Sinopsis Lakorn : Trabab See Chompo (Pink Sin)
Episode 13 – 1
Images : Channel 3
Kiew akhirnya menyerah untuk membersihkan
badan Peat karena merasa malu. Peat tersenyum melihat reaksi Kiew. Kiew juga
mengingatkan Peat untuk tidak membuat tangannya basah (yang di perban dan patah
itu lho karena kecelakaan).
Saat Peat masuk ke dalam kamar, dia melihat Kiew sudah menyiapkan handuk dan bajunya. Di dekat shower juga Kiew sudah mengikat kain untuk tempat Peat meletakan tangannya. Awalnya, Peat tersenyum saat mandi, tapi ekspresinya kemudian menjadi serius.
Peat sudah selesai mandi dan saat keluar, Kiew
masih menunggunya. Kiew bahkan mendekatinya dan membantunya untuk membersihkan
rambutnya yang basah. Peat heran dengan sikap Kiew dan meminta Kiew untuk tidak
bersikap baik padanya. Dia tidak perlu rasa kasihan ataupun simpati dari Kiew.
Kiew mengatakan bukan begitu.
“Karena… karena aku merasa bersalah. Jika hari
itu aku tidak bertengkar denganmu dan membuatmu marah, dan membuatmu
meninggalkan restoran saat itu, kau mungkin tidak harus terluka hingga hampir
meninggal. Tidak perlu mengetahui hal yang seharusnya tidak perlu kau tahu. Dan
kau tidak perlu merasa sedih. Semua karena aku!” ujar Kiew.
Kiew juga berkata akan menjaga Peat hingga Peat
sembuh, setelah itu dia akan menghilang dari hadapan Peat. Jadi, bisakah Peat
membiarkannya tinggal sampai saat itu?
Peat berbalik dan menatap Kiew. Dia menatap Peat dan membiarkan Peat membantu membersihkan rambutnya. Kiew tersenyum senang karena itu artinya Peat memberikannya izin. Setelah itu, Kiew juga membantu menyisir rambut Peat. Mereka bersenang-senang.
--
Kris dan Katha masih di restoran. Katha tidak
tahan hanya duduk diam dan memtuskan untuk pergi kelaur mencari Peat.
Setelah Katha pergi, Kris lanjut melihat
video. Dan di akhir video, terlihat saat Kiew datang dan membantu Peat.
--
Peat memakan sarapan yang di bawakan oleh
Kiew. Setelah itu, Kiew memberikan obat untuk di minum Peat. Peat mengajak Kiew
untuk makan bersama, tapi ternyata Kiew hanya membuat satu porsi makanan untuk
Kiew. Peat langsung berpura-pura kenyang dan menyuruh Kiew untuk
menghabiskannya. Kiew awalnya menolak, tapi setelah Peat mengancam Kiew bersedia
makan.
Belum sempat dia makan, ponsel Kiew berbunyi. Telepon
dari Kriss. Peat melihat nya dan menyuruh Kiew untuk angkat saja. Kris menelpon
dan mengajak Kiew bertemu, dia ingin membicarakan hal penting mengenai Peat.
Kiew terpaksa setuju untuk bertemu. Dia pamit
pada Peat untuk pergi dulu karena ada urusan penting. Sebelum pergi, Kiew
mengingatkan Peat untuk menghabiskan makanan, minum obat dan istirahat yang banyak
agar cepat pulih.
--
Kiew tiba di restoran Kris. Kris langsung memperlihatkan
video yang tersebar itu pada Kiew. Kiew hanya meminta maaf karena tidak
memberitahu Kris, karena dia takut kalau Peat akan kabur lagi. Kris tidak mempermasalahkan
hal itu karena dia dapat mengerti.
Kris bertanya keadaan Peat pada Kiew. Dia merasa
kasihan pada Peat, tapi Peat harus menerima kenyataannya. Mereka berbincang banyak.
Kris merasa kalau Peat mungkin menganggap Kiew sebagai orang yang penting. Tapi,
Kiew merasa tidak demikian, dia hanya terlalu tebal muka hingga tidak mau pergi
saat di usir Peat.
Khun Nai menelpon Kiew. Dan Kiew mengatakan
dia di restoran Kris. Dia juga tidak bisa memberitahu dimana Peat dan berjanji
akan menjaga Peat dan tidak membiarkan
Peat lewat dari pengawasannya. Dia meminta Khun Nai mempercayainya.
--
Selesai menelpon Kiew, Khun Nai memberitahu
Tee kalau Kiew ada di restoran Kris. Tee mengerti dan langsung pergi ke sana
untuk mengikuti Kiew.
“Maafkan aku. Tapi aku takut terjadi apa-apa
pada Peat.”
--
Katha mengajak Pa ketemuan. Dia meminta Pa
menemaninya mencari Peat. Seperti biasa, mereka berdebat sesaat. Sepertinya mereka
sudah saling tertarik satu sama lain.
--
Peat berada di rumah sendirian. Dia menunggu
telepon dan kedatangan Kiew, tapi Kiew sama sekali tidak muncul. Karena merasa
bosan, Peat berkeliling rumah. Dia masuk ke dalam kamar ibunya, dan teringat
sesuatu. Saat terakhir dia ke rumah itu bersama dengan ibunya, dia sempat
melihat ibunya menyembunyikan sesuatu di dalam meja di kamarnya.
Peat membuka meja itu dan menemukan sebuah buku. Itu buku harian ibunya. Di dalam buku itu, ada foto Khun Panee yang memeluk Peat saat bayi. Peat mulai membaca buku harian itu lembar demi lembar.
Aku
sudah memikirkannya untuk waktu yang lama. Apakah aku harus menulis masalah ini
atau tidak? atau tetap menjaganya sebagai rahasia. Tapi, pada akhirnya, aku memutuskan
untuk menulisnya. Ini adalah rahasia yang harusnya mati bersamaku. Tapi… aku
mungkin tidak akan bisa meninggal dengan tenang jika aku masih berhutang
kebenaran di dunia ini.
Sebenarnya
Peat adalah… anak dari Khun Chaiwat, bukan Khun Nai. Ini terjadi sesaat waktu
itu, aku ingin balas dendam pada Khun Nai yang menyakiti hatiku. Dia meninggalkanku
sendirian di hari pernikahan kami, untuk pergi menemui seorang wanita bernama
Boonisa (khun Sa). Aku menggunakan Khun Chaiwat, teman Khun Nai sebagai
alat karena aku tahu dia mencintaiku. Aku
meminta Khun Chaiwat untuk membawaku pergi. Karena mudah di pengaruhi, itu membuat
kami melanjutkan hubungan kami lebih dalam. Akhirnya, aku hamil Peat. Aku yakin
saat itu kalau Peat pasti bukan anak Khun Nai. Di waktu itu, aku merasa sangat
bersalah dan ingin memberitahu kebenarannya pada semuanya.
Tapi…
Khun Chaiwat mengalami kecelakaan mobil dan meninggal. Anakku harus mempunyai
seorang ayah. Aku memutuskan untuk membiarkan Peat menjadi anakku dan Khun Nai.
Sejak saat itu, aku tidak akan bersedia meminta maaf pada Khun Nai. Karena dia
adalah penyebab semuanya. Jika dia tidak pergi menemui wanita itu, hal ini
mungkin tidak akan terjadi.
Tetapi,
orang yang seharusnya aku meminta maaf hanya satu orang. Peat. Ibu minta maaf. Ibu
tidak bisa kembali ke masa lalu dan merubahnya. Ibu berbohong pada semua orang.
Tapi, ada satu hal yang benar. Ibu mencintaimu. Aku paling mencintaimu di hidupku.
Tetapi, dia kembali membaca mengenai baris
terakhir kalau Khun Nai adalah penyebab semuanya. Peat terlihat sangat marah
dan menekankan pada dirinya sendiri : “Semua karena ayah!”
Tags:
Pink Sin