Sinopsis Lakorn : Trabab See Chompo (Pink Sin) Episode 07 – 1


Sinopsis Lakorn : Trabab See Chompo (Pink Sin) Episode 07 – 1
Images : Channel 3

 Kiew mengejar Peat sambil membawa kotak hadiah Peat tadi. Peat dengan bercanda menyindir Kiew yang selalu mengejarnya. Kiew mengejar untuk bertanya apa Peat besok ada kelas atau tidak? Karena dia mendapat tugas untuk memasak makanan Thai dan ingin membagi makanannya dengan Peat.
“Kau juga tidak tahu apa kau akan bertemu denganku lagi.”
“Aku tidak tahu! Tapi, aku akan membawanya untukmu!” jawab Kiew.

Setelah itu, Kiew berbalik masuk kembali dalam hotel dengan senyum tersungging lebar di wajahnya. Peat sendiri juga tersenyum lebar mendengar jawaban Kiew.
--

Kris pergi ke apartemen Chaya karena merasa khawatir. Tapi, dia tidak berani menekan bel dan memutuskan untuk pergi. Dan ternyata baru kembali ke apartemennya, dan melihat Kris yang berdiri di depan pintu apartemennya. Chaya kaget melihat Kriss ada di Seoul.

Mereka keluar untuk bicara. Kriss memberitahu kedatangannya untuk memberikan kejutan pada Chaya. Chaya menjawab kalau dia baik-baik saja dan juga sudah berbaikan dengan Peat.
“Benarkah? Lalu, kenapa kau terlihat stress? Apa ada sesuatu?”
“Aku tidak ingin Peat bertemu dengan wanita itu”
“Kau tidak ingin dia bertemu dengannya karena kau khawatir atau posesif?”
“Keduanya!”
“Kau dan Peat hanyalah teman. Kalian bisa saling mengkawatirkan tapi jika posesif, hati-hatilah karena Peat tidak akan senang.”
“Sekarang kami memang teman, tapi suatu hari…”
“Jika Peat ingin menjadi lebih dari teman, dia pasti sudah melakukannya dari dulu,” tegas Kris agar Chaya bisa sadar. “Jika kau masih terus ingin berpikir seperti itu, terserah padamu. Tapi berhati-hatilah, suatu hari dia tidak akan melihat persahabatanmu lagi. Kau seharusya mengenal Peat dengan baik. Tersakiti hari ini lebih baik daripada terus tersakiti di masa depan tanpa akhir karena berusaha mendapatkan sesuatu yang mustahil.”
Chaya benar-benar kesal mendengar nasihat dari Kriss.
Peat dalam perjalanan pulang ke apartemennya sambil terus tersenyum memikirkan Kiew. Dan tiba-tiba dia teringat kalau seharusnya hari ini dia pergi dengan Chaya. Dan dia langsung menelpon Chaya karna sudah lupa dengan janjinya.

Chaya yang mendapat telepon dari Peat langsung sumringah. Kriss memperingatkan Chaya untuk tidak usah memberitahu Peat kalau dia ada di sini. Chaya mengangkat telepon dan berpura-pura tidak tahu kalau Peat bertemu dengan Kiew, dia bertanya apa Peat bertemu dengan dosen? Apa Peat punya masalah? Dia menelpon tetapi kenapa Peat tidak angkat?
“Oh… itu… tiba-tiba saja dosen ingin aku segera menyelesaikan tugasku. Baru dia mengizinkan aku untuk melewatkan kelas (cuti),” bohong Peat.
“Benarkah? Bukan karena kau bertemu dengan seseorang?”
“Siapa? Siapa maksudmu?”
“Wanita itu.”
“Aku tidak bertemu dengannya.”
“Benarkah?”
“Lebih baik tidak bertemu dengan wanita itu. Aku tidak ingin melihatnya. Dan aku juga malas berdebat denganmu juga. Kau tidak suka dia, kan?”
“Terimakasih, karena sudah khawatir dengan perasaanku.”
Dan Chaya membatalkan rencananya untuk pergi ke Jeju. Dia punya tugas yang harus segera di selesaikan.
Setelah berteleponan dengan Peat, mood Chaya menjadi lebih buruk. Dia menangis dan memberitahu Kriss kalau Peat sudah berbohong padanya. Tapi, Chaya terus berpikir positif kalau Peat berbohong padanya karena Peat tidak mau dia merasa tidak nyaman. Peat tahu dia tidak menyukai Kiew dan karena itu Peat berbohong. Peat peduli dengan perasaannya.
“Peat peduli padamu karena kau temannya.”
“Hanya teman? Baiklah! Aku akan berhenti!” putus Chaya.
Kris tersenyum mendengar keputusan Chaya tersebut.
“Berhenti mengganggu Peat,” lanjut Chaya. “Apapun yang Peat tidak suka, tidak akan ku lakukan. Suatu hari, Peat akan mengerti perasaanku dan merasakan hal yang sama. Kami akan menjadi lebih daripada teman. Aku tidak akan pernah berhenti mendapatkan Peat.”
Kriss sampai kehilangan kata-kata mendengar kebodohan Chaya tersebut.
--

Pa bersama dua orang temannya pergi ke café. Dan kebetulan sekali, café itu adalah café dimana Katha kerja sambilan. Pa sampai terkejut karena Katha ternyata kerja sambilan sebagai pelayan café dan tentu gajinya kecil.
Pa segera berbisik pada temannya kalau Katha adalah orang yang membuat ponselnya rusak. Dan temannya langsung berbisik juga kalau Pa sangat kejam karena meminta Katha yang hanya pelayan café dengan gaji kecil untuk mengganti biaya kerusakan langsung. Pa juga merasa bersalah, kalau dia tahu Katha hanya pelayan café, dia pasti akan minta Katha hanya membayar setengah biaya berbaikan.
Lagi asyik-asyiknya bisik-bisik, si Katha malah mendekatkan kepala ke arah Pa untuk mendengar bisikan mereka. Pa yang sadar, langsung mendelikkan mata pada Katha.
Pa dan temannya akhirnya memesan makanan. Dan Pa meminta Katha untuk melayani dengan baik dan dia akan berikan tips yang banyak. Katha menyuruh Pa untuk tidak khawatir, dia pasti akan memberikan pelayanan terbaik.
Selesai melayani Pa and teman-temannya, Katha langsung naik ke atas panggung untuk memainkan instrumen. Teman Pa jadi kasihan karena Katha melakukan banyak hal untuk mendapatkan uang. Temannya menyindir kalau Katha mungkin sekarang ini tidak punya uang karena uangnya habis untuk membayar biaya perbaikan ponsel Pa. Pa tersindir dan meminta temannya untuk tidak menyindirnya.
Selesai makan, sebelum keluar, Pa menghampiri Katha terlebih dahulu.
“Kau melakukan banyak hal, apa kau tidak lelah?”
“Tidak. Aku ingin mengurangi beban orangtuaku.”
“Bagus juga. Belajarlah yang rajin, setelah kau lulus mungkin kau bisa mendapatkan kerjaan dengan gaji yang lebih bagus dari sekarang. Jadi, orang tuamu juga bisa hidup dengan nyaman. Dan selama waktu itu, mungkin akan sedikit sulit,” ujar Pa. Pa kemudian mengeluarkan dompetnya dan memberikan sejumlah uang, “Ini. Tips dariku. Dan jangan boros.”
Katha tertawa menerima uang tips dari Pa, “Kau keluar untuk bermain seperti ini. Orangtua mu tidak marah karena kau boros?”
“Aku biasanya tidak mau ke café seperti ini, butuh banyak uang. Tapi, temanku hari ini ulang tahun dan dia yang mentraktir. Udah ya, aku pamit dulu.”
Setelah Pa pergi, Katha senyum senyum sambil bilang kalau Pa itu pelit dan tukang ngomel (tapi, dalam hati senang).
--
Kriss pulang ke hotel dengan langkah lunglai. Teringat akan tekad Chaya yang akan terus berusaha mendapatkan Peat sehingga hubungan mereka bisa lebih dari teman.
Sementara itu, Chaya menangis mengingat kebersamaan Peat dan Kiew.
Peat sedang melihat foto Kiew di ponselnya yang tidak di hapusnya, dan tersenyum.
Kiew melihat hadiah lonceng angin dari Peat dan tersenyum senang.
Mereka berdua (Peat dan Kiew) tersenyum mengingat ciuman tadi sore.
--

Kiew melakukan perform dengan memasak makanan Thai setelah kemarin di ajarkan cara membuat Kimchi. Mereka memuji masakan Kiew yang sangat enak.
Peat diam-diam datang ke sana dan melihat Kiew.

Flashback
Peat di apartemen. Chaya datang dengan membawa dua kantong besar yang berisi makanan. Dia mengajak Peat untuk makan bersama sebelum ke kampus. Peat sedikit tidak nyaman melihat Chaya (dia pasti tidak mau makan karena menunggu makanan dari Kiew).
“Jika kau bertemu dengan wanita itu, apa yang akan kau lakukan?” tanya Chaya.
“Aku tidak akan melakukan apapun. Jika bicara, aku akan bicara.”
“Aku takut kalau wanita itu akan merubah pendirianmu. Pikirkan masa depanmu, Peat.”
“Sejak kapan aku tidak pernah memikirkan masa depanku?”
“Tolong jangan marah padaku. Aku hanya mengingatkanmu. Sebagai seorang teman yang punya niat baik untukmu. Kau juga tahu hal ini, kan?”
“Chaya, apa maksudmu?”
“Ingat, Peat. Kau punya target yang harus kau capai. Jika kau gagal atau teralihkan, kau masih punya muka untuk pulang? Putuskan sepenuhnya, kau harus memutuskan hubungan sepenuhnya. Semakin sering kau bertemu dengan wanita itu, semakin kau akan goyah. Ingatlah masa lalumu yang buruk akan datang dan menghantuimu. Masalah ini, kau tidak akan bisa berbohong padaku seperti itu tidak pernah terjadi.”
Peat jadi termakan omongan Chaya. Dan Chaya nampak senang karena Peat nampaknya terpengaruh.
End

Selesai melakukan perform, Kiew meminjam dapur untuk memasak makanan thai lain. Dia memberitahu dosennya kalau dia membuatkan makanan untuk teman Thai-nya yang kuliah di sini. Dia rasa kalau temannya itu pasti rindu dengan masakah Thai.
“Ohh… ada teman yang menunggu untuk bertemu denganmu di depan ruangan ini. Aku tidak tahu, apa itu teman yang kau maksud atau bukan,” beritahu dosennya.
Kiew tersenyum lebar. Dia meminta izin untuk pergi menemui temannya itu.

Saat keluar, bukan Peat yang di lihatnya. Melainkan Chaya. Kiew langsung malas dan mau melewati Chaya seolah tidak melihatnya. Tapi, Chaya menghalangi jalannya dan mengajak Kiew bicara, mengenai Peat.
Mereka bicara di luar kampus. Dan Chaya langsung mengatakan maksudnya.
“Aku ingin memohon padamu untuk tidak menghubungi Peat lagi.”
“Kenapa?”
“Kau tahu, sebelum kau datang, Peat senang dengan hidup barunya, lingkungan baru dan juga teman baru. Tapi, setelah kau datang, kenangan buruk di masa lalu kembali dan melukainya lagi. Selama ini, Peat sudah terluka lebih dari cukup terkait kematian ibunya, ayahnya yang punya istri baru dan tiba-tiba mengadopsi seorang putri dan mengusirnya dari rumah. Terkait kematian ibumu, Peat tidak bermaksud. Tapi dia di salahkan olehmu sebagai seorang pembunuh! Jika kau masih punya kesadaran, kau mungkin dapat berpikir kalau masalah ini, orang yang paling terluka adalah Peat.”
“Aku hanya ingin bertemu dengannya. Ingin memintanya untuk pulang. Aku tidak pernah berpikir untuk membuatnya terluka.”
“Jangan khawatir. Bagaimanapun, dia pasti akan kembali suatu hari nanti. Tapi selama waktu itu, aku mohon, kasihanilah Peat. Kau punya hidupmu, biarkan Peat juga mempunyai kehidupannya sendiri. Dan tolong sampaikan juga ke paman Nai juga, kalau aku akan menjaga Peat sendiri. Menjaganya dengan sangat baik.”
(Ampun si Chaya, kata-katanya ada yang benar, ada yang salah juga. Seharusnya, dia membujuk Peat untuk pulang bukan menjauhkan Peat dari ayahnya. Kalau seperti ini, hubungan Peat dan ayahnya akan semakin renggang. Entah kenapa, aku merasa Chaya hanya ingin Peat menjauh dari orang lain dan hanya bergantung padanya saja!)

Usai bicara dengan Chaya, hati Kiew merasa tidak tenang. Dia teringat semua ucapan Chaya mengenai Peat yang menderita setelah bertemu dengannya lagi. Peat kebetulan lewat dan melihat Kiew, tapi dia memutuskan untuk bersembunyi.
Karena bingung harus menemui Peat atau tidak, Kiew jadi menuruni tangga sambil menghitung : Bertemu! Tidak bertemu! Bertemu! Tidak bertemu!  Tetapi karena terlalu bersemangat turun tangga, Kiew jadi hampir terjatuh dan membuat makanan yang telah di siapkannya untuk Peat jadi ikut terjatuh.
Peat mendengar teriakan Kiew dan segera berlari untuk melihatnya. Tapi, Kiew melihat makanannya yang terjatuh dan langsung muram, mengira itu tanda kalau dia tidak usah bertemu dengan Peat. Dengan terpaksa, Kiew membuang makanannya yang masih dalam bungkusan ke dalam tong sampah.

Setelah Kiew pergi, Peat mengambil kantong makanan itu dari tong sampah. Dan Peat memakan masakan Kiew. Dia tersenyum menikmati makanan itu.
--

Kiew dan Kris akhirnya telah pulang kembali ke Thailand…
Kris menerima pesan dari Chaya yang protes karena tidak pamit padanya sebelum pulang. Kris hanya membalas pesan itu dengan kata : Maaf.

Kriss lanjut membuat makanan dessert untuk café-nya. Kiew datang dan memberikan oleh-oleh yang di belinya di Seoul untuk Kriss (berarti dia tidak tahu kalau Kriss juga ke Seoul). Kriss berterimakasih atas hadiah Kiew dan menyuruh Kiew untuk mencoba menu barunya. Kiew dengan senang hati mencobanya dan memuji keahlian memasak Kriss.
“Aku bertemu dengan Peat di Korea,” cerita Kiew. Kris berpura-pura kaget. “Kami sempat berbicara mengenai beberapa hal. Tapi aku rasa… mungkin tidak akan menghubunginya lagi.”
“Kau menjalani hidupmu. Ketika waktunya tiba, Peat akan kembali sendiri.”
“Aku menghormati keputusannya. Tapi… aku kasihan pada ayahnya.”
--
Khun Nai merenungkan sesuatu di kantornya.

Flashback
Kiew sudah menceritakan mengenai pertemuannya dengan Peat di Korea. Khun Nai langsung ingin menjemput Peat pulang.
“Sebaiknya jangan, ayah.”
“Kenapa?”
“Sekarang, Peat sedang kuliah di sana. Dia memintaku memberitahu mu kalau dia baik-baik saja. Dan dia akan kembali ke Thailand.”
“Aku akan mencari Peat sendiri.”
“Kau juga tahu bagaimana sifat anakmu dengan baik. Semakin kau mencarinya, semakin dia akan kabur. Ketika arus sedang kuat, jangan memaksa perahumu untuk menyeberanginya. Setidaknya, kau tahu dia dimana sekarang. Dan juga… ada seseorang yang sudah menjaganya. Ketika dia kembali, mungkin saat itu dia akan menjadi lebih dewasa dan segalanya mungkin akan menjadi lebih baik. Aku percaya hal itu.”
End

Dan karena memikirkan kata-kata Kiew tersebut, Khun Nai memerintahkan Tee untuk berhenti mencari Peat. Dia akan membiarkan Peat melakukan apa yang di inginkannya.

1 Comments

Previous Post Next Post