Sinopsis Lakorn : Happy Birthday Episode 09-2


Sinopsis Lakorn : Happy Birthday Episode 09-2
Images by : GMM Tv
Tee tersentak melihat sosok Tharnnam di dalam tubuh Tonmai.
“Kau benar-benar Tharnnam?”
Tharnnam dalam tubuh Tonmai mengangguk.
Tee mendekat, dia memegang wajah Tharnnam dengan rasa haru menyelimuti dirinya. Mata Tharnnam juga berkaca-kaca melihat Tee di depannya dan bisa memegangnya langsung. Tee memeluknya, melepas segala kerinduannya selama ini.
“Aku minta maaf membuatmu hingga seperti ini.”
“Jangan salahkan dirimu sendiri, Tee. Ini bukan salahmu. Tapi aku senang dapat melihatmu lagi.”
Mereka saling menangis dalam pelukan masing-masing.
--

Saat jam isitirahat, Tonmai belum juga kembali ke kelas. Salah seorang siswi dengan heboh masuk kelas dan memberitahu kalau Tee datang. Semua termasuk Noina langsung heboh berlarian keluar kelas untuk melihatnya. Pak Tai yang juga ada di lorong kelas untuk mengantar fotocopy-an melihat hal itu.

Semua melihat Tee yang berlari dengan Tonmai (yang di rasuki Tharnnam). Dan semua mereka hal itu. Pana yang melihatnya juga kaget. (Jika di lihat dari sudut pandang Tee, dia sedang berlari bersama dengan Tharnnam, dan hal itu terlihat romantis. Tapi, kalau di lihat dari sudut pandang orang normal, mereka jadi terlihat seperti ga*).
Wajah Tee saat berlari benar-benar bahagia. Dan dia terus berlari hingga keluar gerbang sekolah. Pak Tai terlihat tidak nyaman melihatnya. Dan Pana juga tampaknya tidak menyukai hal itu.
--
P’Look dan ibunya sedang memberi makan kelinci. Dan saat itu, Look mendapat pesan gambar yaitu Tee yang sedang berlarian dengan Tonmai. Dan orang yang mengirim gambar itu langsung menelpon dan bertanya kalau foto itu sangat jelas dan itu jelas adalah Tee. Dia menyindir mengenai Tee yang cepat kali pulang dari luar negeri. Si reporter yang menelpon bahkan menyuruh Look untuk belajar    berbohong lebih baik lagi.
“Jadi, Tee itu gay, kan?”
“Terimakasih atas perhatianmu,” jawab Look dengan ketus dan mematikan ponselnya.
Look langung pamit pada ibu untuk pergi menemui Tee sekarang. Ibu jelas penasaran, tetapi Look tidak mau menjelaskannya.
--
Tee membawa Tharnnam ke stasiun kereta dan terus menggenggam tangannya. Dia tidak mau melepaskannya walau Tharnnam menyuruhnya untuk melepaskannya.
“Aku tidak mau kau menghilang lagi,” ujarnya. “Aku minta maaf. Ketika kau hidup, kenapa kau tidak memberitahuku sama sekali mengenai kesulitan yang kau hadapi? Aku tahu hal itu setelah kau pergi. Dan aku juga membuatmu berada dalam posisi yang sulit. Jika aku tahu, aku pasti akan membantumu.”
“Jangan salahkan dirimu sendiri, Tee. Ini salahku menyembunyikannya. Aku tidak ingin kau tahu hal buruk yang terjadi di hidupku. Aku tidak ingin kau merasa bersalah padaku. Aku hanya ingin kau mencintaiku. Dan merasa bahagia saat bersamaku. Aku juga ingin berbagi mimpi denganmu. Mari lupakan yang telah terjadi. Sekarang, kita bertemu lagi. Mari habiskan saat ini dalam kebahagiaan.”
Tee mencoba tersenyum. Dan dia meminta maaf atas malam itu, karena tidak datang menemui Tharnnam, dan pasti Tharnnam menunggunya sangat ramah. Tharnnam mencoba tertawa dan membenarkan hal itu, dia bahkan bercanda kalau tubuhnya sampai bengkak di gigiti nyamuk.
“Setelah aku pergi, apa yang kau lakukan?”
“Aku… merindukanmu setiap hari. Terlalu banyak yang ku pikirkan mengenaimu.”
“Biar ku kasih tahu, saat melihatmu untuk pertama kalinya lagi adalah saat kau syuting acara reality show di sekolah. Aku sangat terkejut melihatmu menjadi superstar. Aku selalu tahu kalau kau bisa menjadi superstar, tapi aku tidak sangka. Dan lihat sekarang, kau punya banyak fans yang memujimu, dan di cintai banyak orang. Awalnya aku berpikir kau akan fokus menjadi atlet. Aku tidak pernah tahu kau akan menjadi artis.”
“Aku menjadi artis karena memikirkanmu.”
Tharnnam terharu mendengarnya. Mereka mulai bercanda hingga Tharnnam bertanya serius, apa Tee punya pacar?
“Aku hanya memilikimu. Tidak ada lagi tempat di hatiku yang tersisa untuk orang lain. Bagaimana denganmu? Apa yang kau lakukan? Bagaimana rasanya menjadi hantu?”
“Sangat membosankan. Kau tahu, aku terkurung di kamarku lebih dari 10 tahun. Dan aku kemudian menyadari kalau Tonmai tidak merayakan perayaan ulang tahun, aku merasa lebih bersalah lagi.”
“Tonmai tidak merayakan ulang tahun? Apa maksudnya?”
“Tonmai lahir di hari aku meninggal. Jadi ayah kami tidak pernah membuat pesta ulang tahun untuknya,” sedih Tharnnam. “Bahkan hadiah ulang tahun tidak pernah di dapatkannya. Kau tahu, jika aku tidak bertemu dengan Tonmai, aku tidak akan bisa berbincang denganmu seperti ini. Aku tidak akan bisa melihat dunia, sekolah, ayahku, Pana dan Pak Tai.”
“Jadi, kita berhutang pada Tonmai.”
“Benar. Jadi, kau harus menjaganya seperti saudaramu.”
Tee mengiyakan. Tee kemudian memberitahu pikirannya, kalau dia selalu berpikir, kalau saat itu dia datang menemui Tharnnam, apa yang akan terjadi? Apa mereka akan melihat meteor? Pergi ke Chiangmai? Tharnnam meminta Tee melupakan masa lalu, yang penting mereka sudah bertemu sekarang. Dan hal itu sudah membuatnya bahagia.

Dari jauh, petugas rel melihat Tonmai yang bersandar di bahu Tee.
--
Dua orang siswi datang ke toko Pak Tai untuk fotocopy. Sambil menunggu bukunya di fotocopy, mereka bergossip mengenai hashtag #Teelovesyoungboy di Twitter yang sedang booming, dan banyak orang nge-ship Tee dan Tonmai sekarang. Mereka jadi merasa kalau mereka berdua adalah pasangan dan mungkin sudah tidur bersama. Pak Tai ikut nimbrung dan berpendapat kalau mereka mungkin hanya melihat satu sama lain sebagai saudara, jadi tidak ada yang aneh. Siswi itu membantah, karena sebelumnya sudah tersebar foto Tee dan Tonmai di rel kereta, tetapi tidak jelas, dan sekarang mereka sudah melihatnya dengan mata kepala mereka sendiri tadi. Pak Tai hanya tersenyum kecil.
--
Look dalam perjalanan menuju rumah Tee. Dia menelpon Pana dan bertanya apa yang terjadi. Pana juga tidak tahu dan tidak mengerti apa yang Tee pikirkan. Look memberitahu kalau dia sedang dalam perjalana ke rumah Tee dan mungkin akan menginap. Dia akan menemui Pana besok hari.
--
 Tee dan Tharnnam sudah selesai jalan-jalan dan pulang ke rumah. Tee bertanya apa besok dia masih bisa bertemu dengan Tharnnam? Tharnnam tidak bisa memastikannya karena dia harus bertanya dulu pada Tonmai, takutnya Tonmai malah kehilangan privacy.
“Kapanpun kau melihat Tonmai, aku ada di sebelah kamarnya. Aku harus pulang sekarang atau nanti ayahkubisa melihat kita,” ujar Tharnnam.
Dan Tee menciumnya (astaga!!! Walau dia melihat sosok Tharnnam, dan merasa mencium Tharnnam, tapi di mata orang dia kan mencium seorang pria, Tonmai). Tharnnam merasa terkejut, tetapi di sisi lain juga merasa bahagia.

Mereka sudah pulang ke rumah. Dan Tonmai memegang bibirnya dengan terkejut mengetahui dia berciuman dengan Tee. Tharnnam malah dengan tenang menyuruhnya untuk menganggap itu sebagai pengalaman baru. Atau anggap saja sebagai latihan sebelum mencium Noina. Tonmai tetap tidak terima.
“Ayo buat perjanjian. Aku biarkan kau menyentuh tanganku (merasuki) hanya satu hari dalam seminggu. Dan selama hari itu, aku biarkan kau melakukan apapun yang kau inginkan.”
“Setuju. Hari apa itu?”
“Bagaimana dengan hari Sabtu.”

Dan Tharnnam setuju. Tiba-tiba saja pembicaraan mereka harus terhenti karena Chet masuk ke dalam kamarnya dengan Orn. Chet tampak sangat marah dan bertanya kemana saja Tonmai hari ini? Dia mendapat laporan kalau Tonmai bolos dari sekolah hari ini. Chet dengan kasar menjawab kalau itu bukan urusan Chet. Orn sampai kaget dengan jawaban Tonmai dan menegurnya untuk sopan pada ayahnya.
“Aku sudah bilang, jauhi dia.”
“Itu bukan urusanmu. Ini hidupku. Aku akan lakukan apa yang ingin ku lakukan. Kau tidak punya hak untuk memerintahku.”
Tharnnam sampai terkejut melihat Tonmai yang melawan ayah. Chet benar-benar marah dan menampar Tonmai. Tonmai marah dan hendak pergi, tetapi Chet menahannya pergi. Orn tidak tahan hanya dia melihat, dia menyuruh mereka untuk berhenti bertengkar.
“Mau sampai kapan kalian bertengkar hanya karena orang yang sudah mati?! Orang mati tidak akan merasakan apapun lagi. Tapi, aku masih hidup. Aku masih di sini, dan apa kau peduli padaku?!” marah Orn dan keluar dari kamar Tonmai.
Chet, Tonmai dan Tharnnam terdiam, tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Chet akhirnya keluar dari kamar Tonmai. Tonmai menutup pintu kamarnya. Dan Tharnnam menangis sedih. Dia meminta maaf pada Tonmai. Tonmai membelainya dan menggeleng seolah mengatakan itu bukan kesalahan Tharnnam.
--
Orn masuk ke dalam kamarnya dengan menangis. Dia mengingat suatu kejadian di masa lalu.

Flashback
Orn keluar dari kamar untuk menemui Ibu Tharnnam yang menunggunya di luar gerbang. Saat dia keluar, ibu Tharnnam langsung menamparnya dengan marah karena Orn menikahi Chet, padahal sebelumnya Orn bilang tidak akan menikahi Chet.
“Aku dan P’Chet sudah saling mencintai sebelum kau muncul.”
“Tapi, kami sudah punya anak bersama.”
“Tapi, dia tidak memilihmu,” jawab Orn dengan dingin. “Kapan kau bisa menerima hal itu? Tidak peduli apapun yang kau lakukan, dia tidak akan pernah memilihmu. Dan dia tidak akan mencintaimu.”
“Putriku butuh seorang ayah.”
“P’Chet akan menyanyangi putrimu tetapi dia tidak akan mencintaimu. Dan hentikan apapun yang ingin kau lakukan sekarang. Mari hidup terpisah mulai dari sekarang. Jangan pernah datang ke keluarga ku lagi,” usir Orn.
Ibu Tharnnam benar-benar marah pada perkataan Orn. “Suatu hari, jika kau punya anak, aku harap kau akan menderita seratus bahkan seribu kali daripadaku. Aku harap kau berada dalam penderitaan dan cinta yang kau dapatkan akan menghancurkan hidupmu!”
--
Dan Orn mulai bertengkar dengan Chet. Di sana juga ada Tharnnam.
“Aku tidak menghalangimu jika kau ingin membelikan apa saja pada Tharnnam. Tapi kali ini, dia mencoba mencuri uang,” marah Orn.
Chet menyuruh Tharnnam untuk masuk ke dalam kamar. Tharnnam menurut, dia naik ke atas, tetapi tidak masuk ke dalam kamar dan hanya berdiri di depan pintu. Chet berusaha membela Tharnnam di depan Orn, dia berkata kalau Tharnnam hanya ingin membeli jam sama seperti remaja lainnya. Uang yang hilang tidak berarti, dia masih bisa mencarinya lagi. Orn tidak setuju.
“Sejak dia tinggal di sini, kau menghabiskan banyak uang untuk membeli segalanya untuknya. Dan aku tidak pernah menyalahkanmu. Tapi, bagaimana dengan bayi kita yang belum lahir? Uang itu adalah uang yang kita simpan untuk bayi kita.”
“Apa Tharnnam bukan anak kita? Kita sudah setuju kalau kita tidak akan membuat Tharnnam menjadi anak yang bermasalah.”
Orn kesal dan melihat ke atas. Dia menatap Tharnnam dengan penuh kemarahan.
--

Setelah Tharnnam meninggal, Chet menghabiskan waktu di kamar dan hanya menatap foto Tharnnam. Orn masuk dan Chet meminta maaf karna tidak bisa menjemput Orn dari rumah sakit. Orn dapat mengerti kesedihannya, dan tidak mempermasalahkan hal tersebut.
“Tharnnam meninggal. Anak kita. Anak kita meninggal, Orn. Tharnnam… dia meninggal,” ulang Chet berulang kali.
End
Chet masuk ke dalam kamar dan melihat Orn yang masih menangis. Mereka duduk saling membelakangi.
“Aku tidak pernah melanggar janji yang ku buat. Apa kau ingat, kau minta padaku apakah aku bisa menjadi ibu untuk anakmu? Tidak ada satu haripun, aku tidak mencobanya. Tapi sekarang, dapatkah aku bertanya, berapa anak yang kita punya?”
Chet diam sebelum menjawab, “Aku punya 2 orang anak.”
“Dan aku hanya punya 1 orang anak. Dan aku tidak bisa kehilangannya.”
--
Tharnnam akhirnya berhenti menangis dan dia sekali lagi meminta maaf pada Tonmai. Tonmai menyuruh Tharnnam untuk berhenti sedih, dia tidak mau melihat Thnarnnam sedih. Dia meminta Tharnnam melupakan yang sudah terjadi.
“Aku tidak bisa melupakannya. Aku sudah memutuskan, aku akan memperbaiki yang terjadi di masa lalu. Apa kau bisa membantuku?” tanya Tharnnam.
Tonmai mengangguk.
“Tonmai, dapatkah kau tidak melawan pada ayah dan ibu lagi? Aku mohon.”
“Ayah tidak pernah peduli padaku. Dan ibu terus membuatku merasa seperti kau tidak penting, seperti kau adalah orang lain. Aku tidak suka itu.”
“Jangan marah padanya, Tonmai. Dia hanya peduli padamu. Dia melakukan itu karena dia mencintaimu. Kau masih mempunyai ibu yang mencintaimu dan selalu berada di sisimu setiap waktu. Bukankah itu cukup bagus? Dia hanya ingin menjadi ibu yang baik. Jika dia melakukan sesuatu yang tidak kau sukai atau kau sukai, tapi dia tetap ada di sisimu.”
“P’Tharnnam, dapatkah aku bertanya sesuatu? Kau dan aku… punya ibu berbeda, kan?”
Tharnnam terdiam. Dia mengangguk. Dan Tonmai bertanya dimana ibu Tharnnam sekarang? Tharnnam juga tidak tahu. Tharnnam menyadarkan kepalanya ke bahu Tonmai. Dan Tonmai berkata walau begitu, Tharnnam tetaplah kakaknya karena mereka punya ayah yang sama. Tharnnam terharu mendengarnya.
--
Esok hari,
Seorang wanita dengan penampilan mewah, kacamata hitam dan mobil putih datang ke depan rumah Pak Tai. Pak Tai yang melihat mobil itu, menyapa wanita itu dan bertanya ada yang bisa di bantu?
Wanita itu melepaskan kacamatanya, “Sawasdee ka, Pak Tai,” ujar wanita itu, Ibu Tharnnam.
“Wan!” kaget Pak Tai.
Bersambung


Post a Comment

Previous Post Next Post