Sinopsis Lakorn : Trabab See Chompo (Pink Sin)
Episode 21 – 1
Images : Channel 3
Peat mengunjungi Chaya di kamar sebelum berangkat
kerja. Dan Chaya memohon pada Peat untuk tidak pergi bekerja dan menemaninya. Tapi,
Peat menolak, dia harus ke kantor karena ada rapat dan jika Chaya butuh sesuatu
Chaya bisa menelponnya atau memanggil Taeng.
“Peat,
dapat aku bertanya sesuatu. Kau mencintaiku, dan tidak mencintai Kiew kan?”
Peat terdiam mendapat pertanyaan itu.
--
Kiew sedang bersiap peergi kerja. Dan Taeng
mengetuk pintu kamarnya. Dia bertanya, apa Kiew tidak ada rencana berubah
pikiran? Apa Kiew mau kembali ke kamar pengantin? Jika ya, dia akan segera
memindahkannya.
Kiew langsung tegas mengatakan kalau dia tidak
akan pindah. Dan jika Taeng terus bertanya, dia akan marah. Taeng jadi bingung
sendiri, yang satu nyuruh dia pindahin, yang satu lagi nggak mau pindah. Tapi,
dia kemudian mendapat ide.
--
“Peat, tolong jawab aku. Kau mencintaiku,”
pinta Chaya karena Peat terus bungkam.
“Aku mencintai Peat,” ujar Chaya lagi. “Sangat
mencintaimu. Kau tidak mencintai Kiew kan?”
“Aku tidak suka. Aku benci,” akhirnya Peat menjawab.
“Kalau begitu, setelah konferensi pers
kemarin, kemana kau membawanya?”
Peat hanya memberitahu kalau dia hanya membahas
masalah berita itu. Tetapi, Chaya terus bertanya ini-itu seperti menginterogasi.
Peat sampai lelah menjawab pertanyaannya. Dia menyakinkan Chaya untuk tenang
saja dan dia akan berangkat kerja dulu.
Chaya kembali merengek meminta Peat untuk
tidak pergi kerja. Peat berulang kali menolak, tapi Chaya terus merengek.
Untung saja Taeng datang sambil membawa obat sarapan
untuk Chaya. Saat melihat Chaya menyandarkan kepalanya ke dada Peat, Taeng
langsung menawarkan diri untuk memanggil ambulans karena Chaya pingsan. Chaya jadi
kesal juga, lagi asyik merengek sama Peat malah di ganggu sama Taeng. Peat segera
memanfaatkan hal itu untuk pergi kerja dan menyuruh Taeng untuk menjaga Chaya dengan
benar.
Chaya langsung berteriak kesal menyuruh Taeng
untuk tidak mengganggunya. Taeng malah menyindir kalau sepertinya Chaya sudah sembuh
dan dia akan melaporkannya pada Peat.
“Diam! Aku tahu kau bawahan Kiew. Aku tahu kau
orang Kiew. Kau berpikir untuk memisahkan ku dan Peat?” marah Chaya.
“Aku seorang pelayan. Aku tidak ingin ikut
campur dengan masalah bos-ku. Tapi aku terganggu karena aku tidak tahan. Aku orang
yang optimis. Aku tidak bisa tahan melihat orang melanggar norma agama. Terutama
jika mengganggu suami oran lain. Itu dosa.”
Chaya marah mendengar perkataan Taeng yang
benar itu, dan berteriak menyuruh Taeng untuk keluar. Taeng tidak mau, tapi
Chaya mengangkap mangkuk sup dan hendak melemparkannya pada Taeng, jadi Taeng
memilih keluar.
Di dalam setelah Taeng keluar, Chaya berteriak
seperti orang gila! Taeng langsung menggerutu menyebut Chaya yang sudah seperti
orang gila saja.
--
Peat tidak langsung pergi ke kantor. Dia menunggu
Kiew untuk pergi ke kantor bersama. Tapi, Kiew tidak peduli padanya dan
berjalan melewatinya.
--
Kris menemui Khun Nai. Dia menyerahkan laporan
keuangan yang Tee sudah manipulasi.
--
Peat menahan Kiew dan memaksanya untuk
berangkat kerja bersamanya. Kiew tidak mau, tapi Peat terus memaksa. Mereka terus
berdebat seperti biasa. Dan setelah perdebatan panjang, Kiew berjalan pergi. Peat
hendak menyusul, tapi dia mendapat telepon dari Khun Nai yang menyuruhnya untuk
segera datang ke kantor.
--
Di ruangan Khun Nai, sekarang ada Kriss, Tee,
Peat dan Kiew juga. Khun Nai menyerahkan dokumen yang diberikan Kris dan itu
adalah laporan keuangan. Dimana, ada sejumlah uang yang keluar untuk keperluan
yang tidak jelas dan nilainya jutaan.
“Ayah menuduhku menggelapkan uang perusahaan?”
“Aku tidak bilang begitu. Tapi, aku butuh penjelasan.
Karena tanda tangan di dokumen itu adalah tanda tanganmu.”
“Ayah tidak bilang, tapi aku tahu maksud ayah.
Aku tidak tahu apapun. Tanda tangan itu bukan milikku. Aku tidak pernah
melakukan hal seperti ini!”
“Ada dua hal. Tanda tangan asli dan palsu. Karena
kau tidak mengakui, aku akan bertanya kepada dept. acc untuk menyelidiki
akun-mu, untuk memastikan apakah ada transaksi yang tidak normal atau tidak.”
Peat semakin emosi karena di tuduh
menggelapkan uang perusahaan. Khun Nai memintanya untuk tenang terlebih dahulu,
sekarang kan mereka sedang menyelidiki apakah hal ini benar atau tidak. Peat
tidak terima karena merasa Khun Nai menuduhnya. Dan itu artinya, Khun Nai tidak
percaya padanya.
Khun Nai berulang kali menjelaskan kalau dia
percaya pada Peat, tapi dia harus bicara dengan bukti. Peat juga harus paham
kalau dia adalah pemimpin perusahaan dan dia harus menyelidiki hal ini dengan
adil dan seksama, bukan mempedulikan status ayah dan anak.
Tapi, Peat terus keras kepala dan bahkan menuduh
Khun Nai yang curiga padanya karena dia bukanlah anak kandung. Jika Kiew yang
berada di posisinya, dia yakin Khun Nai pasti tidak akan melakukan hal seperti
ini. Kiew langsung menegur Peat untuk tidak mencampur adukkan masalah pribadi
dan kerja.
Peat yang berpikiran sempit, tidak mau
mendengarkan siapapun dan terus pada pendiriannya, pada pendapatnya. Khun Nai akhirnya
menyuruh Peat untuk tidak datang bekerja hingga masalah ini clear. Peat malah
semakin marah (arrgghh, kebiasaan di manja sih!!)
Dan bukan hanya dengan Khun Nai, Peat
bertengkar. Tapi juga kepada Kris. Kiew yang berusaha bersikap adil juga tidak
lepas dari amarah Peat.
Setelah Peat pergi, Khun Nai mengajak bicara
Kiew, Kris dan Tee. Dia meminta Kris dan Kiew untuk menghandle pekerjaan Peat
selama Peat tidak bekerja. Dan jika ada masalah, bisa bertanya padanya atau
Tee. Mereka akan membantu pekerjaan Peat sampai dia menemukan kebenaran dari masalah
ini.
“Ayah, apa kau benar-benar mengira kalau Peat
yang melakukan ini?” tanya Kiew.
“Aku ingin percaya pada Peat. Tapi, agar
jelas, kita harus menyelidiki hal ini. jadi kita bisa tahu yang terjadi. Bagaimana
denganmu, Kiew? Apa kau berpikir Peat melakukan hal ini?”
“Aku tidak yakin. Aku tidak tahu mengenai Peat
sama sekali. Orang yang di liputi amarah akan bersedia melakukan apapun untuk balas
dendam, tanpa peduli apa itu benar atau salah.”
“Aku juga berpikir sama sepertimu. Aku juga
ingin percaya yang Peat katakan. Tapi, aku tidak tahu apa ini rencananya atau
tidak.”
Kris menengahi, berpura-pura baik, dengan membela
Peat.
--
Peat pergi ke makam ibunya. Dia curhat pada
ibunya kalau dia tidak melakukan hal itu. Tapi, ayah tidak percaya padanya dan
menuduhnya mencuri uang perusahaan. Dan itu pasti karena dia tidak ada hubungan
darah dengannya.
--
Kris menikmati kopi-nya. Tee menghampirinya
dan bertanya rencana selanjutnya.
“Kenapa kau bertanya? Kau ingin tahu atau
ingin membantu?”
“Keduanya. Karena kita berada dalam perahu
yang sama. Dan… aku bisa mendapatkan uang.”
“Jangan khawatir. Jika kau bekerja denganku,
kau pasti akan mendapat uang yang besar.”
Tee tersenyum. Dan bertanya tujuan Kris hingga
bersedia memberikan uang besar padanya? Kris tersenyum dan memberitahu kalau
dia akan menghancurkan hidup Peat dan juga perusahaan Khun Nai. Jadi, apa Tee
akan mengadukannya pada Khun Nai?
“Hal itu tergantung, keuntungan apa yang akan
ku dapatkan. Jika bagus, aku akan menutup mulutku dengan rapat.”
Kris menawarkan kalau Tee akan mendapatkan
uang yang banyak, lebih daripada uang yang di dapatkannya selama bekerja dengan
Khun Nai. Tee tersenyum dan mengulurkan tangan untuk berjabat dengan Kris. Mereka
saling berjabatan.
--
Peat datang ke restoran Katha dengan wajah
muram. Katha jelas heran melihatnya.
--
Kris menemui Kiew dan memberikan dokumen
rencana marketing. Sambil memberikan dokumen itu, Kris membahas mengenai
masalah tadi. Dan dia berpura-pura khawatir dengan Peat. Untung Kiew tidak
ingin membahas masalah itu lebih lanjut dan lebih fokus untuk bekerja.
Kiew mendapat telepon dari Pa yang melapor
kalau Peat ada di tempat Katha dan terlihat tertekan hingga minum-minum. Kiew dengan
dingin menanggapi karena dia sudah tidak peduli apapun lagi. Pa sampai kaget
karena mengira kalau Kiew masih akan bersikap baik pada Peat, tapi ternyata
Kiew benar-benar tidak peduli lagi pada Peat. Pa mengerti dan mengakhiri
telepon.
Selesai bicara dengan Kiew, Pa bicara dengan
Katha. Dia memberitahu kalau Kiew tidak akan datang. Katha langsung menyebut
Kiew sangat kejam. Pa tidak terima temannya di katai kejam, dan mengingatkan
Katha siapa yang duluan bersikap kejam. Mereka saling berdebat dengan suara
keras dan terdengar oleh Peat.
“Jika dia tidak mau datang, tidak usah datang,”
ujar Peat dengan suara keras. “Aku bisa sendiri.”
Dan Pa menyuruh Katha untuk menelpon Chaya
saja. Peat langsung menolak, dia tidak butuh siapapun.
--
Sementara Kris bertanya pada Kiew yang sudah
selesai bertelepon, apa dia tidak akan menemui Peat? Kiew menegaskan kalau dia
tidak mau datang dan ikut campur urusan Peat lagi. Dan Kris memuji Kiew sebagai
orang baik.
“Aku bukan orang baik atau apapun itu. tapi,
aku sudah melihat orang yang menggunakan kemarahan dalam menjalani hidupnya dan
apa yang di dapatkannya. Tidak ada kebahagiaan. Depresi dan juga tenggelam dalam
kemarahan. Hidup manusia itu singkat. Kita bahkan tidak tahu kapan kita akan
mati. Jika kita terus membalas dendam satu sama lain, lalu kapan hidup kita
akan bahagia?”
Kris terdiam mendengarkan perkataan Kiew.
Tags:
Pink Sin