Sinopsis Lakorn : Happy Birthday Episode 08-1
Images by : GMM Tv
“Aku
mencintai Tharnnam, hanya setelah dia meninggal,” akui Tee.
Flashback
Tee sedang beristirahat di
kantin dan duduk di dekat toko fotocopy pak Tai. Saat itu, Tharnnam sedang
melakukan pekerjaannya, memfoto copy dokumen yang di berikan dan membereskan
toko. Pana datang menemui Tee dengan semangat dan bertanya mengenai hubungan
Tee dan Jane kemarin, dia mengira kalau Tee telah tidur dengan Jane kemarin.
Tee dengan kesal memberitahu kalau Jane langsung pulang ke rumah usai makan
malam. Pana kecewa mendengarnya karena kan jarang-jarang Jane pulang. Pana
merasa khawatir akan hubungan Tee dan Jane.
“Dia sudah lulus dari
sekolah ini. Dia tidak perlu khawatir lagi jika orang-orang tahu kalau dia pacaran
denganmu,” tambah Pana memanasi Tee. “Mendapatkan pacar baru itu mudah. Percaya
padaku!”
“Lagi-lagi, saran buruk
darimu,” tawa Tee mendengar saran Pana.
Tetapi, saat dia berbalik
ke belakang, dia melihat Tharnnam yang sedang menatapnya. Pana jadi penasaran
dan bertanya apa Tee mengenal Tharnnam? Tee menjawab Ya. Dan dia juga
memberitahu Pana bagaimana dia bisa mengenal Tharnnam, karena Tharnnam adalah
orang yang memberikan makan anjingnya saat pemakaman orang tuanya.
Pana malah memberikan
saran pada Tee untuk mendekati Tharnnam saja. Tee tersenyum dan terus menatap Tharnnam.
--
Suatu ketika, Tharnnam
melewati kelas Tee dan Pana, dia hendak mengantarkan dokumen foto copy ke ruang
guru. Pana yang melihatnya, langsung keluar dan menawarkan bantuan pada Tharnnam.
Tee melihatnya dari jendela kelas. Thnarnnam menolak bantuan Pana.
“Kalau kau tidak mau di
bantu, boleh aku tanya sesuatu. Temanku ingin tahu, apa kau sudah punya pacar
atau belum?” tanya Pana.
“Teman yang mana?”
“Yang itu,” tunjuk Pana
kepada Tee.
Tharnnam benar-benar kaget
hingga menjatuhkan dokumen yang ada di tangannya. Pana segera membantunya
membersihkan dokumen tersebut sambil bertanya, apa temanku boleh mendekatimu?
Tharnnam tidak menjawab. Dan Pana membisikkan sesuatu pada Tharnnam.
“Jaga rahasia ini hanya
untuk kita bertiga. Jangan beritahu orang lain,” ujar Pana setelah berbisik
kepada Tharnnam dan kembali ke kelas.
Tee bertanya hasilnya pada
Pana, dan Pana dengan yakin menjawab kalau Tharnnam pasti akan menjadi milik
Tee. Percaya saja padanya.
--
Lab sains.
Tharnnam pergi ke lab
sains saat sudah jam pulang sekolah. Dan di sana sudah ada Pana yang menunggu.
Dia langsung bertanya jawaban Tharnnam, apa temannya bisa mendekatinya atau
tidak?
“Jika temanmu adalah Tee,
aku…,” dan Tharnnam mengangguk dengan malu.
“Itu artinya ‘ya’ kan?”
Tharnnam kembali mengangguk.
Dan Pana langsung
membukakan pintu lab sains dan mengajak Tharnnam untuk masuk. Tharnnam sedikit
ragu, tetapi dia masuk juga. Dan ternyata, di dalam sudah ada Tee yang
menunggu.
“Kau bisa mendekatiknya.
Mulai dari sekarang, kau lagi yang bergerak. Aku akan menjaga di luar,” ujar
Pana dan langsung keluar meninggalkan Tee dan Tharnnam berduaan.
Tharnnam sangat gugup
berduaan dengan Tee. Dan Tee mulai berbincang dengan Tharnnam. Dia memberitahu
Tharnnam kalau di ruang lab sains ini (ruangan bekas) tidak ada hantu, Pana
yang membuat gosip hantu itu. Jadi, mulai sekarang mereka bisa menggunakan
ruangan ini untuk berbincang.
“Bagaimana dengan P’Jane?”
“Jika aku masih bertemu
dengan P’Jane, apa kau setuju?” tanya Tee.
Tharnnam menatapnya dan
tersenyum.
Episode
08 – Dapatkah kau kembali?
Tee
lanjut bercerita pada Tonmai kalau dia hanya bermain-main waktu itu. Dan dia
juga mulai diam-diam bertemu dengan Tharnnam.
Flashback
Pana memberikan kertas pada
Tharnnam. Di kertas itu, tertulis : Siang ini di lab sains berhantu.
Tharnnam tersenyum. Dan
mereka (Tee dan Tharnnam) mulai sering bertemu di lab itu.
End
“Aku
tahu kalau Tharnnam sangat mencintaiku, tetapi aku tidak merasa bersalah,” ujar
Tee pada Tonmai.
Flashback
Tee mulai berani mencium
pipi Tharnnam. Dia juga memanfaatkan Tharnnam untuk mengerjakan PR-nya.
End
“Aku
tidak mengerti. Kenapa kau tidak putus dengan gadis itu, Jane dan memacari
P’Tharnnam?” tanya Tonmai.
“Saat
itu, itu tidak mudah.”
Flashback
Tee mulai berani mencium
bibir Tharnnam, dan bahkan memegang dada Tharnnam. Tharnnam sampai kaget dan
menghindar. Tetapi, Tee malah tampak seperti marah. Tharnnam malah ketakutan
dan menahan Tee agar tidak pergi. Dan dengan bodohnya, malah Tharnnam yang
meminta maaf pada Tee.
“Kenapa aku tidak bisa
menyentuhmu?”
“Enggg… kalau gitu… sentuh
saja. Aku minta maaf.”
Dan kali ini, tanpa harus
Tee yang bergerak, Tharnnam menarik kepala Tee mencium bibirnya. Dan membiarkan
Tee menyentuh tubuhnya. Walau dia merasa ingin menghindar, dia tetap bertahan.
Dan Tee (si bangsat!) malah mengajak Tharnnam untuk ke rumahnya.
Dari luar, terdengar suara
Pana yang berusaha menghentikan Chet untuk masuk ke dalam ruang lab itu.
“Apa yang kau lakukan pada
putriku?!” marah Chet dan mendorong tubuh Tee.
“Kami tidak melakukan
apapun,” bela Tharnnam. “Kami hanya bicara.”
“Kau perempuan. Apa kau
kira hal seperti ini pantas?!” marah Chet.
Tee dengan lenggangnya
keluar dari lab. Chet hendak mengejarnya, tetapi Tharnnam menghalangi. Dia
bahkan menyuruh Chet untuk tidak ikut campur (Tharnnam tidak memanggil Chet
dengan panggilan Ayah lagi, tetapi Pak Chet). Chet kaget melihat perubahan
Tharnnam. Dan Tharnnam bahkan berani melotot pada Chet.
End
“Saat
itu, hubungan Tharnnam dan Pak Chet hancur. Karena rumahku dengan rumah ayahmu,
kami membuat pintu rahasia jadi Tharnnam dapat bertemu denganku.”
Flashback
Pintu rahasia di belakang
rumah Tee sudah jadi. Dan Tharnnam sangat senang dapat masuk ke rumah Tee
dengan bebas tanpa terlihat oleh Chet.
End
“Hari-hariku
bersama Tharnnam adalah waktu paling membahagiakan bagiku. Dia selalu menjadi
pendengar yang baik untukku. Dia peduli dan memperhatikanku hampir di setiap
hal. Apapun yang ku katakan, dia selalu bersedia melakukannya untukku.
Flashback
Tharnnam berbaring di atas
tempat tidur Tee dan memandang tempelan bintang di langit kamar Tee.
“Tee… aku ingin melakukan
trip.”
“Kau ingin kemana?”
“Adakah tempat yang untuk
melihat bintang dengan indah?”
“Bagaimana dengan
Chiangmai?”
“Setuju.”
“Ayo naik kereta api ke
Chiangmai bersama.”
“Kau janji ya?”
“Janji!”
End
“Pada
akhirnya, aku yang mengkhianatinya. Aku mengkhianatinya karena aku masih
mencintai P’Jane.”
Flashback
Tee tidak mau ikut dengan
Tharnnam ke Chiangmai. Dia ingin bertemu dengan P’Jane yang baru saja pulang.
Dan dengan tenangnya, dia menyuruh Tharnnam untuk tidak membesar-besarkan
masalah.
Tharnnam sangat marah
mendengarnya. Dia mengepalkan tangannya dan berusaha menahan air matanya.
“Tee, kau sama sekali
tidak mencintaiku?”
Tee menatapnya. Dia
menghela nafas. “Aku cinta.”
“Jika kau mencintaiku,
kenapa kau tidak memilihku? Setiap dia pulang, kau selalu memilih pergi
padanya. Aku tidak ingin sendirian.”
“Aku rasa kau harus pulang
ke rumah hari ini. Kita akan bicara nanti,” ujar Tee dan keluar.
“Jika kau pergi, kau tidak
akan melihatku lagi,” ancam Tharnnam dengan menangis.
Tee berbalik. Dia tampak
jengkel. “Apa maksudmu mengatakan itu?” Dan Tee tetap pergi dari rumah.
End
“Kami
selalu bertengkar untuk hal yang sama. Dan Tharnnam tidak bisa menahannya lagi.
itu membuatku ketakutan dan tidak nyaman.”
Flashback
Tharnnam mengambil banyak
obat dan hendak bunuh diri dengan meminum semua obat itu. Dan untungnya, Tee,
melihat hal itu dan menahan Tharnnam untuk meminnum semua obat itu.
End
“Jadi,
P’Tharnnam sudah sering mencoba bunuh diri?”
“Aku
hanya mengira dia mencoba bunuh diri untuk mendapat perhatianku. Bagiku,
semakin dia mencoba melakukannya, semakin itu tidak ada artinya, dan semakin
aku ingin putus darinya.
Flashback
Tharnnam pernah mencoba
memotong urat nadinya dengan gunting. Dia juga pernah mencoba menenggelamkan
diri di danau. Dan setiap kali, Tee yang selalu menghentikannya. Hingga suatu
hari, Tee mencapai batasnya.
“Jika kau mau mati, mati
sajalah!”
End
“Lalu,
kenapa kau tidak putus dengannya?”
Flashback
Tharnnam menangis sedih
ketika Tee tidak peduli padanya dan menyuruhnya mati saja. Tee jadi tidak tega
dan memeluk Tharnnam untuk menenangkannya.
End
“Aku
tidak tahu. Ketika aku ingin menjauh darinya, aku tidak pernah bisa melakukannya.”
“Aku
rasa… kau sudah mencintai kakakku. Hanysa saja kau tidak cukup mencintainya.”
“Kau
tidak marah padaku?”
“Yeah.
Seharusnya, aku merasa marah padamu. Tapi, tidak. Tidak sama sekali. Mungkin,
kau orang pertama yang memberitahuku mengenai hal ini. Kita lanjutkan saja
besok,” ujar Tonmai dan meminta Tee untuk menyingkir karena dia mau tidur.
Tee
sampai heran dan hanya menatap Tonmai yang sudah menutup mata.
“Tapi
aku berterimakasih karena memberitahuku semuanya,” ujar Tonmai.
Dan
Tee mengingat suatu kejadian di masa lalunya.
Flashback
Tee pulang larut malam
suatu hari. Dan saat dia masuk ke dalam rumah, dia melihat Tharnnam yang
tertidur di ruang tamu dan ada sebuah kue ulang tahun di meja. Tee mencoba
diam-diam masuk ke kamarnya, tetapi ternyata Tharnnam terbangun.
Tharnnam menyapa Tee
dengan riang dan bertanya alasan Tee pulang larut malam.
“Kau menungguku untuk
meniup lilin, kan? Nyalakan sekarang. Aku akan meniupnya.”
“Mari tunggu hingga lewat
tengah malam. Kau bisa meniupnya nanti. Mari tunggu sebentar lagi,” ujar
Tharnnam karena jam sudah pukul 11.30.
Tee jengkel. Dia tidak mau
menunggu. Dia ngantuk dan mau tiup sekarang saja. Tharnnam menjadi kesal dan
mencabut semua lilin dari atas kue. Tee heran dan bertanya ada apa dengan
Tharnnam?
“JIka bukan tengah malam,
maka lupakan saja!” marah Tharnnam dan melempar lilin ke lantai.
Tee marah dan malah senang
karena dia juga tidak mau tiup lilin. Hal itu semakin menyulut emosi Tharnnam
dan membuang kue ke lantai. Tee semakin marah dan menyuruh Tharnnam berhenti
bersikap seperti ini. Dia lelah.
“Kapan kau akan
mencintaiku?” tanya Tharnnam dengan nada bergetar.
“Jika kau tidak bisa
menunggu lagi, kau bisa pergi kapanpun,” ujar Tee dan masuk ke dalam kamarnya.
Dan Tharnnam yang di tinggal
berteriak frustasi. Di dalam kamarnya, Tee mendengar suara tit…tit… dan saat dia
mencari sumber suara, dia melihat kotak pintu yang berisi sebuah jam (yang sekarang
di pakai Tonmai). Itu jam hadiah ulang tahun dari Tharnnam untuknya. Tee sangat
marah melihat jam itu, dan melemparnya begitu saja ke dalam lemari. Dia malah
melihat fotonya bersama dengan Jane. Dan menelungkupkan jam itu ke meja.
Tharnnam masih terus
menangis di ruang tamu.
End
Tee
menghela nafas mengingat jam itu. Dan dia menatap jam tangan yang Tonmai pakai,
yang berbunyi saat menunjukkan pukul 00:00.
Dan
ada sebuah tangan yang memotret Tee yang sedang bersama Tonmai. Dia mengirim pesan
kepada seseorang yang memberitahu kalau Tee terlihat bersama seorang pria muda.
Tags:
happy birthday