Sinopsis Lakorn : Khun Chai Puttipat Episode 8 - part 4




Khun Chai Puttipat (2013) Episode 8 - Part 4

Network : Channel 3


Pagi hari sebelum berangkat bekerja, Chai Pat menemui Keaw yang sedang memasak di dapur. Dia menemui Keaw untuk memberitahukan mengenai kondisi Kiti yang sudah siap untuk operasi, jadi bila siang ini Kiti tiba di rumah sakit, maka dia yang akan mengoperasinya sendiri. Dan mengetahui hal itu, Keaw pun mengucapkan terima kasih kepada Chai Pat.



“Jika Ayahku membaik, kami bisa meninggalkan Bangkok dan kembali pulang rumah kami, lalu kami akan hidup biasa seperti sebelumnya,” kata Keaw dengan penuh syukur, lalu dia pamit untuk bertukar baju, karena dia ingin ikut ke rumah sakit



Chai Pat mengikuti Keaw, dan  menghalanginnya untuk pergi. Dia menanyakan apa Keaw tidak mau tetap berada disekitarnya, dan dia mengatakan bahwa Keaw serta Kiti bisa tinggal bersamanya di Juttathep. Karena mereka kini adalah suami dan istri.



“Khun Chai. Ketika waktunya tiba, itu semua akan berakhir. Kita akan berpisah kan? Kamu sudah setuju,” kata Keaw yang tidak begitu mengerti dengan sikap Chai Pat.

“Bahkan jika kita setuju melakukan itu, tapi kita bisa mengubah nya. Aku tidak suka kamu terus mengingatkan aku bahwa segalanya adalah palsu. Kamu tahu ‘kan bagaimana perasaan ku pada mu?” balas Chai Pat sambil memegang lengan atas Keaw dengan erat.



Keaw merasa tidak percaya diri untuk bisa bersama dengan Chai Pat, karena dia hanyalah gadis desa biasa dan anak dari seorang pembersih sekolah.

“Omong kosong. Sebenarnya, kamu berencana untuk menunggu hingga Ayah mu baikan, dan kemudian meninggalkan ku kan, Keaw?” balas Chai Pat.




Tepat disaat itu, Nenek Aiet datang. Dia menegur sikap Chai Pat yang seperti mendesak serta memaksa Keaw. Dan Chai Pat pun meminta maaf.

“Keaw akan tetap berada didalam tempatku. Jadi berpikirlah dua kali sebelum kamu bertindak,” kata Nenek Aiet, menasehati. Dan Chai Pat pun tersenyum senang mendengar itu, lalu dia pamit untuk bersiap berangkat bekerja.

Keaw juga sama seperti Chai Pat, dia tersenyum senang mendengar perkataan Nenek Aiet itu, karena itu berarti Nenek Aiet telah mau menerimanya.



Diruang tamu. Saat melihat kalung giok yang dikenakan oleh Keaw, maka Nenek Aiet pun bertanya apa kalung itu diberikan oleh Chai Pat. Dan dengan kebingungan, Keaw pun terdiam, karena dia tidak tahu harus menjawab bagaimana. Lalu seperti mengerti, Nenek Aiet mengingatkan agar Keaw menyimpan kalung itu dengan aman, jangan sampai ada orang yang melihat itu.

Kemudian Nenek Aiet menanyakan alasan Keaw ingin meinta izin untuk pergi ke rumah sakit. Dan Keaw pun memberitahukan tentang operasi otak yang akan dijalanin oleh Ayah nya.



“Apa? Kalau begitu cepatlah. Operasi otak itu adalah operasi besar,” kata Nenek Aiet memberikan izin untuk Keaw boleh pergi.

“Aku mengerti sekarang. Dokter Khun Chai adalah orang yang baik, itu karena dia memiliki Nenek berhati malaikat,” kata Keaw, memuji Nenek Aiet yang telah baik padanya.



 “Selain cantik, kamu bagus dalam berbicara. Itu mengapa Chai Pat… mmh… aku tidak buta, aku bisa menilai antara yang baik dan jahat. Jika kamu berpikiran baik, bekerja dengan baik, dan berperilaku baik. Kenapa aku tidak bisa mencintai mu?” balas Nenek Aiet, memuji Keaw. Lalu dia memberikan nasihat, yaitu bahwa jika Keaw ingin menjadi seorang ‘Lady’, maka itu tergantung pada diri Keaw sendiri, bukan hanya dari latar belakang Keaw saja.

“Aku akan mengingatnya,” balas Keaw sambil tersenyum senang.



Marathee terbangun dan merasa syok, karena tubuhnya dalam keadaan telanjang dan hanya di tutupi oleh selembar selimut tebal. Serta disebelahnya ada General Pinit yang sedang tertidur. Lalu ketika General Pinit terbangun dan menyentuh tangannya, Marathee pun langsung marah.

Tepat disaat itu terdengar suara Madame Sara yang mau masuk ke dalam kamar, jadi Marathee pun langsung bersembunyi didalam selimut. Dan dengan lembut, General Pinit meminta Marathee untuk tidak perlu khawatir, karena dia bisa menanganinnya.



Madame Sara masuk ke dalam kamar, dan ketika dia melihat apa yang sedang terjadi. Dia menanyakan mengapa General Pinit tidak tidur di tempat lain. Dan tanpa merasa bersalah, General Pinit membalas ada masalah apa.



“Aku hanya minta satu hal saja dulu. Aku ingin hidup damai dan nyaman di tempat ku. Tidak bisakah kamu melakukan itu untukku?” tanya Madame Sara dengan nada terluka.

“Aku tahu. Tapi ini hal yang sangat mendesak kemarin malam. Kamar tamu di tempat ini kosong, jadi aku takut banyak debu disana. Tapi aku jamin, ini tidak akan terjadi lagi. Aku akan membangun rumah baru untuk digunakan ketika aku dalam situasi mendesak. Bagaimana menurutmu?” balas General Pinit.


Setelah Madame Sara keluar, maka Marathee pun keluar dari balik selimut.


Diluar kamar. Madame Sara menangis dengan ekspresi yang tampak sangat terluka.


Selesai berpakaian, Marathee mau pergi. Tapi General Pinit langsung memeluk Marathee dan menahannya. Lalu dia memanggil para anak buahnya, dan melihat itu Marathee pun merasa takut, karena General Pinit tampak seperti mau mengancamnya.

“Tolong buka hati mu dulu,” kata General Pinit dengan lembut kepada Marathee yang memberontak. Kemudian dia memberikan kode kepada para anak buahnya.



Para anak buah General Pinit membuka satu persatu kotak kayu yang berisikan perhiasan permata dan berlian yang sangat indah. Dan melihat itu, Marathee berhenti memberontak.

“Bisakah kamu menemanin ku sedikit lama?” tanya General Pinit sambil tersenyum dan memeluk Marathee dengan lebih erat.



Krit beserta kedua temannya menghadang mobil Chai Pat dan Keaw di jalan. Krit memberikan perintah kepada kedua temannya itu untuk membawa Keaw, dan karena Chai Pat ingin menghalanginnya, maka Krit pun memukul Chai Pat.

Tapi Chai Pat balas memukuli Krit. Dia memukul Krit tepat dibawah hati, sehingga Krit pun merasa kesakitan. Kemudian dia mau menolong Keaw.



“Hari ini. Kamu dan Keaw tidak akan bisa melarikan diri!!” teriak Krit sambil mengarahkan pistolnya ke arah Chai Pat. Namun sebelum dia bisa melakukan apapun, sebuah mobil datang, dan karena takut, maka mereka semua pun langsung melarikan diri.



Setelah mereka semua pergi, Keaw langsung mendekati Chai Pat dan memeriksa wajah Chai Pat yang dipukuli barusan.



Dirumah sakit. Karena terlalu fokus memandangin wajah Keaw yang sedang mengobatinya, maka ketika Keaw bertanya apa dia kesakitan, Chai Pat  pun menjawab tidak. Namun saat sadar, dia langsung mengatakan ‘sakit, sakit, sakit.’ Dan Keaw pun menjadi sedikit kebingungan, mana yang benar.



“Keaw. Sejak mereka tidak akan berhenti seperti ini, maka dari sekarang, kamu harus terus tinggal didalam Istana saja,” kata Chai Pat, ketika teringat kejadian tadi.

“Kamu juga, Khun Chai. Hari ini dia datang ke kita dengan membawa senjata, lain kali kita tidak tahu bahaya apa yang akan dilakukannya padamu,” balas Keaw, khawatir juga.




“Jangan mengalihkan pembicaraan, dan berjanjilah padakku,” tegas Chai Pat. Dan Keaw membalas hal yang sama, dia meminta agar Chai Pat yang berjanji duluan. Lalu secara bersamaan, mereka saling menyebut nama satu sama lain, kemudian mereka saling tersenyum.



Didalam ruang operasi. Chai Pat, Yodsawin, serta semua perawat, mereka melakukan yang terbaik dalam mengoperasi Kiti. Selama berjam- jam, mereka semua melakukan operasi itu dengan sangat fokus. Dan ketika akhirnya semua berhasil selesai dengan aman, mereka semua pun merasa lega serta senang.



Piangporn memberitahukan mengenai hasil operasi kepada Keaw yang telah menunggu diluar. Dan mengetahui bahwa Ayahnya berhasil diselamatkan, Keaw pun mengucapkan terima kasih.


Marathee yang tidak sengaja melihat itu, dia tampak sangat kesal.


Marathee menghampiri Yodsawin yang sedang sedikit sibuk. Dengan nada keras, dia menanyakan apa yang sedang Keaw lakukan disini. Dan dengan tegas, Yodsawin menasehatkan agar Marathee bersikap sopan kepada keluarga pasien, lalu dia memberitahukan mengenai operasi Ayah Keaw.

“Ayahnya sakit?” gumam Marathee.



Saat tanpa sengaja melihat cincin berlian yang Marathee kenakan, maka Yodsawin pun bertanya apa itu berlian asli. Dan dengan sikap sombong, Marathee mengatakan bahwa orang sepertinya tidak akan mengenakan barang palsu. Lalu Yodsawin pun berkomentar bahwa itu pasti sangat mahal sekali, dan gaji seorang perawat tidak akan bisa membelinya.



“Dari mana kamu mendapatkan uang? Siapa yang memberinya padamu?” tanya Yodsawin, kepo sedikit.

“Siapa yang akan membelikannya untukku? Aku membelinya sendiri. Dan jangan buka mulutmu untuk bertanya lagi, karena aku tidak punya waktu,” balas Marathee, lalu pergi.


Didalam kamar rawat. Keaw menemanin Ayahnya yang masih tertidur, dan lalu Chai Pat datang serta mengajaknya untuk makan.



Dikantin. Dengan perhatian, Chai Pat mengambilkan makanan untuk Keaw. Tapi Keaw sama sekali tidak tampak bersemangat, dan dia tidak menyentuh makanan itu.

“Kamu khawatir. Aku tahu. Tapi apa kamu ingin saat Ayahmu membuka mata, dia akan melihat kesedihan mu karena dia? Kamu harus semangat dan bahagia, karena itu akan membuat Ayah mu bahagia juga,” jelas Chai Pat, menyemangati.

Dan Keaw pun tersenyum. “Aku tahu.”





Melihat senyum Keaw yang tampak sangat cantik dan manis, Chai Pat pun memuji Keaw. Dia mengatakan bahwa ketika Keaw tersenyum, Keaw tampak sangat cantik. Dan sambil tersenyum malu- malu, Keaw menundukan kepalanya.

2 Comments

Previous Post Next Post