Khun Chai Puttipat
(2013) Episode 7 - Part 3
Network : Channel 3
Selesai menerima telpon dari Chai Pee, Katesara dengan lega memberitahukan kepada Chinnakorn bahwa Chai Pat telah membawa Keaw ke tempat yang aman. Dan mendengar itu, Yam pun ikut merasa senang dan lega juga.
Namun
Chinnakorn malah merasa cemas, dia takut jika General Pinit mengetahui bahwa
Chai Pat melawan kekuasaannya, maka apa yang akan terjadi.
“Khun
Chin. Jika kita yakin apa yang kita lakukan adalah hal yang benar, tidak ada
yang perlu ditakutkan. Pada akhirnya, kebaikan akan menang melawan kejahatan.
Dan aku percaya bahwa Khun Chai Pat melakukan hal yang benar,” jelas Katesara
dengan lembut.
Tepat
disaat itu, Marathee datang, dan dia mendengar seperti ada nama Chai Pat
disebut oleh Katesara. Lalu dia pun bertanya, apa yang Chai Pat lakukan.
Diteras.
Marathee bertanya lagi, dan Katesara kesulitan untuk mencari alasan. Lalu Yam
menyela, dia mengatakan bahwa tadi mereka sedang membicarakan betapa baiknya
Chai Pat menjadi dokter.
“Dia
memang dokter terbaik. Tapi disisi lain, dia adalah tunangan yang kejam,” keluh
Marathee, lalu dia menunjukan berita di koran. “Dia merusak kehormatan keluarga
Taewaprom. Dia membawa ku pesta dansa, tapi malah berdansa dengan wanita yang
menunjukan paha nya. Selir General Pinit yang murahan itu,” keluh Marathee
dengan kesal.
“Marathee.
Jika kamu tidak tahu apapun, jangan menfitnah N’Keaw seperti itu,” tegur
Katesara.
Marathee
merasa marah, mengapa dia tidak bisa melakukan itu. Lalu tiba- tiba dia seperti
tersadar akan sesuatu, dan dengan lebih emosi, dia menanyakan mengapa Katesara
memanggil Keaw seperti mereka berdua dekat. Dan Katesara membenarkan hal itu.
Dengan
jujur, Katesara memberitahukan segalanya kepada Marathee. Karena Keaw tidak mau
menjadi selir General Pinit, maka Chai Pat membawa Keaw untuk tinggal disini.
Serta mengenai dumpling yang Marathee bawa untuk keluarga Jutathep, itu semua
di buat oleh Keaw yang telah membantunya selama Keaw tinggal di rumah nya.
“Ketika
orang yang sedang kesulitan datang ke sini, maka sangat kejam jika kita menolaknya,”
jelas Chinnakorn.
Marathee
merasa sangat marah kepada Katesara. Dia adalah adik kandung Katesara, tapi
Katesara malah tidak merasa kasihan sama sekali kepadanya, dan menolong Chai
Pat yang membawa Keaw untuk tinggal di sini.
“Aku
menyanyangin adik kandungku. Coba kamu pikirkan, bukankah bagus membiarkan Keaw
untuk tinggal di sini? Jika aku tidak mengizinkannya tinggal disini, maka Khun
Chai akan membawa dia tinggal di Istana, atau ke tempat yang kita tidak tahu,”
jelas Katesara.
“Dimana
dia sekarang? Apa dia disini? Aku perlu bicara kepada nya,” balas Marathee.
Lalu berteriak memanggil nama Keaw agar keluar dari dalam rumah.
Chinnakorn
memanggil nama Marathee dengan keras, dan memintanya agar tenang. Lalu Katesara
menjelaskan bahwa saat ini Keaw tidak lagi berada di rumahnya. Dan Marathee pun
langsung bertanya dimana Keaw sekarang, tapi Chinnakorn serta Katesara tidak
bisa menjawab.
“Jangan
bilang, dia ada di Hua- hin dengan P’Chai Pat,” kata Marathee.
Nenek
dan Kakek meminta maaf kepada Chai Pat karena mereka telah meragukan Chai Pat
sebelumnya, kemudian mereka juga berterima kasih karena Chai Pat telah membantu
putrinya untuk melahirkan. Dan dengan rendah hati, Chai Pat membalas bahwa ini
memang tugasnya sebagai seorang dokter. Lalu Chai Pat pun pamit kepada mereka
semua.
“Aku
pikir ini bukan ide yang bagus, jika kamu kembali sekarang, itu akan berbahaya.
Aku pikir kamu harus tinggal disini dulu semalam,” jelas Kakek, karena hari
sudah mulai mau gelap.
Si
Istri yang telah Chai Pat bantu, dia meminta agar Chai Pat mau memberikan nama
kepadanya. Dan Chai Pat membalas bahwa menurutnya, orang yang harus memberikan
nama kepada anak itu adalah Keaw. Lalu Keaw pun mulai berpikir.
“Anak
ini lahir di desa nelayan, di pulau yang dikelilingin oleh laut. Dia pria. Jadi
namanya adalah Samuthai. Apa kalian
suka itu?” tanya Keaw kepada pasangan tersebut, dan dengan senang mereka
mengiyakan.
“Samuthai
… berarti laut Thai? Nama yang sangat indah,” puji Chai Pat sambil memegang
kepala Keaw dengan lembut.
Melihat
kemesraan mereka berdua, si Istri memuji mereka. Dia mengatakan bahwa Keaw dan
Chai Pat adalah pasangan yang sangat sempurna, satu cantik dan satu nya lagi
tampan. Dan mendengar itu, Chai Pat tersenyum lebar. Begitu juga dengan Keaw.
Chai
Pat dan Keaw berjalan bersama di tepi pantai. Lalu saat memandang ke langit
malam, Keaw merasa sangat kagum, karena dia bisa melihat bintang dengan sangat
jelas ditempat ini, lebih jelas daripada yang dilihatnya di kampung halamannya
Ayuthaya.
Melihat
betapa senangnya Keaw memandang bintang, Chai Pat pun mendekat. Dan dia
menunjukan pada Keaw, bintang yang diketahuinya.
“Itu
disebut Pleiades (atau 7 bersaudara). Coba hitung mereka,” kata Chai Pat.
“1.
2. 3. 4. 5. 6. Itu ada enam,” balas Keaw.
Chai
Pat menjelaskan kepada Keaw, dia mengatakan bahwa bintang itu harusnya ada
tujuh, tapi kebanyakan orang hanya bisa melihat enam dari mereka. Namun orang
yang memiliki penglihatan tajam dan expert seperti astronomi, maka mereka akan
bisa melihat satu yang tersembunyi itu.
“Lihat
disana. Lihat itu, Keaw,” kata Chai Pat sambil kembali menunjuk kearah langit.
Saking
penasaran nya, Keaw pun memegang lengan Chai Pat yang sedang menunjuk kearah
langit. Lalu ketika akhirnya dia berhasil menemukan bintang ketujuh, dia
tersenyum pun lebar kearah Chai Pat yang sangat dekat dengannya. Kemudian
selama sesaat, mereka saling berdiam dan saling memandang satu sama lain sambil
tersenyum.
“Kamu
adalah wanita paling cantik, Keaw. Kamu lebih cantik daripada setiap bintang-
bintang. Aku jujur,” kata Chai Pat memuji Keaw sambil terus memandangnya. Dan
sambil tersenyum malu- malu, Keaw meminta agar Chai Pat berhenti memandangin
nya.
Chai
Pat lalu mengajak Keaw untuk melihat bintang bersama disini. Dia menjelaskan
bahwa menurut koran yang dibacanya, sebuah komet akan muncul sekitar jam 3
pagi, dan jika mereka berada di dekat pantai, maka mereka bisa melihat lebih
jelas.
“3
pagi. Bagaimana jika aku ketiduran?” tanya Keaw.
“Jika
kamu tertidur, maka aku akan membangunkan mu,” balas Chai Pat.
“Apa
kamu tidak mau tidur?”
“Bagaimana
mungkin aku bisa tidur, ketika kamu ada disisiku?” goda Chai Pat, sehingga
membuat Keaw kembali merasa malu.
Kemudian
Chai Pat mengajak Keaw untuk duduk bersamanya, dan mereka kembali memandangin
bintang di langit. Mereka berdua tampak sangat bahagia sekali.
Keesokan
harinya. Menaiki perahu kecil, Chai Pat dan Keaw pulang. Dan sambil
bergandengan tangan, mereka berjalan pulang bersama ke rumah. Namun sesampainya
dirumah, mereka malah bertemu dengan Nenek Oon.
“Ya
ampun! Kamu benaran datang kesini bersama dengan ratu kecantikan!!” hardik
Nenek Oon dengan keras sambil memandang tajam.
Menyadari
arti tatapan dari Nenek Oon, maka Keaw pun menarik tangannya yang dipegang oleh
Chai Pat. Dan merasakan itu, Chai Pat memandangin Keaw dengan heran.
Didalam
rumah. Chai Pat mencoba untuk menjelaskan semuanya, tapi Nenek Oon terus
memotong perkataannya. Nenek Oon mengatai dan menghina Keaw dengan kata kurang
baik, lalu dia menyuruh Chai Pat untuk ikut pulang bersama dengannya.
“Tapi…”
kata Chai Pat ingin menjelaskan.
“Tidak
ada tapi. Atau kamu ingin melihat ku dan Nenek Aiet mati? Aku tidak berpikir
bahwa wanita vulgar murahan bisa lebih berharga untuk mu daripada kedua Nenek
mu,” sela Nenek Oon.
Tidak
tahan lagi mendengarkan semua hinaan itu, maka Keaw pun berdiri dan berlari
pergi dari sana. Lalu Chai Pat ingin mengejarnya, tapi karena Nenek Oon
memanggilnya, maka dia tidak jadi mengejar Keaw dan kembali duduk.
Ditepi
pantai. Keaw menangis mengingat semua hinaan dari Nenek Oon yang memandang
rendah dirinya. Lalu Chai Pat datang. Dan Keaw ingin segera pergi lagi, tapi
karena Chai Pat memengangin tangannya, maka dia tidak bisa pergi.
“Tolong
lepaskan aku,” pinta Keaw dengan kepala tertunduk.
“Tidak.
Aku tidak akan pernah melepaskan mu,” balas Chai Pat.
Keaw
tidak ingin membuat masalah bagi Chai Pat lagi, karena itu dia meminta agar
Chai Pat mau melepaskan nya. Dan Chai Pat membalas bahwa dia tidak ingin Keaw terlibat
bahaya dan di tangkap oleh General Pinit, karena itu akan membuatnya merasa sangat
sedih sekali.
“Aku
mohon padamu, Keaw,” pinta Chai Pat sambil memegang kedua tangan Keaw. “Jangan
khawatirkan tentang keselamatan ku. Aku bersedia melakukan segalanya, karena
kamu adalah orang yang paling penting untuk ku. Aku akan pulang ke Bangkok dan
menyelesaikan semuanya. Untukmu, tinggallah disini. Aku akan segera kembali.
Percayalah pada ku. Jangan melarikan diri, Keaw,” jelas Chai Pat. Lalu dia
memeluk Keaw.
General
Pinit datang mengunjungin rumah sakit. Dia menemui Direktur dan mengancam nya.
Dia mengatakan bahwa dia telah banyak membantu rumah sakit ini, dan tidak
pernah ikut campur akan masalah di rumah sakit. Tapi mengapa Chai Pat malah
mencampuri urusannya dan menusuk nya dari belakang dengan membawa kabur wanita
nya.
“Bagaimana
aku harus menanganinnya? Jika kamu masih cinta dan peduli dengan orang miskin
yang memerlukan pertolongan dari rumah sakit mu, maka selesaikan lah masalah
ini!!” teriak General Pinit dengan marah kepada Direktur.
Nenek
Aiet menasehati Chai Pat, dia mengatakan bahwa Chai Pat masih polos tentang
wanita, karena selama ini Chai Pat hanya sibuk menghabiskan waktu dengan
belajar dan berada di ruang operasi, jadi Chai Pat tidak tahu apapun tentang
trik seorang wanita.
“Keaw
bukan wanita sejenis itu. Keaw orang yang baik,” jelas Chai Pat.
“Kamu
tidak pernah bisa menghakimin Keaw hanya dari mendengarkan orang lain. Ini
tidak adil,” balas Chai Pat dengan tegas.
“Apa
kamu mencoba mengajariku?” balas Nenek Aiet tidak senang.
Chai
Pat menjelaskan semuanya dari awal. Alasan Keaw mengikuti kontes ini adalah
karena Keaw memerlukan uang untuk Ayahnya yang sedang sakit. Dan Keaw tidak
pernah sekali pun berpikiran untuk menjadi selir seseorang, karena itu Keaw
melarikan diri dari General Pinit. Namun General Pinit terus mengejar Keaw.
“Inilah
mengapa aku membawa nya dan membantunya untuk kabur,” jelas Chai Pat.
“Tidak
peduli apa alasan nya. Wanita ini adalah orang kelas bawah, tidak ada gunannya
untuk berhubungan dengan dia,” balas Nenek Oon.
Chai
Lek membela Chai Pat, dia menjelaskan bahwa dulu Nenek Oon sendiri yang pernah
mengatakan kalau tingkatan dan gelar seseorang tidak berarti tanpa kebajikan. Lalu
Chai Pee menambahkan, dia bertanya jika Keaw adalah orang baik, apa mereka
masih memerlukan tingkatan dan gelar.
“Eh…
kalian berdua berani berbicara balik padaku?!” tegur Nenek Oon.
Chai
Pat berusaha untuk bernegosiasi dengan Nenek Aiet, tapi Nenek Aiet tetap tidak
mau menerima Keaw, karena General Pinit adalah orang yang berkuasa disini.
“Apa
kamu memberitahu ku untuk diam dan memperhatikan orang baik di buly oleh pria
yang berkuasa?” tanya Chai Pat.
“Nenek
memberitahu mu agar menyerahkan masalah ini kepada orang yang bertanggung jawab
pada keadilan,” balas Nenek Oon.
“Orang
yang bertanggung jawab pada keadilan? Siapa?” tanya Chai Pat.
“Seseorang
tapi bukan kita,” tegas Nenek Oon.
Dengan
nada sedikit keras, Chai Pat membalas bahwa tidak serorang pun yang bisa. Lalu dia
menanyakan, bukankah seharusnya mereka berdua merasa bangga padanya, karena dia
sebagai cucu mereka, dia tidak diam melihat ketidak adilan.
“Hey!!
Kamu berani bicara seperti ini. Aku yakin wanita itu yang telah mencuci otak mu!”
hardik Nenek Oon.
“Mengapa
kamu terus menyalahkan Keaw? Keaw hanyalah gadis kecil, tapi dia berani untuk
melawan kekuatan gelap. Bagaimana dengan
kita? Kita adalah keluarga Jutathep!! Apa yang kita lakukan? Kita tidak
melakukan apapun!! Tapi kita menyebut diri kita sendiri ‘orang baik’. Tidak kah
kamu merasa malu?” balas Chai Pat dengan nada sangat keras.
Chai
Pat berlutut di depan kedua Neneknya. Dia menjelaskan selama dia bertumbuh, dia
selalu mempercayai perkataan Nenek Aiet dan Nenek Oon, tapi kali ini, dia
meminta tolong agar mereka berdua tidak menghentikannya.
Tags:
Khun Chai Puttipat