Sinopsis
Lakorn : You Are Me episode 20 – 1
Images by : Channel 3
sinopsis di tulis oleh : Chunov (nama
samaran) di blog k-adramanov.blogspot.com
Khun
Wiset sedang berselingkuh dengan Praw, dan dia mendapat telepon dari anak
buahnya yang melapor kegagalannya membunuh Siriya. Khun Wiset jelas marah, tetapi
Praw yang tidak tahu apa yang terjadi, menghibur Khun Wiset.
--
Da
dan Na menunggu di depan ruang UGD dengan cemas. Khun Pawinee, Khun Nat dan
Khun Pa tiba tidak lama kemudian dan bertanya apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa
Thi bisa tertembak?
“Hal
ini… kalian harus bertanya kepada Siriya,” ujar Da dan menatap Siriya dengan
tajam.
“Seseorang
mencoba membunuhku. Tetapi, Khun Thi datang dan menyelamatkanku. Itulah kenapa
dia tertembak.”
“Seseorang
mencoba menembakmu di dalam perusahaan?” kaget Khun Pawine.
Dan
Da mulai marah – marah menyalahkan Siriya yang membuat hidup Thi berada dalam
bahaya. Dia bahkan berkata kalau sejak kedatangan Siriya, keluarga Sutharak
terus mengalami hal buruk. Jika sesuatu terjadi pada Thi, Siriya harus
bertanggung jawab!
“Kalian
semua lah yang harusnya bertanggung jawab,” balas Na. “Jika bukan karena salah
satu dari kalian berusaha membunuhku, Khun Thi tidak akan berada dalam posisi
seperti ini.”
Dokter
keluar tidak lama kemudian dan memberitahu kabar baik. Untungnya peluru tidak
mengenai titik vital dan Thi tiba tepat waktu di rumah sakit, sehingga nyawanya
tidak terancam bahaya.
Setelah
dokter pergi, keluarga Sutharak termasuk Na pindah menunggu di ruang tunggu
rumah sakit. Dan saat itulah Da mulai membahas sesuatu pada Siriya.
“Ketika
aku tiba di tempat kejadian, aku melihat Siriya mampu berjalan,” beritahu Da.
Semua
jelas bingung dengan maksud Da. Dan Na bingung harus membuat alasan apa. Da menekankan
kalau dia melihat hal itu dengan mata
kepalanya sendiri. Semua menuntut penjelasan Siriya. Da juga terus memojokkan Siriya
yang telah berbohong tidak bisa berjalan. Pa juga menuduh Siriya berpura-pura
lumpuh agar di kasihani. Dan bisa saja tuduhan Siriya bahwa mereka adalah pelaku
penembakan, semuanya adalah bohong.
“Itu
tidak benar. Aku benar-benar di serang hingga aku tidak bisa berjalan,” tekan
Na.
“Maka
buktikan hal itu. Karena kita ada di rumah sakit sekarang, dokter mungkin bisa
memberikan jawabannya,” tantang Khun Nat.
Dalam keadaan genting tersebut, Krit tiba. Dia membawa surat dokter karena sudah menduga kalau keadaan seperti ini mungkin akan terjadi. Surat yang di bawanya bukan hanya informasi dari dokter mengenai keadaan Siriya tetapi juga terapist yang telah mengobati Siriya selama 2 tahun ini. Dan tertulis kalau Siriya memang ada kemungkinan bisa berjalan lagi.
“Bagaimana
kami bisa percaya padamu? Kau bisa saja memalsukan dokumen tersebut untuk
melindungi boss-mu,” tuduh Khun Nat.
“Jika
Anda tidak percaya, Anda dapat menelpon dokter tersebut,” ujar Krit. “Ini
dokumennya. Dan aku ada menulis nomor dokternya. Silahkan telepon. Dengan begitu
kau akan tahu kalau aku tidak berbohong.”
“Kenapa
kau tidak bilang, dan malah tampak bingung?” marah Da.
“Sejak
kapan kau bisa berjalan? Kenapa tidak beritahu?” tanya Khun Pawinee.
“Baru
saja. Tapi, aku belum lancar. Aku tidak beritahu karena aku tidak mengira kalau
kalian akan tertarik. Tapi kalau kalian masih belum percaya, kalian bisa
bertanya pada Khun Thi saat dia sudah sadar. Karena Khun Thi pernah membawaku
untuk pemeriksaan untuk memastikan kalau aku lumpuh. Dan yang lebih penting
lagi, Khun Thi juga tahu kalau aku melakukan terapi jalan dan mungkin bisa
berjalan lagi.”
Semua
langsung diam, tidak tahu harus berkata apa lagi. Mereka hanya menatap tajam
pada Siriya.
--
Krit
membawa Na ke tempat sepi. Dia berkata kalau kita beruntung karena Ya telah
hampir bisa berjalan, jadi dia bisa meminta dokumen tadi untuk keadaan darurat.
Kalau tidak, kebohongan mereka pasti telah ketahuan. Na berterimakasih atas
bantuan Krit.
Krit
kemudian bertanya, apa Na ada melihat wajah pelakunya tadi? Sayangnya, Na tidak
bisa melihatnya karena wajahnya tertutup helm. Dan ada kemungkinan kalau pria
yang menyerangnya tadi, di perkerjakan oleh si pelaku. Krit merasa kalau si
pelaku semakin berani hingga mengirim orang untuk menyerang di lingkungan
perusahaan. Na setuju dan karena itu dia merasa ada yang aneh, di tambah lagi penyerangan
ini terjadi ketika dia hendak menyerahkan informasi penting untuk menangkap Khun
Wiset.
“Khun
Wiset tahu dan dia berencana untuk menutup mulutmu!” simpul Krit.
--
Khun
Wiset datang ke rumah sakit dengan ekspresi seolah tidak bersalah. Pa menyambutnya
dan protes karena Khun Wiset tiba terlambat. Khun Wiset langsung beralasan
kalau dia tadi sedang rapat, tapi dia segera menyelesaikan rapatnya. Pa tidak percaya,
karena dia menelpon ke kantor dan di beritahu kalau Khun Wiset sudah pergi dari
kantor sejak tadi.
“Itu…
rapat di tempat lain,” bohong Wiset. “Meh! Kau juga tahu kalau sekarang aku
melakukan banyak hal. Dan kau tahu kan, aku melakukan semua itu untuk kau dan
Namneung.”
Khun
Pa langsung mengerti dan memperlakukan Khun Wiset dengan baik lagi. Dia
mengajak Khun Wiset menjenguk Thi. Thi belum sadar, tapi kata dokter kondisi
Thi baik-baik saja.
“Belum,”
jawab Na yang masuk ke ruang rawat Thi. “Tapi mungkin saja kita akan segera menangkapnya.
Karena walaupun aku tidak melihat wajah si pelaku, tapi aku ingat ciri-ciri
lainnya dan penampilannya. Dan juga pistol yang di gunakannya.”
“Bagus.
Aku harap dia segera tertangkap,” ujar Wiset gugup. Dan kemudian mengajak Pa
untuk pulang.
Na
menatap tajam pada Wiset. Dan Wiset mengalihkan tatapannya dan keluar dari ruang
rawat bersama Pa.
--
Khun
Nat bertemu dengan Krit di lorong rumah sakit. Mereka masih tampak canggung. Tetapi.
Krit kemudian meminta agar Khun Nat tidak bersikap bias pada Siriya. Dia telah
membawa bukti untuk Siriya, dan jika Khun Nat tidak percaya, Khun Nat dapat menyelidikinya
sendiri. Semua bukti itu asli.
“Jangan
berlebihan. Bahkan walaupun dalam pikiranmu aku bukan orang baik, aku juga
membuat banyak kesalahan. Tapi, biar ku peringati sebagai yang lebih tua yang
telah lebih dulu makan asam garam dunia, aku ingin kau memperbaiki perilakumu
terhadap Siriya. Karena aku mulai tidak yakin, apa kau melindungi Siriya karena
rasa tanggung jawab atau karena perasaan pribadi. Jangan gunakan pekerjaan
sebagai alasan. Alasan itu mungkin bisa menipu orang lain, tapi kau tidak akan
bisa menipu dirimu sendiri. Apapun yang kau pikirkan, apapun yang ingin kau
lakukan, ingat tanggung jawab kerjamu. Dan juga harga dirimu juga.”
Usai
memberi nasihat pada Krit, Khun Nat langsung pergi. Dan Krit terlihat
memikirkan perkataan Khun Nat itu.
--
Khun
Pawinee menjaga Thi yang masih belum sadar juga. Dan saat melihat Siriya yang
datang untuk menjenguk Thi lagi, Khun Pawinee langsung mengajak Siriya keluar
untuk bicara sebentar.
“Kejadian
hari ini membuat ku percaya kalau ada orang yang ingin melukaimu. Dan aku juga
percaya kalau ada sesuatu tersembunyi di balik kematian Pipop.”
“Karena
hal ini berhubungan denganmu dan Pipop. Pelaku ingin membunuhmu dan Pop. Dia tidak
berniat membunuh Thi. Thi tidak ada hubungannya dengan hal ini. Jangan libatkan
Thi ke dalam hal ini,” pinta Khun Pawinee. “Aku tidak tahu apa yang membuatnya
menyelamatkanmu. Itu mungkin karena instingnya. Atau perasaan pribadinya. Meskipun
dia bukan putra kandungku, aku juga mencintainya seperti putraku. Aku membesarkannya
dengan tanganku sendiri. Sejak aku
lahir, aku tidak pernah memohon kepada orang lain. Tapi, saat ini, aku mohon,
jangan buat hidup Thi terkait dengan hidupmu. Aku sudah kehilangan seorang putra
yang sangat ku cintai, aku tidak ingin kehilangan yang lain lagi. Jika waktu di
surat wasiat itu sudah habis, (merujuk ke waktu pernikahan Thi dan Siriya) aku
ingin kau mengembalikan hidup Thi seperti sebelumnya, Siriya. ”
Na
terdiam mendengan permintaan Khun Pawinee tersebut. Dia sepertinya merasa
bersalah juga telah membuat nyawa Thi dalam bahaya.
Na
pergi ke ruang rawat Thi, dia teringat kebaikan Thi padanya walaupun dia dalam
keadaan lumpuh. Dia teringat Thi beberapa kali menyelamatkannya nyawa-nya.
“Kenapa
kau menyelamatkanku? Sejak aku lahir, di hidupku… tidak pernah ada orang yang
mengorbankan hidupnya untukku seperti ini,” ujar Na dan menggenggam tangan Thi.
“Jangan lakukan hal ini lagi. jangan membuatku merasa berhutang. Kau tidak
harus mati karena ku. Mengerti, Khun Thi?”
Tentu
saja Thi tidak menjawab karena dia belum sadarkan diri.
--
Na pergi ke kantor polisi dan memberikan keterangan mengenai ciri-ciri pelaku kepada Chanat. Chanat memuji ingatan Siriya yang bagus, karena biasanya di dalam keadaan seperti itu, orang akan ketakutan dan tidak memperhatikan pelaku. Dia berterimakasih atas informasi Siriya dan akan segera menangkap pelaku.
--
Thi
sudah sadar. Khun Pawinee berada di sampingnya dan meminta Thi menganggap hal
ini hanya sebagai kesialan. Lain kali, mereka akan lebih tegas lagi mengenai
peraturan keamanan di perusahaan. Da yang ada di sana kemudian berkomentar
kalau Thi menggunakan nyawanya untuk menyelamatkan nyawa lain, hal itu tidak setara.
Pa,
Khun Wiset dan Namneung datang menjenguk Thi. Pa mulai mengomel karena dia kan
sudah bilang agar Thi tidak ikut campur dengan hidup Siriya, sekarang lihat
kan, Thi jadi sial.
“Ya,
tapi untungnya aku tidak mati. Karena masih ada banyak hal yang harus ku selesaikan,”
ujarnya dan menatap ke Khun Wiset yang terus menunduk.
Khun
Pawinee bertanya maksud perkataan Thi, dan Thi beralasan kalau dia hanya membicarakan
pekerjaan. Tetapi, Khun Wiset pasti tersindir dengan perkataan Thi tersebut. Thi
kemudian bertanya keadaan Siriya? dan Khun Nat yang menjawab kalau Siriya
selamat. Dan sekarang sedang memberikan keterangan di kantor polisi.
“Karena
sekarang sedang membahas Siriya, aku juga ingin bertanya mengenai kelumpuhan Siriya
pada mu,” ujar Da. “P’Thi tolong jelaskan kebenarannya.”
Thi
jelas bingung. Semua menatapnya.
--
“Aku
dengar kau sudah mulai bisa berjalan?”
Dan
Thi tersenyum. “Selamat!”
--
Khun
Wiset mencuci tangan di toilet. Dia memikirkan perkataan Thi tadi, dan menyimpulkan
kalau bukan hanya Siriya yang tahu masalah ini, tapi juga Thi. Hal ini membuatnya
lebih cemas lagi.
Dari
toilet, dia langsung menyuruh Pa pulang duluan dengan Namneung. Dia ada hal
mendesak, dan tidak bisa ikut dan mengantar mereka pulang. Pa sampai kesal
karena tidak biasanya Khun Wiset terburu-buru. Namneung malah menyarankan agar
Pa tidur di rumah Khun Pawinee hari ini, dan dia bisa pulang sendiri. Pa mengerti,
tetapi dia menyuruh Namneung untuk mengirimkan nomor mobil dan nomor telepon
taksi yang nanti di tumpangi Namneung untuk pulang, dan begitu sampai rumah harus
melapor.
Setelah
Khun Pa pergi, Namneung langsung menelpon Chet dan memberitahu kalau ayah dan
ibunya tidak ada di rumah malam ini.
--
Thi
bicara dengan Siriya. Dia memberitahu Siriya kalau dia memberikan nomor telepon
Dokter yang memberikan Siriya terapi kepada Da. Dan dia juga sudah menjelaskan
pada semuanya, kalau Siriya sudah mengikuti terapi sebelum masuk ke keluarga
Sutharak. Juga mengenai Siriya yang telah belajar berjalan menggunakan kruk. Jadi,
tidak ada kecurigaan lagi.
“Tapi.
Bagaimana keadaanmu?”
“Bagaimana
apanya?”
“Lukamu!
Apa masih sakit?”
“Tidak
sakit sama sekali. Aku rasa aku seperti super hero. Di tembak tapi masih baik –
baik saja. Lihatlah.”
Dan
Na langsung memarahi Thi karena masih bisa bercanda seperti itu. Thi langsung menggoda
kalau Siriya khawatir padanya. Dia juga mengingatkan kalau Siriya berhutang
padanya sekarang.
“Ingat
kau harus baik padaku. Karena aku telah menyelamatkan nyawa-mu.”
Tetapi,
mereka malah bermain-main rebutan kruk. Dan membuat Siriya terjatuh ke tubuh Thi.
Mereka bertatapan sesaat dengan canggung, tetapi kemudian saling tersenyum.
Support penulis hanya dengan membaca sinopsis ini (Khun
Mae Suam Roy) di :
k-adramanov.blogspot.com. Terimakasih. Happy Reading.
Tags:
Khun Mae Suam Roy
Kok lma mb update sinopsis ini. Di tnggu truz lnjutannya
ReplyDeletePleace nex episode dong
ReplyDeletelanjut
ReplyDelete