pa diam. Dia teringat kejadian di malam itu. Chanat kembali bertanya apa itu motif
Khun Pa membunuh Khun Wiset? Khun Pa menangis.
Flashback
Dia membuka laci meja kerja Khun
Wiset dan meraih pistol yang ada di sana.
“Kau berpikir untuk meninggalkanku
dan meninggalkan putri kita, Khun Wiset? Hal itu tidak akan mudah.”
Khun Pa tiba di condo. Dia berdiri
memegang pistol. Tubuh Khun Wiset terbujur kaku di lantai.
End
Chanat
menanti jawaban Khun Pa.
“Ya.
Aku orang yang membunuh Khun Wiset,” akui Khun Pa.
Support penulis hanya dengan membaca sinopsis ini (Khun
Mae Suam Roy) di :
k-adramanov.blogspot.com. Terimakasih. Happy Reading.
Tags:
Khun Mae Suam Roy
Tank nex episde ya
ReplyDelete