Sinopsis Lakorn : Trabab See Chompo (Pink Sin) Episode 07 – 2


Sinopsis Lakorn : Trabab See Chompo (Pink Sin) Episode 07 – 2
 Images : Channel 3
4 tahun kemudian…
Peat dan Chaya menyelesaikan study S1 mereka. Dan Chaya sibuk melakukan selfie dengan Peat. Dia bertanya pada Peat, apa Peat akan melanjutkan S2? Tapi, Peat juga belum tahu. Jadi, Chaya mengajak Peat untuk pulang ke Thai.
“Seharusnya ini saat yang tepat bagiku untuk kembali,” ujar Peat dan memandang ijazah-nya.
Flashback
Saat pertemuannya dulu dengan Kiew, saat mereka bermain basket bersama, Kiew sempat mengajaknya untuk lomba. Lomba dalam hal kuliah, dia dan Peat harus wisuda dan mendapat gelar.
“Ketika kau kembali ke Thailand, bawa gelarmu untuk ku lihat juga!” tantang Kiew.
“Kau takut kalau aku akan berkelakuan buruk hingga tidak belajar?”
“Mmm! Orang sepertimu, mudah untuk berubah pikiran. Aku ingin ayah untuk melihat pencapaianmu.”
“Baiklah!” setuju Peat.

Dan Kiew mengajak Peat untuk toss ala lelaki dengan tangan terkepal. Peat sedikit tersenyum melihat kelakuan Kiew tersebut.
End
Peat tersenyum mengingat kenangan itu. Chaya yang melihat senyum Peat heran, dan Peat langsung berdalih kalau dia tersenyum karena memikirkan Kriss dan Katha. Jika saja mereka berempat bisa wisuda bersama, pasti akan menyenangkan.
--
Kiew dengan mengenakan toga, pergi ke makam Khun Sa bersama dengan Khun Nai. Dia menunjukkan kalau dia sudah wisuda dengan cumlaude. Dan dia harap ibunya bisa bangga padanya.
“Putri kita sangat berbakat, Sa. Aku akan mengumumkan pada semuanya kalau aku bangga pada Kiew,” ujar Khun Nai.
--
Peat pulang ke apartemen. Dan dia membaca berita online : Perusahaan PPT (perusahaan Khun Nai) sedang mempersiapkan untuk mengumumkan penerus ketiga dari harta keluarga Prompitak. Mengumumkan untuk pertama kalinya pada media, Kangsadan Prompitak, generasi ketiga penerus dari perusahaan PPT. 
Melihat berita dan foto Kiew, membuat Peat menjadi marah. Dia teringat ucapan Kiew 4 tahun lalu, kalau dia tidak berniat untuk merebut posisinya apalagi menjadi penerus harta keluarga Peat. Dia setuju menjadi putri adopsi Khun Nai karena tidak tahan melihat ayahnya sedih setelah kehilangan Peat. Dan putri adopsi sepertinya tidak akan mampu untuk menggantikan posisi putra kandung seperti Peat.
Peat mulai meragukan semua perkataan Kiew hari itu. Karena buktinya sekarang, Kiew akan menjadi penerus perusahaan ayahnya.
“Kau berbohong!” marah Peat.
--

Kiew melihat lonceng angin pemberian Peat padanya dulu.
“Bagaimana keadaanmu sekarang? Apa kau sudah dewasa? Aku harap kau bisa mengerti akan keputusanku,” harap Kiew. “Aku harap akan seperti itu.”
Tapi, tentu saja harapan itu sia-sia, karena Peat mulai meragukannya lagi.
--

Peat pergi ke kamar mandi dan muntah-muntah. Dia teringat kebersamaannya dengan Kiew 4 tahun lalu, dan saat dia memungut makanan yang Kiew buang waktu itu. mengingat hal itu, Peat kembali muntah, atau tepatnya berusaha memuntahkan makanan Kiew yang di makannya 4 tahun lalu. Chaya panik melihat Peat yang muntah-muntah. Tapi, Peat menepis tangan Chaya. Peat menatap dirinya di cermin. Dan tampak, Peat penuh dengan amarah akan Kiew.
--
Chaya dan Peat akhirnya kembali ke Thailand.
Peat pergi mengunjungi makam ibunya dan menunjukkan ijazahnya. Dia sudah kembali. Selama ini, ayahnya tidak pernah menginginkannya begitu juga dengan yang lain.
“Aku juga di perdaya. Tapi, sekarang tidak akan begitu lagi. Aku tidak akan menjadi lemah dan lari dari rasa sakit lagi. Aku akan menjadi kuat demi keadilan sebagai anak dari ayah. Aku tanggung jawab ayah. Dia tidak bisa membuangku seperti sebelumnya. Aku janji!”
--

Kris sepertinya sedang penuh pikiran. Tapi, begitu melihat Kiew, dia langsung tersenyum. Dia juga menghindangkan kue untuk Kiew. Kiew memuji kue itu sangat enak dan memuji Kriss yang layak menjadi boss-nya karena Kriss sangat hebat!
“Anggap kue ini sebagai traktiran untuk perpisahanmu,” ujar Kriss.
“Kau bicara seolah aku akan pergi ke tempat yang ku sukai saja.”
“Aww! Tempat yang kau kunjungi, kau tidak suka?”

“Sebenarnya, aku tidak benar-benar suka. Tapi, ini tugas.”
“Mmm! Aku mengerti. Perasaan yang seperti itu.”
“Khun Kriss, kau juga harus kembali melakukan tugas mu, kan?”
“Aku sedang melakukannya sekarang. Tugasku… membuat restoran ini dapat bertahan. Membuat ibuku melihat kalau aku bisa melakukannya.”
“Kau pasti bisa melakukannya. Meskipun kau belum lulus, tapi kau sangat hebat menjadi chef dan juga dalam manajemen. Lihat aku, aku hanya tahu cara membuat makanan, tapi mengenai manajemen, aku tidak yakin.”
“Tidak ada yang tidak bisa kau lakukan. Jika kau berpikir untuk melakukannya, aku tahu hal itu.”
Kiew tersenyum karena perkataan Kriss sama seperti ayahnya, Khun Nai. Kriss balas berkata kalau orang yang mengenal Kiew pasti akan berkata seperti itu. Dia menyemangati Kiew untuk bersemangat dan tidak usah terlalu memikirkan Peat. Ketika Peat kembali, dia yang akan menjelaskan. Kiew berterimakasih dan menyebut Kriss sebagai orang yang sangat baik dan juga teman terbaik bagi setiap orang.

Kedekatan mereka berdua, di lihat oleh Peat yang datang ke restoran Kriss. Dia melihatnya dari depan pintu.
Kiew pamit untuk pulang. Dan Kriss memberitahu kalau dia akan datang ke acara itu untuk memberikan dukungan pada Kiew. Kiew kemudian cuhat pada Kriss kalau sebenarnya dia merasa takut akan menjadi terlalu bersemangat dan tidak menjawab pertanyaan dengan benar. Kriss menyemangati Kiew untuk tidak terlalu khawatir. Kiew tersenyum.
Setelah Kiew pergi, Kriss kedatangan tamu lain. Ibunya.
Ibunya datang untuk menyindir restoran Kriss yang tidak akan bertahan lama. Dia meminta Kriss untuk kembali ke perusahaan dan membantunya dan abang Kriss untuk mengelola perusahaan mereka. Tapi, Kriss tidak mau. Ibunya memberi peringatan keras agar Kriss segera menutup restoran dan bekerja di perusahaannya.
--
Hari acara,
Khun Nai memberikan kata sambutan kepada para reporter. Dia berterimakasih atas kedatangan semuanya ke sini, untuk merayakan ulang tahun PPT ke 27 tahun. Dan di kesempatan kali ini dia juga akan mengumumkan hal penting mengenai penerus dari PPT. Dan orang itu adalah Kangsadan, putrinya.
Kiew maju ke depan. Dan Khun Nai mengumumkan kalau Kiew akan mulai bekerja di perusahaan besok.
“Lalu, bagaimana dengan Khun Pansakon, putra kandung Anda? Kenapa dia tidak mengambi posisi ini?” tanya reporter. “Apa kalian punya masalah? Atau Khun Pansakon tidak senang karena Anda mengadopsi Khun Kangsadan menjadi putri adopsi? Itulah kenapa dia tidak datang ke acara in.”
Kiew dan Khun Nai tidak menduga akan mendapat pertanyaan seperti itu. khun Nai langsung mencoba menjelaskan kalau semua sudah salah paham, putranya tidak kabur seperti yang di beritakan. Dia hanya pergi kuliah keluar negeri untuk mendapat pengalaman baru. Dan ketika siap, dia akan kembali dan membantu pekerjaannya.
“Ketika khun Pansakon kembali, posisi apa yang akan di dapatkannya di PPT? Apakah posisi eksekutif seperti khun Kangsadan?”
Pertanyaan mematikan lainnya!
“Biar aku yang menjawabnya sendiri, ayah!” terdengar suara Peat. Dia datang ke acara itu bersama dengan Chaya.
Semua tentu terkejut melihat kehadiran dan kepulangan Peat yang tiba-tiba tanpa pemberitahuan. Katha dan Kriss juga tidak tahu mengenai hal ini. Pa dan Tee juga terkejut dengan kehadiran Peat.
Peat maju ke depan dan berdiri di sisi Khun Nai. Peat meminta maaf karena kedatangannya yang tiba-tiba. Dia baru saja sampai dan belum menginformasikan ke ayahnya. Bukankah semuanya terkejut?
“Apa dia pulang adalah hal baik atau buruk?” tanya Katha berbisik pada Kriss.
Kriss melihat ke arah Chaya. Dan nampak Chaya tersenyum seolah telah menang. Kriss langsung menghampiri Chaya, Katha ingin ikut, tapi Pa menahannya pergi.
“Apa yang teman mu hendak lakukan?” tanya Pa.
“Aku tidak tahu!”
“Aku tidak percaya padamu!” tegas Pa dan menatap khawatir pada Kiew.
Peat menatap Kiew dan tersenyum sinis.

Kriss membawa Chaya untuk bicara berdua dengannya.  Chaya terkejut melihat Kriss juga datang ke acara ini. Kriss langsung meminta Chaya untuk memberitahunya apa yang hendak Peat lakukan!
“Aku benar-benar tidak tahu!”
“Tidak tahu? Tapi wajahmu menunjukkan kalau kau bahagia dengan yang di lakukannya.”
“Benar. Apapun yang Peat lakukan, aku akan setuju.”
“Meskipun yang di lakukan Peat hal tidak benar? Jika dia tidak puas, seharusnya dia langsung memberitahu ayahnya. Bukan mempermalukannya seperti ini.”
“Kau kira Peat dan ayahnya akan bisa bicara baik-baik? Aku tidak berpikir begitu. Bagus Peat melakukan hal seperti ini. Mengumumkan ke putri adopsi itu agar dia tahu kalau pemilik asli dari PPT kembali untuk mendapatkan hak-nya!”
“Jadi intinya kau berpihak pada Peat, apapun yang Peat lakukan juga benar. Kau tidak peduli apa yang akan terjadi, seperti itu?”
“Ya! Bahkan jika Peat melakukan lebih dari ini, aku juga akan setuju padanya.”
“Jika dia memintamu untuk melakukan hal yang salah, kau akan melakukannya?”
“Jika itu yang Peat inginkan, aku akan melakukannya!” tegas Chaya (bodoh!)
“Dan jika dia memintamu untuk mati, kau juga akan mati?” tanya Kriss lagi (good question!)
“Peat tidak akan membenciku hingga ingin aku mati.” (Cieee… takut di suruh mati!)
“Bahkan dengan ayahnya saja, dia ingin membalas dendam padanya hingga mati. Kau hanya teman. Jika dia ingin, dia pasti akan melakukannya!”
Chaya emosi mendengarnya. Jika Kriss masih seperti ini, dia tidak akan mau bicara lagi pada Kriss. Kriss mengingatkan kalau dia hanya khawatir. Tapi, Chaya terlalu sombong dan mengatakan tidak perlu kekhawatiran Kriss. Kriss kecewa dan memilih masuk lagi ke dalam ruang acara.
Peat melakukan wawancara dengan para reporter. Dia juga mengumumkan akan mulai bekerja di perusahaan.
Pa melihat Kriss dan langsung bertanya padanya, karena menurut Pa, Kriss adalah orang baik di antara semua teman Peat. Jadi, dia harap Kriss tidak bohong, dan kasih tahu apa yang hendak Peat lakukan pada Khun Nai? Tapi, Kriss benar-benar tidak tahu.
“Lihat! Aku sudah bilang, kan? Kau tidak bohong!” ujar Katha pada Pa.
Peat lanjut bicara pada reporter. Dan Khun Nai yang dalam kondisi bingung, mencoba tenang. Dia membenarkan kalau Peat akan kembali dan membantunya di perusahaan. Para reporter bertanya perasaan Kiew? Kiew bingung menjawabnya, dan Khun Nai yang menjawab kalau Kiew pasti merasa bersemangat dan bingung saat ini karena berada dalam acara seperti ini untuk pertama kalinya. Peat kesal karena ayahnya membantu Kiew.
“Dari yang aku tahu mengenai Kangsadan, aku selalu mengira kalau dia belajar seni pertunjukan (nyindir berarti si Peat) bukan ilmu ekonomi rumah!” ujar Peat.
Chaya tersenyum senang dengan sindiran Peat tersebut! Sementara itu, para reporter bingung dengan maksud Peat. Kiew kesal dan akhirnya mulai bicara. Pa menjadi bersemangat karena akhirnya Kiew bicara.
“Apa yang Khun Pansakon katakan, ada yang benar dan ada yang tidak. Biasanya aku hanya di dapur, karena aku suka membuat makanan. Itulah kenapa aku memilih untuk mempelajari ekonomi rumah. Dan aku tidak pernah tahu sebelumnya kalau aku akan di berikan posisi ini. Jika tahu aku akan membantu bisnis ayah, aku akan belajar lebih keras dan memilih jurusan yang terkait. Bahkan jika aku tidak mempelajari ilmu yang sesuai, tapi aku percaya kalau setiap orang bisa belajar. Jika setiap orang di berikan kesempatan dan mereka bertekad, mereka pasti bisa melakukannya! Tolong, berikan aku kesempatan juga. aku berjanji akan berjuang dan tidak akan lari dari masalah. Aku juga akan bertahan utnuk ayah yang adalah donatur terbesarku,” ujar Kiew dengan bijak.

Semua reporter bertepuk tangan untuk perkataan bijak Kiew juga. Pa, Kriss, Katha dan Tee juga bertepuk tangan. Peat jadi tambah kesal.

BERSAMBUNG


1 Comments

Previous Post Next Post