Sinopsis Drama Korea : SKY Castle Episode 02-2
Images by : jTBC
“Apa kamu… Mi Hyang?” tanya Sue Lim tiba-tiba
begitu melihat wajah Suh Jin dengan seksama. “Kwak Mi Hyang. Ini kamu, bukan?
Ini aku. Sue Lim. Lee Sue Lim. Lee Sue Lim dari Panti Asuhan Eden. Kamu ingat
aku?”
Suh Jin langsung membantah dan mengatakan
kalau namanya adalah Han Suh Jin. Sue Lim langsung meminta maaf karena telah
salah mengenali orang. Soalnya wajah Suh Jin mirip sekali dengan teman masa
kecilnya. Suh Jin diam saja.
Jin Hee dan Seung Hye keluar karena mendengar
suara ribut, dan Sue Lim langsung memperkenalkan dirinya. Dia juga memberikan
kue beras yang di bawanya. Jin Hee sedikit jijik menerima kue beras itu karena
melihat kuku Sue Lim yang hitam. Hanya, Seung Hye yang dengan ramah mengucapkan
terimakasih dan juga memperkenalkan dirinya.
“Jika kalian ada waktu luang, bagaimana jika
kalian datang ke rumahku untuk makan siang?” tawari Sue Lim. “Aku tidak terlalu
jago masak, jadi aku tidak bisa mengadakan pesta rumah baru yang layak. Tapi,
aku ingin memperkenalkan diri dengan makan singkat saja. Besok pun aku bisa
jika kalian ada waktu luang.”
“Baiklah,” Seung Hye langsung setuju.
“Ya, aku juga akan datang,” ujar Jin Hee
karena melihat Seung Hye langsung setuju.
“Aku tidak bisa ikut. Aku ada rencana besok,”
tolak Suh Jin. “Aku ada pertemuan para ibu dari teman-teman sekelas Yeh Bin,”
alasan Suh Jin.
Sue Lim mengerti dan tidak memaksa. Siapapun yang
bisa datang, silahkan datang besok siang ke rumahnya. Setelah itu, Sue Lim
pamit untuk pulang. Suh Jin terus memperhatikannya.
Setelah Sue Lim pergi, Jin Hee langsung
mengejek kuku Sue Lim yang sangat kotor. Dia merasa jijik menerima kue beras
Sue Lim. Seung Hye dengan bijak berkata kalau itu bukan berarti Sue Lim orang
yang jorok. Itu hanyalah kotoran dari tanaman dan tanah yang selalu dia pegang.
Yang penting, niatnya baik.
“Niatnya baik. Menurut ku, sikap kita yang
salah,” ujar Seung Hye dan berjalan pulang ke rumahnya.
Jin Hee benar-benar kesal dan ingin bicara
dengan Suh Jin, tapi Suh Jin sudah masuk ke dalam rumah dan bahkan mengunci
pintu. Terpaksa Jin Hee pulang ke rumahnya.
Di dalam rumah, Suh Jin terlihat gelisah. Dia bahkan
sampai harus banyak minum air putih. Dia teringat masa lalunya.
Flashback
Suh
Jin remaja, atau yang saat itu masih bernama Kwak Mi Hyang, berlari di lorong
pasar. Ayahnya yang pemabuk mengejarnya, dan terus meneriakinya. Tapi Mi Hyang
terus berlari mengabaikannya.
“Brengsek,
ayahmu sedang bicara padamu. Kamu tuli atau apa?” maki ayahnya. “Bawa darah
sapi ini ke penyihir itu, ibumu!” teriaknya dan melempar kantong hitam yang ada
di tangannya ke Mi Hyang.
Mi
Hyang refleks menangkapnya. Kantong itu berisi darah sapi dan organ dalamnya. Darah
sapi di plastik itu menetes, mengenai sepatu kets putih Mi Hyang. Semua orang
pasar memandanginya. Dan 3 orang sisiwi dari sekolahnya juga melihatnya.
Mi
Hyang menangis dan menggelengkan kepalanya dengan kuat, mengenyahkan rasa
malunya.
End
Suh Jin menggelengkan kepalanya dengan kuat
berusaha mengeyahkan kenangan masa lalunya.
Dengan cepat, Suh Jin berjalan masuk ke dalam
kamar mewahnya. Dia duduk di depan meja rias dan menatap bayangan dirinya di
cermin.
“Ya, kau sekarang adalah Han Suh Jin. Bukan Kwak
Mi Hyang, putri si pemabuk itu, yang menjual babat, darah sapi dan tulang di
pasar. Kini kamu adalah Han Suh Jin. Suamimu adalah profesor Ortopedi, dan
putrimu adalah murid terbaik di sekolahnya. Semua wanita di dunia akan iri
padamu. Kamu adalah Han Suh Jin.”
--
Yeh Bin dan Soo Han melihat foto yang terpajang
(sepertinya di tempat les) ada foto Kang Yeh Suh dan Kim Hye Na yang sama-sama
berhasil masuk ke SMA Shinhwa. Yeh Bin menyebut kakaknya dengan panggilan ‘si Angkuh’
dan mengejek foto kakaknya yang sudh di edit sehingga sangat berbeda dengan aslinya.
Hye Na berdiri di samping Yeh Bin dan Soo Han,
dan dia bertanya kenapa ‘si angkuh’ itu tidak pernah terlihat lagi? Soo Han langsung
memberitahu kalau Yeh Suh sudah mempunyai pelatih khusus. Yeh Bin langsung menendang
kaki Soo Han karena sudah membongkar rahasia. Setelah itu, Yeh Bin meminta Hye
Na untuk tidak mengatakan kalau dia yang menyebarkan rahasia. Karena nanti dia bisa
terkena masalah jika Yeh Suh sampai marah.
Hye Na diam saja dan hanya menatap foto Yeh
Suh dengan tajam.
--
Jin Hee dan Suh Jin keluar bersama. Mereka
sibuk membahas olimpiade yang harus di dapatkan agar Soo Han bisa masuk ke SMA
Sains. Jin Hee sangat ingin putranya bisa masuk ke SMA Swasta atau SMA Sains.
Jin Hee kemudian bertanya, mengenai rencana
Suh Jin besok. Tadi kan Suh Jin bilang ada urusan besok hingga tidak bisa
menghadiri undangan Sue Lim. Apa Suh Jin akan ke suatu tempat untuk mendapatkan
info berharga dan tidak memberitahunya?
“Tidak,” bantah Suh Jin.
“Eonni, wanita tadi itu unik, ya? Siapa yang
memberikan kue beras seperti itu? Dia tidak berkelas. Kue di dalam plastik, tanpa
wadah. Aku bisa langsung menilainya. Pokoknya, saat aku bertemu dengannya
besok, aku ingin tahu seperti apa asal usul keluarganya. Jika dia cocok di
lingkungan kita, akan ku periksa latar belakangnya.”
“Latar belakang?”
“Ayah Seung Hye adalah Kepala Staf Militer,
dan ayahmu adalah Presdir sebuah Bank. Ayahku pemilik gedung di Gangnam. Jika aku
cerita, dia akan cerita. Itupun kalau dia dari keluarga baik-baik.”
Jin Hee kemudian merasa gelisah karena Soo Han
dan Yeh Bin keluar sangat lama dari tempat les. Dia takut kalau mereka makan
tteobokki, jadi dia keluar dari dalam mobil dan akan mencari mereka.
Setelah Jin Hee keluar, Suh Jin terlihat memikirkan
sesuatu dan menghela nafas panjang.
--
Esok hari,
Suh Jin memutuskan untuk memenuhi undangan Sue
Lim. Dia beralasan kalau dia tidak jadi pergi, makanya datang. Sue Lim tampak
senang dan menyambutnya dengan ramah. Jin Hee juga senang karena Suh Jin datang.
Jin Hee dan Seung Hye memuji rumah Sue Lim
yang tampak nyaman dan penuh dengan bunga. Jin Hee bahkan berbisik pada Suh Jin
kalau sepertinya Sue Lim adalah penata tanaman. Mereka juga melihat foto
keluarga yang terpajang. Di foto itu ada Sue Lim, tn. Hwang dan Woo Joo yang
tampak bahagia dan dekat.
Sue Lim menghindangkan makanan sederhana yang
di buatnya. Dia bahkan menggunakan sayuran dari tanaman yang di tanamnya. Pokoknya,
makanannya benar-benar sederhana dan tidak ada kesan mewahnya sama sekali. Jin Hee
dan Suh JIn bahkan memasang wajah meremehkan.
Sue Lim lanjut memberitahu kalau dia ada
membuat sup darah sapi, apa mereka mau? Suh Jin langsung memasang ekspresi tidak
suka, begitu pula dengan Jin Hee. Hanya Seung Hye yang dengan ramah menanggapi kalau
ayahnya dulu menyukai sup darah sapi, jadi dia mau makan karena sudah lama
tidak makan. Sementara, Jin Hee dan Suh Jin menolak untuk makan sup darah sapi.
Jin Hee kemudian bertanya bagaimana awal mula
pertemuan Jin Hee dengan tn. Hwang?
“Kami tumbuh besar bersama di panti asuhan,” jelas
Sue Lim. Dan semua langsung kaget (kecuali Suh Jin ya).
Sue Lim kemudian meminta maaf sekali lagi pada
Suh Jin karena telah salah mengenali Suh Jin kemarin. Dia mengira Suh Jin
adalah Kwak Mi Hyang, teman masa kecilnya tapi dia kehilangan kontak dengannya
saat lulus SMA.
“Namanya norak sekali,” tawa Jin Hee,
menghina. Suh Jin langsung tidak nyaman mendengarnya.
Usai makan, mereka duduk di tempat santai (masih
di dalam rumah) sambil menikmati wine yang di bawa oleh Suh Jin. Seung Hye
kemudian membahas mengenai bunga-bunga yang di tanam Sue Lim sangat indah.
“Ibuku sangat menyukai bunga dan tanaman. Sejak
kecil aku selalu merawat tanaman.”
“Ibumu?” tanya Jin Hee bingung. “Bukankah
katamu kamu besar di panti asuhan?”
“Ah… orang tuaku pemilik panti asuhan. Sampai aku
masuk SD, aku tidak tahu bahwa mereka orang tua kandungku. Kedua orang tuaku
meninggal tahun lalu, dan putraku, Woo Joo, bilang mereka pasti sedang istirahat
di surga.”
Mata Suh Jin membelalak mendengar nama Woo Joo,
“Woo Joo? Anak yang di terima di SMA Shinhwa sebagai murid terbaik?”
“Kamu tahu dari mana?” kaget Sue Lim.
Suh Jin juga kaget karena tebakannya benar. Jin
Hee langsung menjelaskan kalau Suh Jin terus mengirim SMS dan menelpon Sue Lim
dari kemarin. Suh Jin adalah ibu Yeh Suh.
“Ah… maafkan aku. Biasanya aku memblok semua telepon
para ibu dari murid lain.”
“Kamu memblok mereka?” tanya Suh Jin dengan
nada jengkel.
“Kenapa?” tanya Jin Hee.
“Aku merasa sangat gelisah saat bersama dengan
mereka. Aku juga merasa mereka memaksaku membuat Woo Joo sibuk. Saat Woo Joo
kelas tujuh, aku membiarkan dia les matematika karena keinginannya sendiri. Tapi,
aku tidak pernah menyuruhnya melakukan hal lainnya. Aku ini mudah di bujuk,
jadi, kupikir sebaiknya aku tidak menemui siapapun.”
“Dia sangat naif,” ujar Suh Jin dengan kesal. “Kalian
masih mau di sini?”
“Aku harus pergi. Aku harus menjemput Soo Han.
Terima kasih untuk hidangannya,” ujar Jin Hee dan ikut pergi bersama Suh Jin.
Sementara Seung Hye, dia tetap di sana. Dia berkata
kalau dia senang bertemu dengan Sue Lim, tapi juga merasa khawatir. Sue Lim bingung
dan tidak mengerti. Tapi, Seung Hye sudah pergi juga.
Suh Jin dan Jin Hee keluar dari rumah Sue Lim
dengan kesal. Jin Hee bahkan memanasi dengan menyebut kalau Sue Lim tadi
seperti berusaha menyombong kalau putranya tidak ikut les tapi berhasil masuk
SMA bagus. Dia bahkan merasa geli dengan sup darah sapi yang di sebut Sue Lim
tadi.
“Tapi mau bagaimana lagi, putranya tetap
berhasil di terima sebagai murid terbaik,” ujar Seung Hye dan berjalan melewati
Jin Hee dan Suh Jin.
Sue Lim berlari keluar dari rumahnya dan meminta
mereka menunggu. Dia memberikan sayuran selada dan butterbur untuk Seung Hye. Seung
Hye menerimanya dengan ramah. Sue Lim kemudian hendak meminta tolong Seung Hye
untuk mengembalikan tablet ke pemilik rumah sebelumnya.
“Itu milikku,” ujar Suh Jin dan langsung mengambilnya
dari tangan Sue Lim. “Aku pinjamkan tablet ini kepada pemilik sebelumnya,” ujarnya
dan langsung berjalan pergi.
--
Di dalam rumah, Suh Jin masih terus menggerutu
karena Sue Lim bilang tidak meng-les-kan anaknya. Dia benar-benar kesal. Dan karna
itu, Suh Jin langsung pergi menemui Ny. Kim.
“Woo Joo tetap sukses dengan belajar sendiri. Tapi
nilainya tidak akan bertahan dibandingkan orang lain yang mendapat bantuan dari
guru profesional,” ujar Ny. Kim. “Kamu tahu apa yang Yeh Suh dapatkan dari
ujian skolastiknya, bukan? Dia mendapat nilai A untuk semua mata pelajarannya. Tapi
Woo Joo mendapat B untuk matematikan dan sosiologi umum.”
Di banding senang, Suh Jin lebih bingung,
darimana Ny. Kim tahu nilai Woo Joo? Dan Ny. Kim menjelaskan untuk bisa
meningkatkan nilai Yeh Suh, dia harus tahu nilai pesaingnya juga. Jadi, Suh Jin
harus percaya padanya dan tidak boleh takut dengan apapun yang terjadi.
“Baiklah, Pelatih Kim. Aku percaya padamu,”
ujar Suh Jin penuh keyakinan.
“Ku ulangi lagi, kamu harus percayakan nilai
Yeh Suh sepenuhnya padaku. Kamu hanya perlu menjaga kesehatannya.”
--
Suh Jin sudah pulang. Dan dia langsung
menyiapkan cemilan malam untuk Yeh Suh yang sedang belajar. Suh Jin kemudian
memberitahu Yeh Suh kalau anak yang bernama Woo Joo pindah ke rumahnya Young
Jae sekarang. Ayahnya adalah dokter bedah syaraf dan menggantikan posisi ayah
Young Jae.
Yeh Suh kemudian curhat pada ibunya kalau dia
ada mengirim pesan pada Young Jae karena guru Jo bilang kalau Young Jae pandai
mencatat, jadi dia penasaran. Tapi, setelah dia mengirim pesan pada Young Jae,
Young Jae mematikan ponselnya dan bahkan menghapus semua akun SNS-nya. Suh Jin
merasa kalau mungkin Young Jae masih shock dengan yang terjadi dan tidak ingin
bicara dengan siapapun yang tahu mengenai kejadian itu (ibunya bunuh diri).
“Menyebalkan sekali,” gerutu Yeh Suh. “Rumornya
pasti sudah menyebar. Ibu tahu apa yang Kim Hye Na katakan padaku? ‘apa gunanya tinggal di lingkungan elite,
jika akhirnya ada yang bunuh diri?’”
“Kim Hye Na?” tanya Suh Jin. “Ah, anak yang
tinggal dengan ibu tunggalnya itu? Dia bilang begitu karena iri. Dia hanya
merasa iri, jadi, tidak usah kamu pikirkan. Kamu cukup kerjakan saja semua kesibukanmu
ini.”
“Dengan begitu aku akan di terima di
Kedokteran UNS, bukan? Aku akan di terima dan membuat Nenek tidak bisa
berkata-kata.”
Mereka tampak senang membicarakan hal itu.
--
Selesai bicara dengan Yeh Suh, Suh Jin kembali
ke kamar-nya. Dan karena mood-nya sedang bagus, dia jadi ingin nonton film. Dia
membuka tablet yang tadi dia ambil dari Sue Lim (yang di kira Suh Jin miliknya
yang dia berikan pada Myung Joo sebelum Myung Joo liburan kapal pesiar). Dia
mencari file film yang dia isi ke dalam tablet itu, tapi tidak ada. Yang ada malah
4 buah file dokumen. Jelas, itu bukan tablet-nya, tapi tablet Young Jae. Suh Jin
belum menyadari hal itu, dan membuka dokumen tersebut.
10
Juni. Aku ingin mati. Mereka harus membunuhku.
“Apa ini?” bingung Suh Jin membaca kalimat
pertama dokumen yang dibukanya.
13 Juni.
Ga Eul adalah orang yang pantas di SKY Castle.
17
Juni. Hari ini aku mencari cara untuk bunuh diri dari internet. Bagaimana caranya
aku mati dan semua yang ku tinggalkan sengsara?
Kenapa
ibuku melahirkanku? Seharusnya dia tidak melahirkanku jika hanya untuk
menyiksaku. Dia bilang aku mengecewakan karena tidak memenangi penghargaan KMO.
Kenapa aku harus lahir di keluarga yang menyebalkan ini? Mereka hanya
membicarakan angka-angka sempurna. Apa mereka akan lega jika aku mati? Aku
ingin menyayat tubuhku sendiri dengan pisau. Aku akan keluar dari rumah ini apa
pun yang terjadi. Aku akan belajar keras hingga hari itu tiba. Ayo belajar.
Selesaikan. Kita berikan keinginan mereka. Dengan begitu, aku akan balaskan
dendamku.
Inilah adalah tablet yang di baca
oleh Myung Joo, dan membuat Myung Joo benar-benar terkejut. Sedih dan takut.
Mereka
bilang mereka mencintaiku, tapi seharusnya mereka jujur jika ingin
menyombongkan diri saja. Tiga generasi menjadi dokter? Mereka memperlakukan Ga
Eul seperti hama karena tidak sekolah. Bisa-bisanya ayah menyebut dirinya
seorang dokter? Aku merasa jijik memiliki orang tua seperti mereka.
Myung Joo menangis membaca curahan
hati putranya. Dendam putranya kepadanya dan suaminya. Soo Chang belum tahu
mengenai tablet itu, dan dia bertanya kenapa Myung Joo tidak jadi pergi wisat kapal
pesiar? Bukankah selama ini Myung Joo menginginkan hal itu?
“Bisa-bisanya kamu sebut dirimu
seorang ayah? Sudah 10 hari anak kita melancong, tapi kamu sama sekali tidak
meneleponnya.”
“Apa terjadi sesuatu padanya?”
“Itu pertanyaanmu? Hanya itu yang
bisa kamu tanyakan? Aku sudah menyuruhmu.”
“Aku sudah keluarkan banyak uang
untuk wisata pesiar itu. Jadi, kenapa kamu...”
“Putramu, Park Young Jae, ingin
memutuskan hubungan keluarga dengan kita.”
“Bicara apa kamu?” tanya Soo Chang
dengan kesal.
“Lihat. Lihat ini. Seharusnya kamu
lihat isi pikiran putra kita selama ini,” Myung Joo memberikan tablet itu dan pergi
keluar ruangan. Dia menangis. “Aku membesarkannya dengan penuh kasih sayang. Dia
adalah tujuan hidupku. Tapi bisa-bisanya dia...”
Myung Joo teringat saat dia mencari
Young Jae dan menemukan Young Jae, saat itu Young Jae berkata kalau dia tidak
ingin lagi hidup sengsara. Hidupnya menderita sebagai putra Myung Joo dan Soo
Chang.
Myung Joo benar-benar stress dan
tertekan. Dia berusaha meminum obatnya, tapi tangannya bergetar hebat.
Soo Chang sangat marah membaca tulisan
Young Jae di tablet itu. Saking marahnya, dia melempar tablet itu hingga jatuh
ke balik meja. Dia berteriak memanggil nama putranya : Young Jae, tapi jelas
saja tidak ada.
Dia menanyai istrinya, dimana Young
Jae? Myung Joo pasti tahu dimana Young Jae?
“Semua ini salahmu. Jika kamu tidak
memukulinya…,” salahkan Myung Joo.
“Kamulah yang selalu memintaku untuk
menyuruhnya belajar.”
“Kamu menyalahkanku lagi? Selalu
saja salahku. Semua yang jelek itu salahku, bukan?”
“Bukan kamu yang memperkerjakan Ga
Eul sejak awal. Menurutmu siapa yang bersalah atas semua omong kosong ini?”
“Dia lebih mirip ayahnya! Kamu hanya
bisa berselingkuh dariku!” teriak Myung Joo penuh kemarahan. Dan Plak!! Soo Chang
menamparnya dengan keras (inilah yang terlihat oleh Seung Hye).
“Kamu itu ibunya. Seharusnya kamu
tahu isi pikirannya. Dia bahkan tidak layak menjadi putraku! Aku akan
menghabisinya atas kesalahannya,” ujar Soo Chang penuh – penuh kemarahan. Dan setelah
itu, dia menelpon orang-nya dan menyuruh orang itu untuk mencari anaknya sampai
ketemu. Bahkan dia boleh memukuli Young Jae sampai mati.
Myung Joo segera merebut ponsel Soo Chang.
Dia tidak ingin putranya di pukuli sampai mati.
“Dia ingin balas dendam. Dia akan
balas dendam. Haruskah kubiarkan bajingan itu tetap hidup?”
“Ya! Jangan ganggu dia. Dengan
begitu, dia akan pulang. Kita tidak akan bisa temukan dia jika dia terus
bersembunyi. Aku tidak akan merelakannya. Aku tidak akan merelakan putraku,”
tangis Myung Joo. “Aku pikir semua akan berlangsung baik. Pagi itu… Aku tidak
mengira itu adalah perpisahan kami. Dia
memelukku dengan erat karena ada alasannya. Dia sering memelukku, tapi tidak
pernah seerat ini, namun hari itu… Aku kira ini karena dia akan kuliah. Aku
kira…”
Setelah keberangkatan Young Jae ke SNU, Myung Joo mendapat laporan
kalau Young Jae menghilang. Karena itu Myung Joo tidak jadi pergi wisata
pesiar, sebaliknya, dia sibuk mencari keberadaan Young Jae. Dia bahkan meminta
bantuan orang untuk mencari putranya.
Dari informasi, sinyal ponsel terakhir Young Jae ada Sinan. Mendengar
posisi itu, Myung Joo seolah tersadar. Young Jae pasti bersama dengan Ga Eul. Jadi,
dia meminta orang mencari alamat Ga Eul.
Myung Joo menemukan alamat Ga Eul yang lengkap di Sinan. Dan dengan
kapal, Myung Joo segera menuju ke tempat itu. Dia benar-benar marah pada Ga Eul
yang telah mencuri putranya.
Dan benar saja, Myung Joo menemukan Young Jae bersama denga Ga Eul. Dan
yang lebih mengejutkannya lagi, Young Jae sedang tidur bersama dengan Ga Eul. Melihat
ibunya, Young Jae segera melindungi Ga Eul dari kemarahan ibunya. Myung Joo
benar-benar marah dan memaki Ga Eul yang tidak tahu balas budi karena sudah
menggoda Young Jae dari Young Jae masih SMP. Dia juga menyebut Ga Eul tidak
tahu balas budi, padahal mereka telah mengasuh Ga Eul yang terlantar. Myung Joo
benar-benar marah dan menampar Ga Eul.
“Kenapa Anda pukuli dia? Wanita macam apa Anda? Siapa yang memberi
Anda hak itu?” marah Young Jae dan bahkan tidak memanggil Myung Joo dengan panggilan
: ‘ibu’.
“Young Jae,” panggil Myung Joo berusaha agar Young Jae sadar.
“Sejak usiaku tujuh tahun, aku selalu belajar tanpa henti. Saat aku
sakit, terkapar, bahkan pingsan, Anda memaksaku belajar hingga pukul 2.00. Anda
pernah bilang aku tidak boleh makan kecuali aku rangking satu. Anda bilang aku
harus pergi dari rumah dan mati jika nilaiku turun. Hidupku sangat hancur! Aku
tidak akan bisa selamat jika bukan karena Ga Eul.”
“Kamu lolos UNS karena kamu belajar sekeras itu. Kamu pikir ibu suka
memaksamu seperti itu? Ibu begitu agar kamu sukses…”
“Agar aku sukses? Anda lakukan itu demi aku? Anda tidak membacanya. Sengaja
tidak kukunci agar dibaca.”
“Apanya?” tanya Myung Joo bingung, saat itu dia belum menemukan
tablet Young Jae.
“Pulanglah dan baca sendiri. Aku tulis semuanya di tablet di atas
mejaku.”
“Tidak,” hentikan Myung Joo pada Young Jae yang hendak pergi dengan
membawa Ga Eul.
“Kita sudah selesai bicara. Kamu harus ikut ibu pulang. Aku sudah
masuk UNS demi Anda! Itulah impian Anda. Sekarang aku ingin jalani hidupku.
Hidup yang ingin ku jalani.”
Myung Joo masih terus berusaha menghentikan Young Jae.
“Bagaimana aku hidup dan akan bagaimana, itu urusan nanti. Tapi yang
jelas Ibu dan Ayah ingin aku kuliah kedokteran. Dan itu bukan keinginanku. Bahkan
yang pasti, aku tidak ingin lagi menjadi anak kalian,” tegas Young Jae.
Myung Joo benar-benar terkejut, sedih, dan juga frustasi dengan
perkataan Young Jae.
“Itu sebabnya aku bertahan selama 19 tahun. Entah namanya mendidik,
atau menjadikanku seperti hewan ternak, tapi Anda sudah merawatku. Tapi aku
sudah muak hidup sengsara. Hidup sebagai putra Anda seperti itu. Pergilah. Pergi
dan jangan pernah kembali lagi,” usir Young Jae.
Myung Joo berkaca-kaca. Semuanya terlalu berat baginya. Dan karena hal
itu, dia sampai kehilangan kesadaran.
Myung Joo tersadar di rumah sakit. Tapi, tidak ada Young Jae di
sisinya, melainkan Ga Eul.
“Aku tidak tahu dia ingat aku besar di Sinan. Jika dia ingin pergi,
aku tidak akan mencegahnya. Jangan khawatir,” ujar Ga Eul dan pergi. Myung Joo bertanya
pada Ga Eul, dimana Young Jae.
Dari yang di beritahu Ga Eul, Myung Joo menemukan Young Jae yang
sedang mencari kerang di lumpur. Dia berlari menuju Young Jae dan berteriak
memanggilnya dengan frustasi sampai terjatuh. Tapi, semakin dia berlari dan
mengejar, semakin Young Jae berjalan jauh. Hingga akhirnya, Myung Joo tersadar,
tidak ada Young Jae di sana. Semua hanya ilusi-nya saja. Myung Joo jatuh terduduk
di lumpur dan menangis histeris.
Mengingat hal itu, Myung Joo kembali
menangis histeris.
“Menyerahlah. Kamu dan aku hidup
dengan cara yang salah,” ujar Soo Chang dan meninggalkan Myung Joo seorang diri
di rumah.
Saat berada di dalam mobil seorang
diri, Soo Chang yang bersikap kuat, akhirnya menangis histeris sama seperti
Myung Joo.
Myung Joo di tinggal sendirian,
memutuskan untuk menelpon ke penginapan Ga Eul dan Young Jae. Namun, pemilik
penginapan memberitahu kalau mereka berdua sudah pergi dari pulau kemarin. Myung
Joo dengan panik bertanya kemana mereka pergi? Pemilik juga tidak tahu dan
memaki Myung Joo yang sudah gila karena menelpon tengah malam dan bertanya
tidak jelas.
Dunia Myung Joo seakan runtuh. Dia teringat
ucapan terakhir Young Jae yang menderita hidup sebagai anaknya.
Dalam keadaan putus asa dan tanpa
harapan hidup, Myung Joo berjalan di tengah salju dengan membawa senapan. Dan itulah
bagaimana Myung Joo memutuskan untuk mengakhiri hidupnya. Dalam kesedihan yang
mendalam.
Suh
Jin benar-benar terkejut membaca buku harian Young Jae. Dia ketakutan.
Suh Jin melajukan mobilnya menuju ke tempat
Ny. Kim. Dia mengebut dan bruukkk!! Dia menabrak mobil di parkiran yang hendak
keluar. Mobil ny. Kim!
“Ibu Yeh Suh, kenapa Anda datang selarut ini?”
Suh Jin menatapnya tajam. Dan plak!!! Dia menampar
Pelatih Kim.
BERSAMBUNG
Tags:
SKY Castle
Lanjutin dong sinopsisnya..
ReplyDeletemaaf ya, sinopsis ini tidak akan di lanjut karena takut terkena masalah dari g**gle. Terimakasih.
ReplyDeleteLanjutin kak please
ReplyDelete