Network : Dragon TV QQLive
“Tapi
aku penasaran tentang mengapa Grace datang hari ini,” kata Wei Kai.
“Tujuanku
tidak penting. Hal yang paling penting adalah kalian berdua. Bermusuhan
dibelakang tapi sebenarnya sekutu di belakang layar. Itu pasti akan mengejutkan
setiap orang,” kata Grace yang mendengar itu. Dia datang sambil membawa segelas
minumannya sendiri.
Dengan
sikap berpura- pura tenang, Mo Chen mempersilahkan Grace untuk duduk. Kemudian
Grace pun duduk, “Oh ya, benar. Sebelumnya Wenda memberikan begitu banyak
tekanan, namun sekarang Li Zhi Qian akhirnya mati, tidak heran kalian berdua
bersenang- senang disini,” sindir Grace sambil tersenyum kepada mereka berdua.
Mo
Chen dan Wei Kai tampak sedikit gugup mendengar sindiran itu. Dan walau
menyadari hal itu, Grace tetap bersikap tenang seperti tidak ada maksud untuk
menyindir. Kemudian Grace mengangkat gelas nya dan memberikan selamat kepada
mereka berdua.
Dengan
sedikit gugup, Mo Chen serta Wei Kai ikut mengangkat gelasnya dan bersulang
bersama. Lalu Wei Kai berusaha mengalihkan pembicaraan, dia mengatakan bahwa
tidak mudah bagi mereka untuk bisa berkumpul bersama, karena biasanya mereka
selalu sibuk. Dan Mo Chen membenarkan itu serta memuji Grace sebagai Troika
dari Lin Hai Industri Fashion.
“Troika.
Betapa disayangkan, karena Li Zhi Qian tidak disini lagi,” gumam Grace dengan
raut sedih. “Apa kalian berdua pikir kematiannya adalah karena kecelakaan?”
tanya Grace dengan sengaja.
“Kecelakaan
yang tidak menyenangkan. Mari jangan bicarakan itu,” balas Wei Kai.
“Berkurang
satu saingan. Kalian berdua pasti sangat bahagia,” balas Grace sambil
tersenyum.
“Walaupun
Li Zhi Qian adalah saingan kami. Tapi dia juga temanku. Teman baik ku mati,
bagaimana bisa aku bahagia?” jelas Wei Kai.
“Apa
kalian benar- benar memperlakukan dia sebagai teman baik?” tanya Grace dengan
sedikit nada tajam.
“Grace,
apa ada salah paham antara kita berdua?” balas Mo Chen.
Dengan
sikap tenang dan biasa, Grace menjelaskan bahwa kematian Zhi Qian begitu
mendadak tanpa ada tanda apapun, sehingga dia sedikit sulit menerimanya. Lalu
Mo Chen pun mengalihkan pembicaraan, dia mengatakan bahwa sejak mereka jarang
punya kesempatan untuk bisa berkumpul, maka mari jangan membicarakan hal yang
tidak menyenangkan.
Kemudian
Wei Kai mengangkat gelas nya dan mengajak mereka untuk bersulang bersama. Dan
sambil tersenyum Grace meminum minumannya.
Dikantor.
Si Wakil menjelaskan mengenai kondisi Wenda saat ini kepada Zhi Cheng. Anak
perusahaan yang berada dibawah Wenda semuanya memiliki angka yang negatif,
sehingga keuangan Wenda sangat kacau akhir- akhir ini. Bank berhenti memberikan
pinjaman. Dan sebenarnya mereka ingin memberhentikan beberapa karyawan, tapi
mereka tidak mampu melakukan itu.
Zhi
Cheng membalas bahwa dia yang akan mengurus masalah uangnya. Lalu dengan serius
dia memperhatikan grafik keuangan dari salah satu anak perusahaan, yaitu Aida.
Dan melihat grafik nya, Zhi Cheng merasa bahwa perfomance Aida tampak stabil.
“Aida
adalah sebuah perusahaan kecil yang kakak mu bangun, ketika dia masih ada,”
jelas si Wakil.
“Karena
kecil, jadi tidak seorang pun yang benar- benar memperdulikannya didalam Wenda,”
gumam Zhi Cheng sambil berpikir.
Si
Wakil lalu mengingatkan Zhi Cheng bahwa ada sebuah grup perwakilan dari
perusahaan asing HCG di Lin Hai besok, jadi Wenda tidak boleh menunjukan
kekacauan ini. Dan Zhi Cheng membalas bahwa dia mengerti, kemudian dia
menambahkan agar kepulangan nya ini jangan sampai diketahui siapapun, termaksud
Ayah dan adiknya.
“Tapi
ketua Li dan Jin Yuan menunggu kamu,” kata si Wakil.
“Krisis
Wenda tidak muncul diluar, tapi didalam perusahaan. Jika aku tidak menunjukan
wajahku, maka aku akan melihat sesuatu yang lebih dari apa yang sudah
ditunjukan,” jelas Zhi Cheng.
Didalam
kamar. Li memandangin foto kedua anaknya. Dia mengingat saat anaknya, Zhi Qian
bersikap begitu hebat di dalam rapat perusahaan.
“Mengapa
kita tidak fokus dalam membawa tim design terbaik di dunia. Untuk membangun
brand kita sendiri,” jelas Zhi Qian dengan penuh kepercayaan diri.
“Tidak
kah kamu tahu. Jika orang yang berkemauan keras seperti kamu ini akan
menyebabkan ratusan karyawan Wenda menderita kelaparan,” komentar seseorang
didalam rapat.
“Jangan
khawatir. Aku yang akan menanggung semua konsekuensinya,” tegas Zhi Qian.
Hujan
turun dengan begitu derasnya, untung saja, Jin Yuan sudah tiba dirumah. Disana
dia disambut oleh seorang pelayan yang menyampaikan bahwa Li ingin menemuinya.
Dan Jin Yuan pun mengerti.
Jin
Yuan masuk ke dalam kamar Ayahnya. Disana dia langsung menjelaskan bahwa
pertemuan saham hari ini bukanlah masalah besar, tapi beberapa orang mencoba
membuat kekacauan. Namun dia berhasil menekannya, sehingga Ayahnya tidak perlu
mengkhawatirkan apapun.
Tanpa
mengatakan apapun, Li menyalakan TV dan memperlihatkan berita hari ini.
Wenda Grup Li Jin Yian melakukan aksi
mengejutkan selama rapat pemegang saham. Dia merusak kotak voting di depan
setiap orang. Itu sikap yang mengejutkan dari seorang sosialita.
Jin
Yuan terdiam dengan gugup, kemudian dia ingin menjelaskan alasannya. Tapi Li
mengangkat tangannya tanda jangan bicara, sehingga Jin Yuan pun langsung diam.
“Kerja
bagus. Kamu melakukannya sangat baik. Sangat bagus,” puji Li, tanpa disangka.
Dan dengan heran, Jin Yuan tersenyum.
Ditengah
derasnya hujan, Lin Qian berlari pulang. Dan disaat itu, sebuah mobil besar
berhenti didekatnya, lalu seorang Pria berbaju hitam turun dan memayungin Lin
Qian. Melihat si Pria, Lin Qian tampak sangat terkejut.
Diapartemen.
Ketika sedang berbaring disofa, Zhi Cheng tiba- tiba mendapatkan sebuah sms.
Lalu melihat isi pesan yang didapatnya, Zhi Cheng langsung bangkit dan duduk.
Setelah
selesai mandi dan mengeringkan diri, Yayi mendekati Lin Qian dan menanya-
nanyai tentang si Pria tersebut. Dan Lin Qian pun menawarkan diri untuk
mengenalkan Yayi dengan si Pria tersebut. Lalu sambil tertawa malu- malu, Yayi
berbisik pelan bahwa dia tidak bisa menanganin Pria setampan itu.
“Kak,
mengapa kamu tidak bilang kamu bakal datang,” kata Lin Qian menyapa si Pria
tersebut, yang ternyata adalah kakaknya. Dan dengan malu- malu, Yayi ikut
menyapa.
“Aku
pulang dalam perjalanan bisnis dan mengunjungin mu,” jelas si Kakak. Kemudian
dia melihat Lin Qian sesaat dan menanyakan kenapa hidup Lin Qian begitu
menyedihkan sekarang.
Dengan
sikap bingung, Lin Qian dan Yayi saling bertanya- tanya dengan heran, karena
mereka merasa hidup mereka tidak menyedihkan.
“Kak,
bagaimana bisa kamu mengkritik ku segera setelah kamu melihatku? Kamu hanya
melihatku sekali setahun dan kamu mengkritiku setiap waktu,” kata Lin Qian
sambil bertingkah manja kepada kakanya.
Namun
tanpa berbasa- basi, si Kakak mengabaikan itu. Dengan sikap serius dia membahas
bahwa kini Lin Qian telah tahu susah nya menjadi seorang pengusaha. Dan dia
ingin Lin Qian iktu kembali bersama dengan nya. Namun Lin Qian menolak.
Si
Kakak menjelaskan bahwa apa yang harus Lin Qian lakukan adalah melanjutkan
pendidikan. Dan dengan sikap keras kepala, Lin Qian langsung memotong bahwa dia
tidak ingin mengikuti jejak kakaknya, dia ingin melakukan nya sendiri, karena
dia memiliki rencana nya sendiri.
“Contohnya?”
tanya si Kakak.
“Contohnya,
aku ingin menjadi seperti Christian Dior. Aku ingin membangun sebuah brand
fashio China yang besar,” jawab Lin Qian dengan percaya diri. Dan Yayi
mengacungkan dua jempolnya, tanda setuju.
“Tolong
jangan menghina Christian Dior,” tegas si Kakak. “Apa Christian Diro sebuah
toko online kecil seperti milikmu?” lanjut si Kakak, bertanya.
Lin
Qian langsung menjelaskan agar si kakak jangan memandang remeh toko online nya.
Perfomance mereka sangat stabil. Penjualan mereka terjual habis. Setiap Customer
memberikan mereka rating bintang lima. Dan Toko mereka memiliki fans yang baik.
Dan Yayi membenarkan.
Si
Kakak langsung membahas tentang fans yang Lin Qian masuk, orang yang dari
lapisan kedua dan ketiga yang memperdulikan tentang beberapa dolar pengiriman
gratis. Menurutnya bisnis adalah bisnis. Jadi ketika Customer Lin Qian adalah
grup yang seperti itu, maka Design Lin Qian akan mengalami dampaknya. Tapi jika
Lin Qian menjadi seorang dari desaigner brand teratas, maka customer Lin Qian
adalah orang dengan selera tinggi di dunia.
“Mereka
akan membantu mu untuk membuat design mu lebih baik,” jelas si Kakak.
Lin
Qian diam karena tidak bisa membalas. Kemudian si Kakak menceritakan tentang
Client barunya yang adalah seorang designer brand fashion ternama dan kini
Clientnya itu sedang mencari seorang asistan Designer.
“Setelah
aku selesai dengan urusan ku beberapa
hari disana, kamu harus ikut kembali dengan ku untuk wawancara. Itu saja,”
jelas si Kakak dengan tegas.
Setelah
selesai membicarakan tentang niatnya, si Kakak menawarkan mereka makanan. Dan
dengan bersemangat, Yayi langsung mau. Tapi Lin Qian menolak untuk ikut makan,
dengan alasan sibuk, jadi dia tidak mempunyai banyak waktu.
“Jika
kamu sudah selesai disini, kamu bisa pergi sekarang,” kata Lin Qian. Dan Yayi
pun jadi merasa tidak enak. Sementara si Kakak hanya tersenyum saja.
Zhi
Cheng datang ke kantor polisi untuk melihat data penyebab kematian kakaknya.
Disana seorang polisi yang menemaninnya menjelaskan bahwa Zhi Qian meninggalkan
akibat tenggelam dan hasil autopsi menemukan dosis alkohol yang tinggi.
“Kakak
ku tidak pernah mabuk,” kata Zhi Cheng, tidak percaya.
“Tidak
ada racun di tubuh Li Zhi Qian. Hanya alkohol,” jelas si Polisi, menegaskan.
Zhi
Cheng mengatakan bahwa bisa jadi ada seseorang yang memaksa Kakaknya minum.
Tapi si Polisi membantah hal tersebut, karena jika memang ada orang yang
memaksa Zhi Qiang minum, maka harus nya ditemukan jejak perlawanan saat Zhi
Qian sadar. Tapi hasil autopsi tidak menunjukan apapun yang seperti itu.
Zhi
Cheng kemudian menanyakan hape Kakaknya. Dan si Polisi menjelaskan bahwa mereka
memang ada menemukan hape Zhi Qian, tapi itu sudah rusak karena basah dan
sekarang mereka sedang mengetesnya.
Zhi
Cheng bertanya lagi, apa ada rekaman keamanan. Tapi sayangnya tidak ada, karena
tempat kejadian terlalu terisolasi, jadi disana tidak ada kamera keamanan
apapun. Namun kamera keamanan yang lain menunjukan bahwa sebelumnya Zhi Qian
baik- baik saja mengemudi.
Zhi
Cheng menghela nafas dan menceritakan kenangannya. “Ketika aku terlibat masalah
seperti seorang anak kecil, dia selalu menutupi nya untukku. Dan juga yang
menyelesaikannya. Dia berani, tapi sangat waspada. Dia juga sangat disiplin.
Juga memiliki harga diri tinggi.”
“Aku
mengerti bagaimana perasaanmu. Tapi kalian mungkin sudah terlalu lama tidak
saling bertemu. Manusia bisa berubah,” balas si Polisi.
“Jika
dia berubah, dia tidak akan berakhir seperti ini,” kata Zhi Cheng sambil menlap
matanya.
Zhi
Cheng mengembalikan dokumen yang telah dilihatnya tersebut kepada si Polisi.
Kemudian dia meminta agar si Polisi bisa mencari tahu lebih dalam lagi, karena
dia tidak percaya kalau kematian Kakaknya adalah kecelakaan. Dan si Polisi
mengiyakan, lalu Zhi Cheng pun mengucapkan terima kasih.
Lin
Qian sedang dalam perjalanan ke Wenda sambil membawa barang pesanannya. Didalam
mobil, Lin Qian mencoba untuk menghubungin seseorang bernama Ding Fei, tapi
nomor yang dihubunginya tidak bisa dihubungin. Lalu tiba- tiba Yayi
menelponnya, jadi Lin Qian pun mengangkatnya.
Yayi
memberitahukan beberapa kabar buruk. Komentar yang berada di dalam website
mereka semua nya sangat negatif. Rating toko mereka langsung jatuh dengan
tajam. Kemudian setelah selesai menjelaskan, Yayi menanyakan apa Lin Qian sudah
berhasil menghubungin teman Lin Qian tersebut.
Dan
saat Lin Qian menjawab belum, Yayi pun menjadi khawatir. “Bukannya aku mencoba
berkata sial, tapi bagaimana jika teman mu berbohong kepada kita?”
Lin
Qian tampak khawatir menjadi tidak bisa berkata- kata. Yayi kemudian
menyarankan beberapa ide, yaitu mengirimkan saja barang mereka. Karena menurut
perhitungannya, beberapa customer ceroboh sepertinya, biasanya ketika mereka
menerima pakaian seperti itu, mereka tidak bisa menceritakan kemana pun tentang
masalah ini.
Tapi
Lin Qian menolak, karena kualitas warna pakaian mereka sangat tidak bagus,
tidak sesuai standar. Dan Yayi pun menjelaskan tentang jumlah pakaian mereka
yang telah terjual, jika mereka harus membayar ganti rugi itu akan menjadi
sangat besar dan kini mereka sedang tidak memiliki cukup uang untuk membayar
nya.
“Kita
tidak boleh melakukan itu. Jika kita membiarkan mereka masuk ke pasar, itu sama
saja menghancurkan reputasi kita sendiri,” jelas Lin Qian dengan tegas dan
kebingungan juga.
Didepan
Wenda. Di dalam mobil. Mo Chen menunggu kabar dari anak buahnya yang masuk
kesana. Kemudian saat anak buah nya kembali dan melaporkan bahwa saat ini Zhi
Cheng sedang tidak berada di tempat. Mo Chen berpura- pura seperti kecewa.
“Sayang.
Jika dia ada disini, aku bisa bertemu dengannya. Mari kita selesaikan ini, bawa
Ace nya,” kata Mo Chen memberikan perintah. Dan si anak buah mengiyakan.
Si
Anak buah berjalan ke arah mobil yang berada dibelakang mobil Mo Chen. Dia
membuka pintu dan membiarkan seorang pria tua yang disebut Ace untuk keluar.
“Silahkan, inilah waktunya bagimu untuk bersinar,” jelas si anak buah dengan
sikap ramah. Namun si Ace tampak kebingungan.
Menaiki
motor besarnya. Zhi Cheng tiba di pintu belakang Wenda.
Didalam
kantor. Si Wakil memperhatikan kondisi diluar melalui jendela. Dengan cemas dia
menghubungin Zhi Cheng dan menanyakan dimana Zhi Chen saat ini. Lalu dia
memberitahukan bahwa situasi saat ini sangat intens sekali. Dan dengan ragu,
dia menanyakan apa Zhi Cheng yakin bisa menanganinnya.
“Drama
ini pasti memiliki seorang direktur. Dan aku akan menghancurkan
pertunjukannya,” jelas Zhi Cheng. Lalu dia mematikan sambungan telpon dengan si
Wakil. Dan masuk ke dalam Wenda.
Didalam
gudang. Zhi Cheng menemui seorang anak buahnya yang telah selesai menyiapkan
semua peralatan yang dibutuhkan. Kemudian Zhi Cheng pun duduk dan memperhatikan
melalui layar komputer tentang apa yang saat ini sedang terjadi diluar.
Kondisi
diluar Wenda sangat buruk. Para karyawan berdemo menggunakan spanduk dan
berbagai atribut lainnya. Dan dengan fokus Zhi Cheng memperhatikan semua itu,
kemudian dia menunjuk dua orang yang tampaknya mencurigakan.
“Apa
masalah mereka?” tanya si anak buah yang tidak mengerti.
“Mereka
menulis naskah dan mereka terus melihat nya. Mereka bahkan tidak mengingat
naskah nya,” jelas Zhi Cheng.
“Aku
akan menyuruh Ram untuk mengurus nya,” balas si anak buah.
“Mereka
hanya pemeran kecil. Pemeran utamannya masih belum muncul. Mereka sedang
menunggu waktu yang tepat,” jelas Zhi Cheng lagi.
Ditempat
lain. Wei Kai sedang menanda tanganin kerja sama dengan grup perwakilan dari perusahaan
asing. Dengan disaksikan oleh banyak wartawan serta reporter dan orang lainnya.
Sambil
mengangkat sebuah kotak, Lin Qian masuk ke dalam Wenda.
Si
anak buah mendekati mobil Mo Chen dan memberitahu bahwa Grup perwakilan sudah
meninggalkan Xin Baorui dan sedang dalam perjalanan kesini. Dan mengetahui hal
itu, Mo Chen memberikan perintah bahwa inilah waktu nya bagi si Ace melakukan perannya.
Dan si anak buah mengiyakan, lalu dia kembali ke dalam mobil belakang.
Didalam
gedung Wenda. Didepan lift. Dengan sikap khawatir, si Ace mengatakan bahwa Chen
harus memastikan keselamatannya.
“Jangan
khawatir. Aku tidak menginginkan siapapun mati,” kata Mo Chen menyanyikan si
Ace.
“Ok.
Kemudian aku akan melakukan apapun yang aku bisa,” balas si Ace.
Lin
Qian mendekati si Ace saat melihatnya, karena dia ingin menanyakan dimana
kantor Manager Ding. Namun karena si Ace sedang sibuk bertelponan, maka dia pun
hanya berdiri diam dibelakang si Ace. Dan saat si Ace menyadari keberadaannya,
maka Lin Qian pun langsung bertanya.
“Disebelah
sana. Dilantai lima. Lantai lima,” jawab si Ace.
“Terima
kasih,” balas Lin Qian, kemudian dia berjalan pergi.
Lin
Qian mendekati salah satu karyawan yang sedang bekerja. Dia menanyakan dimana
manajer Ding Fei saat ini. Namun ternyata Manajer Ding Fei baru saja keluar
dari perusahaan. Dan dengan sedikit tidak percaya, Lin Qian pun menjelaskan
masalahnya.
“Tidak
mungkin. Dia mengacaukan pesananku. Aku mau minta retur,” jelas Lin Qian.
“Pesanan?
Kami, Wenda, tidak pernah mengambil orderan kecil seperti milikmu. Ini mungkin
hal pribadi yang Ding Fei lakukan dibelakang kam. Dan masalah antara kalian
tidak ada hubungannya dengan Wenda. Jadi kamu seharusnya pergi mencari dia.
Jika tidak bisa, tuntut saja dia,” balas si Karyawan.
Lin
Qian menjadi kebingungan harus bagaimana. Dengan terpaksa dia pun berjalan
pergi. Namun Lin Qian bukan keluar dari dalam gudang, melainkan dia berjalan
masuk ke dalam gudang dan berkeliling di dalamnya.
Zhi
Cheng dan anak buahnya tampak heran melihat Lin Qian yang berjalan didalam
gudang sendirian sambil mengangkat sebuah kotak. Dan untuk memastikan, maka Zhi
Cheng pun turun ke bawah. Sementara anak buahnya terus mengawasi melalui layar.
Si
Ace pergi ke atas atap gedung Wenda sambil membawa sesuatu.
Saat
manajer Ding tiba- tiba menghubunginnya, Lin Qian segera mengangkatnya. Dia
menjelaskan bahwa saat ini dia sedang berada di Wenda dan dia mendengar kabar
kalau Manager Ding telah berhenti bekerja.
Dan
dengan santainya, Manajer Ding mengiyakan, dia mengatakan bahwa saat ini Wenda
sedang dalam masalah, jadi tentu saja dia berhenti.
“Tapi
barang yang kamu kirim kan padaku bermasalah,” keluh Lin Qian.
“Aku
kan sudah mengirimkan pakaianmu,” balas Manager Ding.
“Tapi
bahan yang digunakan tidak sama seperti sample ku,” jelas Lin Qian.
“Wenda
sedang kacau sekarang. Kamu harusnya senang, karena kamu bahkan bisa
mendapatkan pesananmu,” balas Manajer Ding.
Lin
Qian membalas bahwa dia tidak peduli dengan Wenda. Yang dia pedulikan adalah
Manager Ding harus bertanggung jawab. Tapi Manajer Ding sama sekali tidak mau
tahu ataupun bertanggung jawab, lalu dia mematikan telponnya.
“Halo!
Halo! Brengsek!” teriak Lin Qian.
Zhi
Cheng yang mendengar itu, dia menanyakan apa yang sedang Lin Qian lakukan
disini. Dan saat Lin Qian berbalik ke arahnya, Zhi Cheng pun teringat akan
kejadian dimana dia menyelamatkan Lin Qian dulu. Namun Lin Qian yang tidak
mengenali Zhi Cheng, dia tidak mau menjawab dan berjalan pergi sambil
mengangkat kotaknya.
“Berhenti!”
perintah Zhi Cheng.
Lin
Qian berhenti berjalan dan berbalik ke arah Zhi Cheng. Saat Zhi Cheng
menanyakan apa dia bekerja disini, Lin Qian tidak menjawab dan balas bertanya.
Dan ketika Zhi Cheng mengiyakan, Lin Qian langsung bersemangat, dia meletakan
kotaknya diatas meja, lalu berjalan mendekati Zhi Cheng.
“Bagus.
Aku mau mencari manager mu, Ding Fei. Dia menipuku. Beritahu aku apa yang harus
aku lakukan,” jelas Lin Qian.
“Beritahu
aku, apa yang dia lakukan padamu?” balas Zhi Cheng.
Lin
Qian menjelaskan semuanya. Manager Ding menerima orderannya menggunakan nama
Wenda. Mereka berdua telah menyepakati bahannya. Jenis kain yang harus
digunakan telah tertulis di dalam kontrak mereka. Namun ternyata bahan yang
digunakan berubah, Ding menolak untuk bertanggung jawab dan telah keluar dari
perusahaan.
“Jadi
siapa yang akan membayar ganti rugi padaku?” jelas Lin Qian.
“Kamu
pasti salah. Wenda tidak pernah membuat jenis uang kotor seperti itu,” balas
Zhi Cheng, tidak percaya dengan penjelasan Lin Qian.
Karena
Zhi Cheng tidak percaya padanya, maka Lin Qian pun menunjukan barang orderan
yang di terimanya. Pertama baju berbahan yang seharusnya digunakan, yang telah
disetujui bersama. Kedua baju berbahan luntur yang di produksi oleh Wenda.
“Aku
ingin yang 120 jumlah benangnya, tapi hasil akhirnya 160 jumlah benangnya yang
digunakan,” jelas Lin Qian.
“Bukankah
160 lebih mahal daripada 120? Mungkin gudang kehabisan stok, jadi mereka
menggunakan kain yang lebih baik, jadi harusnya tidak rugi,” balas Zhi Cheng
tidak mengerti.
Lin
Qian tampak kebingungan, karena Zhi Cheng seperti seorang pemula dalam bidang
ini. Kemudian Lin Qian pun menjelaskan, kain dengan jumlah benang lebih tinggi,
itu lebih lembut tekstur nya, tapi mudah berkerut, dibandingkan dengan jumlah
benang yang lebih rendah.
“Lihat,
aku membuat pakaian musim panas. Jika mereka menggunakan yang 160, bukankah
bahannya akan menempel ketika orang yang memakainya berkeringat? Dan yang
paling penting, ini luntur! Lihatlah, luntur!” jelas Lin Qian dengan
bersemangat.
“Bukan
yang lebih mahal yang lebih baik. Tapi yang pas!” jelas Lin Qian. Dan Zhi Cheng
tersenyum mendengarkannya, karena tampaknya Lin Qian banyak tahu. Dan Lin Qian
membalas bahwa dia hanya suka saja, makanya tahu.
Zhi
Cheng menyebut Lin Qian sebagai ahli kain. Dan Lin Qian pun memberitahu kan
bahwa dirinya adalah desaigner, seseorang yang banyak tahu tentang kain. Karena
kain adalah jiwa dari desain fashion.
Karena
Zhi Cheng hanya diam saja dan masih tampak tidak mengerti. Maka Lin Qian pun
tidak mau banyak menjelaskan lagi.
Diperjalanan.
Di dalam mobil. Wei Kai tiba- tiba saja mendapatkan sebuah pesan. Lalu dia
menyuruh supir nya untuk tidak kembali ke kantor. Dan menuju ke Perusahaan
Fashion H saja. Dan si supir pun mengiyakan.
Zhi
Cheng menanyakan berapa nilai uang yang disepakati didalam kontrak. Dan sambil
melihat kain yang ada disana, Lin Qian menjawab 50 ribu dengan cuek. Lalu
kemudian dia menanyakan kepada Zhi Cheng apa kain yang berada di atas meja ini
tidak digunakan lagi.
“Jika
kamu bisa memberikan beberapa rol kain ini, aku bisa menurunkan nya menjadi 20
ribu,” kata Lin Qian.
“Deal,”
balas Zhi Cheng tanpa ragu.
Zhi
Cheng kemudian meminta Lin Qian menambahkannya di We Chat, dan dia akan
langsung mentrasferkan uangnya. Dan Lin Qian pun menjadi heran, karena Zhi
Cheng bukanlah bos. Namun Zhi Cheng meminta agar Lin Qian mengikuti
perkataannya saja.
“Kamu
akan memberikan uang padaku?” tanya Lin Qian dengan masih ragu.
“Ya,”
balas Zhi Cheng dengan tegas.
“Kemudian
Bos mu akan setuju memberikan kain ini padaku?” tanya Lin Qian lagi.
“Tentu
saja,” tegas Zhi Cheng.
Tanpa
menanyakan apapun lagi, Lin Qian pun mengeluarkan hapenya dan menambahkan Zhi
Cheng di We Chat. Lalu dia mengatakan bahwa tampaknya. Dan Zhi Cheng tersenyum
kecil mendengar itu.
Si
Ace berdiri di ujung atap. Kemudian seorang pemeran kecil yang berada dibawah,
dengan sengaja dia berteriak bahwa ada seseorang diatas. Sehingga semua orang
pun langsung menatap ke atas.
“Keamanan!
Keamanan! Cepat! Ada sesuatu yang terjadi diatap!” teriak seorang karyawan yang
berada di dalam gudang. Dan mendengar itu, Zhi Cheng pun segera berlari pergi.
Lalu karena Zhi Cheng belum ada sempat mentransfer uang, maka Lin Qian pun
berlari menyusulnya.
“Eh,
transfer kan uang nya padaku dulu!” teriak Lin Qian.
Si
Ace menurunkan sebuah spanduk merah besar.
Mo
Chen keluar dari dalam mobilnya untuk melihat. Dan kemudian dia mengomeli anak
buahnya,” Aku sudah bilang, aku ingin spanduk nya menjadi sejelas dan sekentara
mungkin. Tapi itu tulisannya malah terlalu kecil untuk difoto! Menghabiskan
kain saja!”
“Aku
minta maaf, Boss Chen. Itu tidak akan terjadi lagi,” balas si anak buah dengan
kepala yang tertunduk.
Saat
sampai diluar gedung. Dan melihat si Ace yang sedang berada di atas atap, Lin
Qian langsung mengingat dia. Kemudian Lin Qian menjelaskan kepada Zhi Cheng
bahwa saat dia berada di dekat eskalator, dia mendengar si Ace sedang berbicara
di telpon.
“Dia
mengatakan seperti … mm… Boss Chen menjanjikan keselamatannya,” kata Lin Qian mengingat-
ingat. Lalu dia pergi ke arah kemurunan untuk melihat lebih dekat.
“Monkey,
selidiki indentitas yang dipecat dan cari tahu siapa yang berada diatas atap,”
kata Zhi Cheng memberikan perintah kepada anak buahnya.
Seorang
pria berbaju hitam. Dia berdiri di tengah kerumunan dan memotret Ace yang
berada di atas. Kemudian setelah itu, dia menjauh dan dia mencari data mengenai
si Ace di laptopnya.
Tags:
Our Glamorous Time
Lnjut truz mb...klihatannya seruuu
ReplyDeleteSuka..suka..lanjut y kak..mkasihh
ReplyDeleteLnjut kk,,
ReplyDelete