NB : Maaf ada kesalahan dalam
pengetikan nama Mo Chen adalah nama dari kakak Lin Qian. Sementara untuk
saingan Wenda, atau teman Wei Kai, itu namanya Chen Zheng. Terima kasih ^.^
Happy Reading …
Lin
Qian langsung menyuruh Yayi untuk berdiri, saat kakak nya (Mochen) datang.
Mereka berdua berpura- pura bersikap biasa saja seperti tidak ada yang terjadi
pada toko. Lin Qian menanyakan kenapa Mochen belum pergi. Dan Mochen membalas
apa sebegitu buruknya Lin Qian menginginkannya pergi. Lalu Lin Qian pun hanya
diam, tidak menjawab.
Saat
menyadari wajah Yayi serta Lin Qian yang tampak sedikit lusuh, Mochen pun
bertanya ada apa dengan mereka berdua, apa mereka tidak cukup tidur semalam.
Dan Lin Qian beralasan bahwa mereka punya toko, jadi mereka sangat sibuk
bekerja.
“Apalah.
Kita mendapatkan banyak cemoohan dari orang sepanjang malam dan sibuk mengurusi
krisis ini,” keluh Yayi yang sudah tidak tahan lagi. Dan Lin Qian menarik rambutnya
agar diam.
Mengetahui
hal itu, Mochen mulai mengomentari Lin Qian. Dan karena tidak mau ikut campur,
maka Yayi pun pamit pergi. Sementara Lin Qian, dia berpura- pura sakit kepala
untuk menghindari omelan Mochen. Namun dengan tegas Mochen menyuruh Lin Qian
duduk.
“Katakan
saja apa yang mau kamu bicarakan,” kata Lin Qian, berhenti berpura- pura.
“Apa
kamu tahu Louis Vuitton?” tanya Mochen. Dan Lin Qian membalas bahwa dia tahu.
Mochen
lalu membahas mengenai Louis Vuitton. Cabang mereka sedang mencari seorang
asisten desaigner. Mochen telah menunjukan desaign milik Lin Qian kepada
executive disana. Dan mereka menantikan untuk bicara langsung kepada Lin Qian.
Mendengar
itu, Lin Qian merasa sangat senang. Dan Mochen lalu memberikan waktu 10 menit
untuk Lin Qian membuat keputusan, mau atau tidak.
“Walaupun
aku tahu aku akan bisa belajar banyak. Dan mengenal design terbaik di dunia
ini. Tapi…” kata Lin Qian berpikir.
“Tapi
itu adalah mimpimu,” tambah Mochen.
“Kak,
jangan menekanku,” keluh Lin Qian sambil merajuk seperti seorang adik.
“Aku
tidak akan menekanmu untuk membuat keputusan,” kata Mochen mengalah. Dan dengan
senang, Lin Qian pun berhenti merajuk. “Kamu punya 9 menit. Jangan buru-buru,”
lanjut Mochen sambil melihat jam tangannya.
“Kak,
ini sama saja,” keluh Lin Qian sambil kembali merajuk dengan manja lagi.
Ditepi
laut. Grace menjelaskan bahwa baginya, Zhi Qian adalah seseorang yang special.
Zhi Qian banyak membantu orang, jadi setiap orang berbicara meninggikannya. Zhi
Qian orang paling baik dan pintar yang di kenalnya.
“Kemudian
siapa yang menginginkan dia mati?” tanya Zhi Cheng.
“Kamu
mungkin tidak akan mempercayai ini, apa ini bunuh diri atau kecelakaan,” balas
Grace.
Mochen
mengetuk meja untuk membangunkan Lin Qian yang masih berpikir. Dia mengatakan bahwa
waktunya sudah habis dan baru saja Lin Qian kehilangan kesempatan terbaik
didalam hidup.
“Kak,
aku tidak berpikir begitu. Jika aku baru lulus, aku akan pergi pastinya. Tapi
sekarang aku memiliki toko ku sendiri. Bekerja keras dan tidak menghasilkan banyak
uang. Itu benar, tapi aku akan memilki design ku sendiri,” jelas Lin Qian.
“Bekerja
keras dan tidak menghasilkan uang. Kemudian mengapa kamu melakukan itu? Kamu
menghabiskan bakat dan hidupmu,” balas Mochen dengan keras.
“Kemudian
bekerja sebagai asisten seseorang, bukankah itu menghabiskan bakat dan hidupku?
Dan hal yang paling penting bagiku adalah seorang desaigner. Yaitu kebebasan,”
balas Lin Qian.
Mochen
menaruh tiket pesawat di atas meja. Dan dengan tegas, dia menyuruh Lin Qian
untuk ikut bersamanya pergi ke Amerika.
Dengan
tegas, Grace mengatakan bahwa dia pasti akan menemukan pelaku asli di balik
kematian Zhi Qian, karena ini sangat penting baginya. Grace tidak bisa
mempercayai bahwa ada seseorang yang begitu keras dengan dirinya sendiri akan mati
DUI (Menyetir dalam keadaan mabuk).
Zhi
Cheng pun menyimpulkan bahwa kini mereka ada pada sisi yang sama. Dan Grace
lalu menjelaskan bahwa jika mereka mau melakukan penyelidikan, maka mereka
harus mulai dari orang disekitar Zhi Qian.
“Kemudian
kamu ada menyelidiki ku juga?:” tanya Zhi Cheng.
“Aku
tidak akan mempercayai siapapun dengan mudah. Jika kau tidak menyelidiki, aku
tidak akan tahu seseorang yang membuat masalah di Wenda. Dan aku tidak akan
mengirimkan pesan text padamu,” jelas Grace.
“Kemudian
apa yang kamu temukan?”
“Siapa
yang akan mendapatkan keuntungan dari kematian Li Zhi Qian?”
Dikantor.
Chen Zheng datang menemui Wei Kai yang telah menunggu. Disana Wei Kai
menunjukan surat kualifikasi yang ada padanya kepada Chen Zheng.
Di
kota Linhai, industri pakaian sangat kuat persaingannya. Wenda adalah yang
terbesar beberapa saat yang lalu, namun setelah kematian Li Zhi Qian,
perusahaan Xinbaorui dan Simiqi meningkat begitu cepat. Sekarang kedua
perusahaan itu telah melampaui Wenda.
Mengetahui
hal itu, Zhi Cheng langsung berkesimpulan bahwa kejadian dibalik keributan
karyawan saat itu, mungkin saja adalah ulah dari kedua orang tersebut.
“Xinbaorui
dan Simeiqi kelihatan seperti Dua saingan. Tapi aku menemukan, Ning Wei Kai dan
Chen Zheng minum serta mengobrol bersama. Dan aku bahkan mendengar bahwa mereka
akan menyerang Wenda bersama- sama. Itu mengapa aku mengirimkan kamu pesan,”
jelas Grace.
“Aku
akan mencoba untuk menyelamatkan Wenda. Tidak peduli apapun yang diperlukan,
bahkan jika hanya aku sendiri yang tersisa disana. Aku akan melawan mereka
sampai akhir,” balas Zhi Cheng dengan sangat serius.
“Jika
kakak mu mendengar nya. Dia pasti akan sangat bahagia,” balas Grace dengan
tulus.
Sebelum
Grace sempat menjelaskan rencana selanjutnya, tepat disaat itu sebuah mobil
putih berhenti di dekat mereka. Jadi karena itu Grace pun pamit dan pergi.
Mobil
tersebut adalah milik Jin Yuan. Dia datang untuk mengajak Zhi Cheng pulang.
Lin
Qian berdebat dengan Mochen. Dia menghargai kesempatan yang kakaknya berikan,
tapi dia ingin kakaknya tidak mengancamnya dan menghormati pilihannya.
“Hidup
penuh dengan pilihan. Sekarang ada dua pilihan untukmu, yang akan memutuskan
jalan hidupmu. Aku berharap kamu bisa membuat pilihan yang terbaik,” jelas
Mochen dengan tegas sambil memegang bahu Lin Qian.
“Aku
tidak akan pergi, aku tidak ingin pergi,” balas Lin Qian dengan nada pelan.
Mochen
menyerah. Dia melepaskan tangannya dari bahu Lin Qian. Dia tidak akan memaksa
Lin Qian. Namun tiket pesawat itu akan dia tinggalkan disini, karena dia ingin
Lin Qian memikirkan tentang ini. Kemudian Mochen berjalan pergi.
Ketika
melihat Mochen telah benar- benar pergi, Yayi pun segera mendekati Lin Qian.
Yayi menjelaskan pendapatnya. Menurutnya Mochen memberikan pilihan yang bagus
dan dia ingin Lin Qian memikirkan itu. Karena ini adalah sebuah kesempatan besar yang bisa mengubah jalan hidup Lin Qian
sebagai seorang desaigner.
Didalam
mobil. Jin Yuan menanyakan kabar Zhi Cheng selama di kemiliteran, karena selama
ini tidak pernah ada yang dengar, kecuali kakak mereka, Zhi Qian. Tapi Zhi
Cheng tidak menjawab pertanyaan Jin Yuan, malahan dia balik bertanya.
Zhi
Cheng menanyakan bagaimana Ayah mereka memperlakukan kakak mereka, Zhi Qian.
Dan Jin Yuan pun menjelaskan bahwa selama ini Ayah mereka selalu ingin Zhi Qian
menwarisi bisnisnya, jadi dia memberikannya banyak tekanan. Mereka berdua
selalu berbeda pendapat.
Mendengar
itu, Zhi Cheng langsung menyuruh Jin Yuan untuk menurunkannya disini, karena
dia tidak ingin pulang sekarang. Dan Jin Yuan pun bertanya. Tapi Zhi Cheng
hanya menjawab bahwa dia punya urusan.
Sepulangnya
kerumah. Diruang makan. Jin Yuan menemui Ayahnya yang telah menunggu. Dia memberitahu bahwa Zhi
Cheng masih tidak akan pulang. Dan Ayahnya mengerti, dia yakin bahwa Zhi Cheng
tahu apa yang harus dilakukan.
Sepertinya
Li terkena struk, karena dia tidak bisa memegang sumpit dengan benar. Lalu
karena hal itu, maka Li tidak jadi makan dan kembali ke kamarnya, dibantu oleh
pelayan yang mendorongkan kursi rodanya.
Jin
Yuan yang ditinggal sendirian di ruang makan. Dia menundukan kepalanya dengan
lesu. Kemudian dia membuka hape nya dan membaca artikel yang ada disana. Isi
artikelnya adalah tentang Pakaian
beracun.
Diruang
rapat. Seluruh pemegang saham dan orang yang berkepentingan hadir, termaksud
Yanzhi, kecuali Zhi Cheng. Mereka membahas tentang pemeriksaan kualitas oleh
biro, yang mana sekitar 30 pabrik pakaian telah di tutup di kota Linhai.
Masalah
Wenda adalah satu set pakaian anak yang akan dikirim ke Eropa, kainnya menyusut,
dan di internet masalah itu di hubungkan dengan kain yang memiliki zat kanker.
Dalam 1 jam setelah berita tersebut, harga stock mereka menurun. Dan tidak ada
tanda akan berhenti. Sehingga ditakutkan, ketika pasar dibuka besok, itu akan
lebih memburuk.
Seorang pemegang saham sengaja memancing sesuatu. Dia
mengatakan kalau dia mendengar bahwa beberapa hari lalu Zhi Cheng telah tiba di
kota Linhai. Dan dia penasaran ingin tahu pendapat Zhi Cheng dalam masalah ini.
Mendengar
itu, setiap orang diruangan mulai sedikit ribut. Mereka membicarakan bahwa ini
masalah yang terlalu sulit untuk Zhi Cheng, makanya Zhi Cheng hanya bersembunyi
dan membiarkan mereka yang mengurus masalah ini.
Didalam
ruangan kantor. Zhi Cheng memperhatikan rapat tersebut melalui CCTV. Dia
mendengarkan dengan serius pembicaraan selama rapat tersebut.
Yanzhi
ingin menjelaskan, tapi Zhi Cheng menyuruhnya untuk tidak perlu menjelaskan
apapun. Makanya Yanzhi pun diam dan membiarkan mereka semua untuk lanjut
bicara.
Saat
masuk ke dalam ruangan. Yanzhi sedikit heran melihat beberapa orang berpakaian
keamanan ada diruangannya bersama dengan Zhi Cheng. Dia mengomentari bahwa
sejak Zhi Cheng datang ke perusahaan, seluruh perusahaan berjalan seperti dalam
standar kemiliteran.
Kemudian
Yanzhi ingin mengatakan sesuatu, tapi karena tidak nyaman dengan tiga orang
keamanan di ruangannya, dia memberikan kode kepada Zhi Cheng. Dan dengan sikap
santai Zhi Cheng menyuruh Yanzhi untuk bicara saja, karena mereka adalah orang-
orangnya.
Ternyata
apa yang ingin Yanzhi bahas adalah tentang kapan Zhi Cheng akan menampilkan
dirinya. Karena sekarang diluar sangat kacau, bahkan didalam banyak gosip yang
beredar. Dan Zhi Cheng membalas bahwa sekarang belum waktunya.
“Apa
yang kamu pikir kan tentang kainnya?” tanya Zhi Cheng, membahas masalah Wenda.
“Saat
Wenda masih stabil. Tidak pernah ada masalah penyusutan. Dan laporan kualitas
hanya baru keluar 24 jam, tapi media sudah tahu. Mungkin kita terlalu lalai,”
jelas Yanzhi.
“Lalai?
Tidakkah kamu berpikir waktunya sangat pas?” balas Zhi Cheng.
“Maksudmu
semua ini sudah direncanakan?” tanya Yanzhi. Dan Zhi Cheng mengiyakan.
Disebuah
ruangan tertutup. Yanzhi mengintrogasi seorang karyawan. “Mengapa ada masalah
penyusutan di dalam perusahaan kita?” tanya Yanzhi. Dan si karyawan menjawab
bahwa Yanzhi seharusnya bertanya ke bagian yang mengontrol kualitas.
Orang
kedua. Di introgasi oleh anak buah Zhi Cheng. Sambil memegang tangannya, orang
kedua mengatakan bahwa ada perubahan ke supplier baru dan tidak seorang pun
yang memberitahukan tentang ini kepada bagian mereka.
Orang
ketiga. Sambil mengepalkan tangannya dengan gugup, dia mengatakan bahwa
executive designer tidak puas dengan kain sebelumnya, dan mereka menunjuk
supplier baru. Tapi dia tidak ada hubungan nya dengan ini.
Orang
keempat. Dia mengatakan bahwa Zhang Hao yang menunjuk kain baru, dan hanya
supplier itu yang di inginkan nya. Zhang Hao telah menghabiskan hampir 6 bulan
menyelidki perusahaan tersebut.
Kembali
ke Orang petama yang Yanzhi introgasi. Yanzhi menanyakan apa orang itu ingat
pada hari ia bertemu supplier itu. Dan Orang pertama menjawab iya, tanggal 17.
Lalu Yanzhi menanyakan cuaca pada hari itu, dan Orang pertama menjawab hari
cerah.
Tiba-
tiba Orang pertama ini mulai bersikap aneh, dia melonggarkan dasi yang
dipakainya seolah merasa gerah. Dan melihat itu, Yanzhi pun memberikan minuman
pada nya. Kemudian karena si Orang pertama meminta es, maka Yanzhi pun
memberikannya juga, dan Orang pertama ini meminum nya.
“Direktur
Zhang, tanggal berapa ulang tahun mu?” tanya Yanzhi, selagi Zhang minum.
“15
maret,” jawab Zhang langsung.
“Aku
dengar bahwa kamu telah menikah, tanggal berapa ulang tahun pernikahanmu?”
“Mm…
27 Mei.”
Zhang
merasa terkejut, saat dia baru saja menjawab, Yanzhi langsung memukul meja
dengan keras. “Sekarang beritahu aku, kapan kamu bertemu dengan supplier kain
itu?” tanya Yanzhi lagi kepadanya.
Dan
Zhang pun mulai meminum minumannya lagi. “Supplier? Aku ingat. Tanggal 17,”
jawabnya.
“Gimana
cuaca pada hari itu?” tanya Yanzhi mengulang pertanyaan sebelumnya.
“Hujan,”
jawabnya dengan gugup. Tapi jawabannya pertentangan dengan jawaban pertamanya.
Didepan
lift. Zhang sedang menunggu lift terbuka. Dan kemudian ketiga temannya yang
baru saja selesai di interogasi juga, mereka masuk ke dalam lift bersama, saat
lift telah terbuka.
Didalam
lift. Tiga orang karyawan tersebut membicarakan tentang apa Bos Gu tidak
berlebihan, karena bukankah Boss Li ada menghubungin anaknya untuk kembali,
tapi yang jadi pertanyaan mereka adalah mengapa anak Bos Li tidak menunjukan
diri.
“Bagaimana
kamu tahu bahwa Bos Gu tidak beroperasi karena dia?” komentar Zhang.
Dikantor.
Yanzhi menjelaskan bahwa Zhang hao sudah jelas tersangka nya. Jadi yang harus
mereka lakukan sekarang adalah menemukan siapa yang berada di belakangnya. Zhi
Cheng meminta Yanzhi untuk berpikir, jika Wenda tutup, siapa yang akan
mendapatkan banyak keuntungan.
“Xinbaorui
dan Simeiqi. Mereka bertarung melawan pasar kita. Sekarang jadi jelas tentang
saingannya. Tidakah seharusnya kamu keluar dan mengatur situasi sekarang?”
tanya Yanzhi.
“Belum,”
jawab Zhi Cheng, singkat.
Ditoko.
Lin Qiang melihat tiket pesawat yang diberikan oleh kakak nya dan berpikir.
Kemudian saat dia melihat baju tentara yang di desainnya, dia teringat akan Zhi
Cheng yang telah menolongnya saat dia di curi.
Keesokan
pagi. Lin Qian menanyakan kepada Yayi apa dia harus memotong rambut palsu yang
ini juga. Dan dengan cuek Yayi menjawab bahwa itu terserah kepada Lin Qian,
karena itu uang Lin Qian.
Lalu
tiba- tiba saja, Lin Qian mendapatkan telpon dari kantor polisi di jalan Binhe.
Mereka mendapatkan laporan kekerasan yang terjadi di Wenda, jadi mereka
membutuhkan keterangan dari Lin Qian.
Ternyata
orang yang membuat laporan kekerasan itu di kantor polisi adalah anak- anak
buah dari Chen Zheng, yang mau menculik Lin Qian, dan yang telah dikalahkan
oleh Zhi Cheng. Mereka mengatakan kepada polisi bahwa mereka hanyalah warga
biasa, tapi Zhi Cheng tidak menyukai mereka dan memukuli mereka.
“Lihat
tangan ku, aku bahkan tidak bisa mengangkatnya. Lihat! Lihat!” katanya.
Tepat
disaat itu. Lin Qian sampai. Dia mengenalkan dirinya kepada petugas.
Mereka
semua duduk bersama dengan tenang. Dimulai dari Lin Qian, dia memberitahukan
kepada petugas bahwa pada hari itu dia pergi ke Wenda karena ada urusan bisnis,
saat dia keluar, orang- orang itu menghancurkan mobilnya dan menusuk bannya,
bahkan mengancamnya dengan pisau. Padahal
dia tidak mengenal mereka.
“Aku
beruntung, karena kepala keamanan Wenda ada disana menolong ku. Dia
menyelamatakkan ku. Jika bukan karena dia. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi
pada gadis sepertiku. Dia juga mengantarku pulang,” jelas Lin Qian dengan
mengebu- gebu. Dan anak- anak buah Chen Zheng tampak takut.
Petugas
menyimpulkan bahwa kasus ini bukanlah pemukulan, tapi Zhi Cheng hanya mencoba
untuk membantu. Dan Lin Qian membenarkan. Tapi anak buah Chen Zheng langsung
memotong, dia mengatakan bahwa petugas tidak boleh hanya mendengarkan Lin Qia
saja, karena Lin Qian serta Zhi Cheng saling mengenal.
“Dia
dan aku bahkan tidak mengenalimu!” protes Lin Qian dengan keras kepada mereka.
Hampir
saja terjadi keributan, tapi karena ini adalah kantor polisi, maka anak buah Chen
Zheng yang awalnya sudah berdiri langsung kembali duduk di tempat. Lalu si
petugas bertanya apa Zhi Cheng adalah pacar Lin Qian, dan apa mereka berdua
tidak pernah bertemu.
Dan
Lin Qian langsung menjawab bahwa Zhi Cheng bukan pacarnya. Kemudian Zhi Cheng
menambahkan bahwa dia tidak pernah mengenal Lin Qian. Lalu anak buah Chen Zheng
langsung protes.
“Aku
melihat mereka berdua berpegangan tangan, dan dia masih mengatakan dia bukan
pacarnya?” kata anak buah Chen Zheng.
“Cukup!”
balas petugas.
Kemudian
karena tidak memiliki saksi atau bukti apapun lagi, maka anak buah Chen Zheng
menggunakan cara terakhir. Seorang dari mereka yang terluka lengannya berdiri
dan mendekati petugas.
“Lihat
gips ini, tidak kah ini terhitung sebagai bukti? Lihatlah. Aku bahkan tidak
bisa mengangkatnya lagi,” kata anak buah Chen Zheng.
Dengan
segera Zhi Cheng berdiri dan mengangkat tangannya, seolah ingin memukul anak buah
Chen Zheng. Dan karena takut, anak buah Chen Zheng langsung mengangkat
tangannya yang katanya terluka itu. Melihat itu, si petugas mendengus.
“Tampaknya
luka dibahu mu sudah sembuh,” kata Zhi Cheng. Dan Lin Qian tertawa melihatnya.
Sesudah
semua selesai. Lin Qian memanggil Zhi Cheng yang akan pergi, dia mengucapkan
terima kasih kepada Zhi Cheng. Dan Zhi Cheng membalas bahwa itu tidak perlu,
karena dia hanya melakukan tugas nya saja.
Lalu
dikarenakan Lin Qian belum mengenalnya. Maka Zhi Cheng mengulurkan tangannya
dan memberitahukan namanya. Dan Lin Qian menyalaminnya. Kemudian setelah itu,
Zhi Cheng pun pergi. Sementara Lin Qian, dia tersenyum sendiri.
Sambil
menonton berita mengenai perusahaan Wenda. Wei Kai menghubungin Chen Zheng.
“Sekarang
kita hanya bisa bekerja sama dengan satu sama lain. Selain dari ini, tidak ada
jalan keluar yang lain. Kali ini, aku akan berada di depan untuk mengarahkan.
Sesuai apa yang aku katakan, kamu lakukan lah yang terbaik untuk melaksana
kannya,” kata Wei Kai.
Tags:
Our Glamorous Time
Wah ...baru dlanjutt
ReplyDeleteIya kak.. maaf lama ya makasih ^.^ happy reading ya
DeleteSuka..suka...suka..bangets
ReplyDeletemakasih ^.^ happy reading ya
DeleteJgn lama2 y kak...slau setia menunggu
ReplyDeleteOke kakak ^.^ happy reading ya
DeleteKsk lanjutin y
ReplyDeleteSipp.. pasti saya lanjutin kak ^.^ happy reading ya
DeleteSama - sama... makasih juga loh kak sudah mampir ke blog ini untuk baca ^.^ happy reading ya
ReplyDelete