Sinopsis Lakorn : Trabab See Chompo (Pink Sin) Episode 11 – 1


 Sinopsis Lakorn : Trabab See Chompo (Pink Sin) Episode 11 – 1
Images : Channel 3
Kiew berdoa memohon untuk kesembuhan Peat. Dan juga agar Peat bisa di beri kekuatan untuk menghadapi apapun yang akan terjadi (kenyataan kalau dia bukan anak kandung Khun Nai).
--
Esok hari,
Khun Nai masih memikirkan perkataan Tee kemarin kalau kemungkinan Peat bukanlah anak kandungnya. Hal itu sangat mengganggu pikiran Khun Nai, tapi bagaimapun dia yang membesarkan Peat. Bagaimana bisa tiba-tiba Peat bukan anak kandungnya?
Kiew turun dan melihat kegalauan Khun Nai. Dia mengajak bicara Khun Nai.
“Apa yang akan ayah lakukan? Peat kemungkinan bukan anak kandung aya.”
“Kiew, kau tahu?” kaget Khun Nai.
Kiew langsung meminta maaf karena kemarin telah tanpa sengaja menguping pembicaraan Khun Nai dan Tee. Khun Nai terdiam.
--
Khun Nai dan Kiew tiba di rumah sakit. Peat masih belum sadarkan diri.
“Aku bertanya pada diriku sepanjang malam, jika Peat bukan putra kandungku, cinta yang ku punya untuk Peat, akankah berubah? Jawabannya adalah… tidak! Aku masih mencintai Peat seperti sebelumnya. Semakin aku tahu kebenarannya sekarang, semakin aku mencintainya dan juga mengasihaninya lebih daripada sebelumnya.”
Khun Nai dan Kiew masuk ke dalam ruang rawat Peat. Khun Nai menggenggam tangan Peat, “Aku menyanyangimu. Tolong bangun, putraku!”
“Kita tidak akan memberitahu kebenaran ini pada Peat, Kiew. Segalanya harus seperti sebelumnya. Aku tetap ayah Peat. Kau adalah adik Peat. Dan Peat juga mempunya hak atas Prompitak seperti sebelumnya.”
“Aku setuju dengan ayah. Segalanya masih sama seperti sebelumnya.”
Dokter setiap hari memeriksa keadaan Peat yang masih belum sadarkan diri. Khun Nai dan Kiew juga tiap hari datang menjenguknya. Begitu pula dengan Chaya, Kriss dan Katha.
Setelah kondisi Peat lebih stabil, alat bantu pernapasan berupa selang di mulut Peat di lepas dan di ganti dengan alat bantu pernapasn oksigen (? – sorry nggak tau apa namanya). Tapi, Peat masih belum sadarkan diri juga.
Kiew menjenguk Peat setiap hari. Dan dia merasa cemas karena Peat masih belum sadarkan diri juga. Kiew menggenggam tangan Peat dan menangis.
“Tidur terus, apa kau tidak bosan? Ini… kau tahu seberapa khawatirnya ayah? Kau tidak cemburu padaku? Karena aku satu-satunya yang di puji, dan kau tidak ada untuk menghancurkannya. Kau tahu, aku sangat senang ketika kau tidak ada untuk memancing emosiku. Ngomong-ngomong, ini hal yang baik juga. Dan akan lebih baik jika kau tidak bangun. Jadi, segala harta Prompitak akan menjadi milikku seorang, seperti yang selalu kau khawatirkan,” ujar Kiew tapi tentu saja itu bukan maksud hatinya. Dia mengatakan itu, agar Peat merasa marah dan kabur. “Aku benar-benar akan merasa senang! Tidak masalah jika kau tidak bangun! Teruslah tidur! Untuk waktu yang lama! Dan tidak usah bangun agar aku tidak perlu melihat wajahmu lagi,” ujar Kiew menangis dan keluar.
Saat Kiew keluar, tangan Peat sedikit bergerak. Suster yang masuk untuk memeriksa keadaan Peat melihat hal itu dan segera memanggil dokter. Kiew jadi panik takut terjadi hal buruk.

Tapi kemudian dia mendengar dokter mengatakan kalau Peat sudah merespon dan bangun. Kiew senang mendengar hal itu dan juga lega karena akhirnya Peat sadarkan diri.
--
“Jika aku melakukan test DNA, Peat pasti akan curiga kalau dia bukan putraku! Lalu, bagaimana aku harus menjelaskannya pada Peat? Aku tidak ingin Peat tahu apa yang Panee lakukan. Jika Peat tahu, Peat akan sangat kecewa dan sedih. Seperti ini saja, Peat sudah merasa sangat sedih. Aku meminta agar semuanya sama seperti sebelumnya, okay?” ujar Khun Nai pada Tee yang masih menyarankan test DNA.
Tee mengerti dan tidak memaksa lagi untuk melakukan test DNA.
Kiew datang berlari pada Khun Nai melaporkan kalau Peat sudah sadarkan diri.
Eng ing eng… Kriss ada di sana dan mendengar pembicaraan antara Khun Nai dan Tee. Kriss memasang senyum sinis mengetahui rahasia itu.


Dokter memberitahu kondisi Peat yang membaik dan akan segera di pindahkan ke ruang rawat pasien biasa. Khun Nai sangat senang. Dia segera berlari masuk dan mengelus kepala Peat. Peat melihat Kiew dan menggerakan tangannya. Kiew segera menggenggam tangan Peat dan tersenyum memandang Peat. Tee melihat sikap Kiew dan Peat tersebut.
--
Peat sudah di pindahkan ke ruang rawat biasa. Kris, Chaya dan Katha datang menjenguknya. Mereka benar-benar senang karena Peat sudah sadarkan diri.
“Aku tidak bisa percaya kalau kau selamat. Meskipun ketika darah di sini tidak cukup dan harus menunggu darah dari tempat lain, kau benar-benar punya semangat hidup yang kuat!” canda Katha.
Peat menjawab kalau dia tidak punya ‘semangat hidup’ itu dan harusnya mati saja. Chaya dan Katha langsung menegur ucapan Peat yang seperti itu.
“Sangat sayang. Aku tidak bisa melihat scene menyentuh dimana ayah memberikan darah untuk menyelamatkan nyawa putranya,” ujar Kriss tiba-tiba.
“Bagaimana bisa Khun Nai berikan? Golongan darah mereka beda. Ayah Peat golongan darah A. Peat golongan darah B,” timpal Chaya. Peat terlihat kaget mendengarnya.
“Jadi kau mungkin punya golongan darah yang sama seperti ibumu. Tidak heran kalau sifatmu berbeda dari ayahmu. Jadi, itu karena kalian punya golongan darah yang berbeda. Awalnya, aku kira kalian bukan ayah dan anak kandung.”
“Apa maksudmu?” tegur Katha.
“Aku hanya menyatakan penelitian untuk bersenang-senang. Kenapa kau sangat serius? Bagaimana bisa Ai-Peat bukan anak kandungnya? Hidup tidak akan sedramatis seperti itu! Menjadi saudara dengan Kiew saja, menurutku itu sudah sangat dramatis.”
Tapi, perkataan Kriss membuat Peat teringat sesuatu.
Flashback
Peat pernah menemani ibunya melakukan MCU, dan saat itu dia melihat laporan kalau golongan darah ibunya adalah O, sementara dirinya adalah B. Dia bahkan sempat bercanda kalau tidak bisa mendonorkan darah untuk ibunya jika terjadi sesuatu.
End
Chaya meminta Peat untuk beristirahat dan tidak usah mempedulikan ucapan Kris. Chaya juga menegur Kris yang bercanda-nya kelewatan. Dia mengusir Kris untuk pulang saja dan biar dia yang menjaga Peat.

Katha merasa ada sesuatu yang di sembunyikan Kris. Katha segera mengejar Kris dan bertanya maksud perkataan Kris. Tapi, Kris berbohong kalau dia hanya bercanda. Katha tetap tidak setuju dengan sikap Kris yang bercanda di saat kondisi Peat seperti ini. Mereka sudah hampir bertengkar.
“Jika Peat tetap lemah, tidak membuat dirinya kuat. Dia pasti akan mati seperti yang di inginkannya,” ujar Kriss.
Katha kaget mendengar ucapan Kris tersebut, tapi Kris langsung pergi. Hal ini membuat Katha jadi bertanya-tanya maksud ucapan Kris sebenarnya.
--

Chaya masih ada hingga malam untuk menjaga Peat. Setelah Peat tidur, Chaya tidak pulang, tetapi berbaring di sofa yang ada di kamar rawat Peat. Peat ternyata tidak tidur, dia masih memikirkan golongan darahnya yang berbeda dengan Khun Nai.
--
Esok hari,
Chaya masih ada terus di samping Peat dan menemaninya. Khun Nai juga datang untuk melihat Peat. Saat Khun Nai datang, Peat langsung seperti mencari seseorang. Khun Nai menyadari hal itu dan memberitahu Peat kalau Kiew sedang rapat di kantor, jadi hanya dia yang datang.
Khun Nai juga berterimakasih atas bantuan Chaya yang menjaga Peat 24 jam. Setelah itu, Khun Nai menanyakan keadaan Peat. Peat hanya diam saja dan menatap Khun Nai. Khun Nai bertanya lagi, apa ada yang ingin Peat bicarakan padanya?
Peat segera menatap Chaya, dan Chaya mengerti kalau Peat ingin dia keluar untuk memberinya waktu bicara dengan Khun Nai. Chaya segera pamit keluar dengan alasan ingin membeli kopi. Setelah Chaya keluar, Peat langsung bicara dengan Khun Nai.
“Ayah, kau menyanyangiku?”
“Tentu saja aku menyanyangimu. Kau putraku,” tegas Khun Nai sambil terus tersenyum.
Peat terdiam. Dia hanya menatap Khun Nai. Terlalu banyak hal yang di pikirkannya.
Setelah Khun Nai pergi, Chaya baru masuk lagi.  Chaya kemudian memberi komentar kalau Khun Nai sangat peduli dan menyanyangi Peat, hingga dia terkadang mengira kalau Peat sudah salah menilai Khun Nai.
"Chaya, aku perlu bantuanmu,” ujar Peat tiba-tiba.
--
Chaya pergi ke rumah peat. Taeng yang menyambutnya dan bertanya apa keperluan Chaya datang? Chaya segera memberitahu kalau Peat ingin mengambil baju untuk di pakai saat keluar dari rumah sakit nanti. Taeng mengerti dan meminta Chaya menunggu sebentar sementara dia mengambilkan baju.
Saat Taeng sudah pergi, Chaya diam-diam masuk ke dalam kamar Khun Nai. Dia masuk ke dalam kamar mandi yang ada di dalam kamar dan mengambil rambut yang ada di sisir. Ternyata, Peat meminta tolong padanya untuk pergi ke rumahnya dan mengambil rambut ataupun sikat gigi ayahnya.
Dan untunglah Chaya berhasil menjalankan misi dari Peat tanpa ketahuan oleh Taeng.
--
Chaya kembali ke rumah sakit dan memberikan rambut Khun Nai yang berhasil di dapatkannya. Peat memberikan rambutnya juga pada Chaya. Dia ingin Chaya menyerahkan rambutnya dan rambut Khun Nai ke lab untuk di lakukan test DNA.
“Kenapa kau harus mempedulikan omongan gila Kriss?”
“Aku curiga. Aku ingin tahu kebenarannya,” tegas Peat.
“Peat, beberapa kebenaran, terkadang tidak perlu di ketahui.”
“Jika kau tidak mau membantuku, aku akan melakukannya sendiri.”
Dan akhirnya, Chaya bersedia membantu Peat.
--
Kiew bekerja lembur hingga malam. Tee juga bekerja lembur dan menyerahkan beberapa dokumen pada Kiew. Mereka berdua sama-sama sibuk mempersiapkan peluncuran produk baru perusahaan.  
Kiew sepertinya merindukan Peat karena dia terus melihat ke ruangan Peat yang kosong.
--
Esok hari,
Khun Nai dan Kiew sarapan bersama. Khun Nai bertanya alasan Kiew yang tidak mau menjenguk Peat.
“Dia mungkin tidak ingin melihat wajahku. Jika aku menjenguknya, aku mungkin akan di usir. Ayah kan juga tahu dengan baik sifat Peat.”
“Aku mengerti. Tapi, menghindarinya bukan metode yang tepat untuk menyelesaikan masalah. Aku ingin kau pergi menemui Peat dan aku ingin kamu juga bersabar menghadapinya. Dan suatu hari Peat akan menerimamu. Anggap kau melakukannya untukku, ya?”
Kiew tidak bisa lagi menolak dan setuju untuk pergi menemui Peat.


Post a Comment

Previous Post Next Post