Sinopsis
C-Drama : Emperors and Me Episode 02 - 1
Images by : Mango TV
Luo
Xi dan Le Xue tanpa membuang waktu, segera menuju istana Yongfu untuk menemui
Ibu Suri. Saat mereka tiba di depan istana Yongfu, pengawal yang bertugas,
segera melarang mereka untuk masuk karena tidak ada izin dari Kaisar Qi.
“Kurang
ajar! Kau tidak tahu siapa kami?” marah Le Xue dengan berwibawa.
“Ini
adalah kediaman Ibu Suri. Raja memerintahkan tidak ada seorangpun yang boleh
lewat.”
“Kami
adalah Wanita Suci yang datang untuk memberikan nasihat pada Yang Mulia Qi.
Jangan berani-beraninya kau menghalangi kami!” tegas Le Xue. Luo Xi sampai
kagum melihat wibawa dan ketenangan Le Xue menghadapi para penjaga.
“Kalian
adalah Wanita Suci yang di temukan di depan istana?”
“Benar.
Beri kami jalan sekarang juga!” perintah Luo Xi.
Para
penjaga masih ragu untuk membukakan jalan. Tapi, Le Xue dengan wibawa-nya
memerintahkan mereka untuk menyingkir. Dia harus masuk untuk menyembuhkan Ibu
Suri yang telah di perdayai oleh Li Wei (Perdana Menteri).
“Dengan
perintah surga, kami datang untuk menyucikan Yang Mulia. Apa kalian siap
bertanggung jawab atas yang terjadi karena menghalangi?” tanya Le Xue, dan
tersirat ancaman di pertanyaannya.
“Jaga
saja pintu-nya. Kalian kira kami akan membuat masalah di depan kalian?” tanya
Luo Xi.
Dan
akhirnya para penjaga itu menyerah dan membiarkan Luo Xi serta Le Xue untuk
masuk. Sebelum pintu di tutup, Le Xue memperingati mereka untuk tidak
mengganggu ketika mereka sedang dalam proses mengobati. Mereka tidak ingin ada
yang tertular. Para penjaga mengerti dan menutup pintu dengan rapat.
Saat
pintu sudah di tutup, Le Xue dan Luo Xi langsung menghela nafas lega karena
berhasil memperdayai para penjaga itu. Luo Xi bahkan memuji Le Xue yang sangat
pandai berakting.
Ibu
Suri melihat mereka dengan tatapan bingung dan bertanya siapa mereka? Luo Xi
memperkenalkan diri mereka sebagai Wanita Suci. Mendengar hal itu, Ibu Suri
langsung berlutut di depan mereka dan memohon agar Li Wei dapat meninggal
dengan damai. Dan juga memohon kesehatan untuk putranya, Qin Shang, dan juga
agar dia berhasil menaklukan dunia.
Luo
Xi dan Le Xue meminta Ibu Suri untuk berdiri dan bicara dengan mereka. Tidak
perlu sampai berlutut.
“Satu-satunya
alasan Yang Mulia belum membunuhku adalah karena aku adalah ibunya. Dan seluruh
dunia akan membenci-nya karena hal itu. Aku lebih baik membunuh diriku sendiri
dan membuatnya bebas dari kekacauan ini,” ujar Ibu Suri. “Tapi ketika aku
memikirkannya lagi, jika aku
melakukannya, dia akan di pandang hina dan di kutuk oleh keturunannya kelak,
karena telah membuat ibunya sendiri bunuh diri.”
“Anda
sangat mencintai putra Anda,” ujar Luo Xi menyadari cinta Ibu Suri untuk Qin
Shang.
Luo
Xi kemudian mengajak Ibu Suri untuk kabur dari istana ini bersama-nya. Ibu Suri
merasa berat untuk kabur dari istana karena takut jika Qin Shang akan semakin
membencinya.
“Meskipun
kau tetap tinggal dan dikurung oleh Yang Mulia, para penulis sejarah tetap akan
menyebut Yang Mulia sebagai anak durhaka. Meskipun Yang Mulia akan membencimu
jika kau kabur, tapi reputasi-nya akan terjaga bersih. Di tambah lagi, kau akan
mempunyai kesempatan untuk melihatnya menaklukan dunia ini,” bujuk Le Xue.
Ibu
Suri sepertinya mulai terbujuk perkataan Le Xue.
--
Salah
seorang penjaga di Istana Yongfu, menghadap Qin Shang dan melaporkan kalau para
Wanita Suci mengunjungi kediaman Ibu Suri. Para penjaga di sana melapor, berdasarkan perkataan Wanita
Suci, kalau Ibu Suri telah di guna-guna hingga terlibat dalam konspirasi Li
Wei.
Qin
Shang jelas merasa ada yang tidak beres.
--
Ibu
Suri menuju ke arah tempat tidurnya dan membuka karpet yang menutupi lantai. Le
Xue dan Luo Xi jelas heran. Dan ternyata, di bawah karpet itu, ada sebuah pintu
rahasia. Ibu Suri menjelaskan kalau itu adalah jalan rahasia untuk keluar dari
Negara Qi.
--
Qin
Shang beserta para pengawalnya menuju kediaman Ibu Suri. Begitu sampai, dia
langsung bertanya kepada penjaga di sana, sudah berapa lama para Wanita Suci di
dalam?
“Sekitar
1 jam, Yang Mulia. Wanita Suci berkata kalau mereka akan memurnikan kutukan dan
tidak bisa di ganggu,” jawab penjaga.
Qin
Shang sedikit ragu untuk masuk setelah mendengarkan perkataan penjaga. Apalagi
di dalam terdengar suara-suara berisik. Tapi, dia juga merasa tidak tenang.
Setelah berpikir beberapa saat, dia memerintahkan agar pintu di buka dan
memeriksa ke dalam ruangan.
Dan
saat mereka masuk, ruangan itu kosong melompong. Dan ada sebuah benda aneh yang
mengeluarkan suara (itu ponsel). Semua langsung mengeluarkan pedang dan
menggunakan ujung pedang untuk memegang ponsel itu (karena mereka tidak tahu
itu benda apa dan merasa takut). Suara di ponsel menghilang begitu terjatuh ke
lantai.
Qin
Shang berteriak memberikan perintah agar semua prajurit di kerahkan untuk
mencari Wanita Suci dan Ibu Suri.
--
Luo
Xi, Le Xue dan Ibu Suri menelusuri lorong gua yang gelap dan hanya di terangi
dengan sebuah obor.
--
Qin
Shang serta para prajurit bergegas mencari Luo Xi, Le Xue serta Ibu Suri.
--
Ibu
Suri merasa kelelahan berjalan melewati jalan rahasia gua yang panjang. Le Xue
menasehatkan Ibu Suri untuk melepaskan baju-nya yang berlapis dan juga hiasan
kepala yang berat. Ibu Suri langsung melepas-nya.
Setelah
berjalan beberapa saat, mereka akhirnya tiba di depan pintu gua dan berhasil
keluar. Sialnya, prajurit kerajaan Qi dan Qin Shang berhasil menemukan mereka
dan menyudutkan mereka dari berbagai sisi.
“Siapa
yang memerintahkanmu untuk kabur? Siapa lagi yang mendukung Li Wei?” marah Qin
Shang.
Ibu
Suri berlutut dan memohon ampun pada Qin Shang. Dialah yang bersalah karena
telah membujuk Wanita Suci untuk membawanya kabur. Ini bukan kesalahan mereka, jadi,
bunuh saja dia!
“Ibu,
kau sudah membuat usaha ku menghilang sia-sia berulang kali. Kau ingin kematian?!
Kau akan mendapatkannya,” marah Qin Shang dan mengeluarkan pedangnya dari sarung
pedang dan mengarahkannya ke arah Ibu Suri.
Luo
Xi tidak tahan melihatnya. Dia maju dan melindungi Ibu Suri, “Dia Ibumu. Kau tidak
boleh membunuhnya!”
Qin
Shang tidak main-main dan menyuruh Luo Xi untuk menyingkir. Dia segera menebaskan
pedangnya. Luo Xi segera menahan tangan Qin Shang. Prajurit Qin Shang yang
melihatnya, segera berteriak menyebut Luo Xi penyihir karena telah berani
melawan titah kaisar. Prajurit itu mengeluarkan pedangnya dan melemparkannya ke
arah Luo Xi.
Luo
Xi berteriak ketakutan dan menutup matanya dengan rapat, dia mengarahkan tangannya
yang memiliki tanda lahir ke dada-nya. Dan sama seperti ketika dia melihat masa
lalu ketika terlempar ke zaman Kerajaan Qi, kali ini dia melihat hal yang sama
juga.
Dia
kembali ke masa depan. Dan kali ini, dia ikut membawa Qin Shang. Semua orang
yang melihat kemunculan tiba-tiba Luo Xi dan Qin Shang mulai merekam kejadian
itu. Di tambah lagi, Qin Shang mengenakan pakaian aneh dan juga membawa pedang,
sehingga semakin menarik perhatian.
Luo
Xi melihat sekitar dan dia telah kembali ke zamannya. Tapi Qin Shang, dia
merasa bingung melihat gedung-gedung tinggi dan suara-suara kendaraan yang
melintas. Luo Xi memanfaatkan kebingungan Qin Shang untuk kabur, tapi sayang,
Qin Shang mengarahkan pisau ke kepalanya.
“Kau
benar-benar Wanita Suci,” ujar Qin Shang.
“Apa
maksudmu?” dan Luo Xi langsung berusaha melawan Qin Shang.
“Kirim
aku kembali,” perintah Qin Shang.
“Apa
maksudmu?” jawab Luo Xi, dan dia mulai memanfaatkan keramaian untuk kabur.
Qin
Shang tertinggal, dan dia benar-benar bingung dengan semua orang yang mengerubunginnya.
Dia berteriak menyuruh mereka untuk menyingki dan ini adalah perintah Kaisar. Tapi,
para masyarakat yang melihat semakin heboh dan mulai sibuk menyuruh satu sama
lain agar menghubungi 110 karena Qin Shang terus mengarahkan pedang pada
mereka.
Qin
Shang melihat tanda pengenal Luo Xi yang terjatuh di lantai, dan dia segera
memungutnya.
--
Luo
Xi masih bingung yang terjadi dan memutuskan untuk pulang ke rumah. Dia segera
masuk ke dalam kamarnya dan mengingat satu persatu yang terjadi. Awalnya, dia dan
Le Xue pergi ke atap kampus Gedung 5 untuk menolong Fei Yan, tapi dia malah
terjatuh ke bawah gedung bersama dengan Le Xue. Kemudian, mereka tiba-tiba saja
sampai di masa Kerajaan Qi dan melihat eksekusi Perdana Menteri. Selanjutnya,
mereka berusaha kabur bersama dengan Ibu Suri, tapi tertangkap oleh Qin Shang
dan para prajurit. Saat dia menahan Qin Shang untuk tidak membunuh Ibu Suri, seorang
prajurit hendak menyerangnya dan tiba-tiba dia kembali ke masa sekarang.
“Apa
ini mimpi?” tanya Luo Xi pada dirinya sendiri. Dia mencoba mencubit pergelangan
tangannya dan terasa sakit.
--
Jing
Jing meninggalkan pesan suara dengan kesal pada Luo Xi dan menyuruhnya untuk menelponnya
kembali. Dia tampaknya tidak begitu menyukai Luo Xi.
Saat
itu, Fei Yan pulang dan Jing Jing langsung bertanya, “Orang-orang bilang kau melompat
dari gedung. Apa sih yang kau pikirkan?”
“Lompat
dari gedung? mana ada,” jawab Fei Yan.
“Kau,
lihatlah apa yang kau lakukan dengan Luo Xi, membuat kami semua terlibat. Kau tahu
berapa banyak kerugian yang harus kami derita? Bagaimana aku akan menjelaskannya
pada sepupu-ku?!” omel Jing Jing (biar ku
jelaskan dulu ya, jadi sepupu Jing Jing itu adalah owner dari website perjodohan,
yang merupakan tempat kerja Luo Xi)
“Maaf Jing Jing. Itu bukan niatku.”
“Luo Xi mana? Kemana dia pergi hingga tidak
menjawab teleponku?” tanya Jing Jing dengan nada keras.
“Luo Xi… Dia datang ke atap bersama dengan
Xue untuk menemuiku.”
“Terus?”
Fei Yan berusaha mengingat, tapi dia tidak
ingat apapun setelah itu. “Aku tidak ingat apapun.”
Jing Jing langsung emosi dan menyebut Fei Yan
bodoh hingga tidak bisa ingat apapun. Fei Yan hanya bisa diam saja di marah oleh
Jing Jing karena dia memang tidak mengingat apapun. Yang dia ingat hanyalah dia
berada sendirian di atap.
--
Luo Xi masih merasa linglung dengan yang
terjadi selama ini padanya. Tapi, dia kemudian teringat sesuatu. Le Xue tidak
ada bersamanya saat dia kembali ke masa sekarang.
Luo Xi mencoba menelpon ponsel Le Xue, tapi nomornya
tidak bisa di hubungi. Luo Xi menjadi ketakutan. Dia takut yang di alaminya adalah
nyata dan bukan mimpi, dan itu artinya, Le Xue tertinggal di masa Negara Qi.
--
Qin Shang di tangkap polisi dan di kurung di
kursi yang ada penahannya. Tangannya juga di borgol. Dia terus meronta-ronta,
sementara para polisi melihatnya dengan bingung. Apalagi Qin Shang terus saja
menyebut dirinya Kaisar dan bahkan membawa-bawa pedang. Mereka menduga kalau
Qin Shang ini adalah orang mesum.
Akhirnya, polisi menunjukkan kartu identitas
Luo Xi yang mereka temukan di tubuh Qin Shang, “Kau mengenalnya?”
--
He Mo baru saja selesai bertugas, dan dia
langsung menghubungi Le Xue. Sayangnya, ponsel Le Xue tidak bisa di hubungi. He
Mo akhirnya memutuskan untuk menelpon Luo Xi.
“Apa Le Xue bersama-mu?” tanya He Mo.
“Haaa…. Tidak,” jawab Luo Xi dengan lemas.
“Aku tidak bisa menghubunginya. Jika kau
bertemu dengannya, tolong minta dia menelponku.”
“Okay.”
Setelah menutup telepon dari He Mo, Luo Xi
mulai merasa tidak tenang lagi. Tidak lama, dia mendapat telepon dari 110 yang
memberitahu kalau mereka menangkap seorang pria yang terus menyebut dirinya
Kaisar dan bilang mengenal Luo Xi.
“Siapa pria itu? aku tidak mengenalnya. Kalian
pasti salah orang,” jawab Luo Xi dan mematikan telepon.
Tapi, dia baru tersadar kalau mungkin pria
itu adalah Qin Shang?
“Apa aku benar-benar melompati waktu?” tanya
Luo Xi pada dirinya sendiri, mulai menyadari yang terjadi. “Xue… dia tertinggal
di Qi?! Tunggu, mungkin saja dia sudah kembali tapi aku tidak melihatnya.”
Masih dengan sedikit harapan itu, Luo Xi
menelpon Fei Yan dan bertanya Fei Yan ada dimana sekarang? Fei Yan menjawab
kalau dia ada di kampus.
“Apa Xue ada di asramamu?”
“Tidak. Bukankah dia bersamamu terus? Oh ya,
kau pergi ke atap bersamanya untuk mencariku. Aku ingat kalau kalian membantuku
berdiri dan kemudian aku kehilangan ingatanku.”
“Hilang ingatan?”
“Ya. Aneh kan. Apa kalian baik-baik saja?”
“Ya, tidak ada masalah,” jawab Luo Xi dengan
cepat dan segera mematikan telepon dengan alasan ada urusan.
Bel rumah Luo Xi berbunyi, dia mengira kalau
itu adalah kedua orang tuanya yang pulang. Tapi, begitu dia membuka pintu, yang
ada malah polisi. Panik, Luo Xi langsung menutup pintu kembali. Polisi mengetuk
pintu lagi dan menyuruhnya untuk membuka pintu.
Akhirnya, Luo Xi membuka pintu lagi dengan
takut-takut dan bertanya ada masalah apa ya?
“Apa kau Luo Xi?”
“Ya.”
“Kami menemukan tanda pengenalmu darinya,”
jelas polisi dan menunjuk ke Qin Shang yang ada di belakang mereka. “Apa kau
mengenalnya?”
Belum juga Luo Xi menjawab, Qin Shang
langsung mengatakan kalau Luo Xi adalah Ratu-nya. Untung Luo Xi bisa membaca
keadaan dan segera menjelaskan kepada polisi kalau dia dan Qin Shang hanya
sedang melakukan cosplay dan juga Qin
Shang agak sedikit gila.
Mendengar mereka sedang melakukan cosplay, polisi itu langsung memarahi
mereka karena berbuat hal aneh. Dia menceramahi Luo Xi panjang lebar dan menyuruh
Luo Xi berjanji tidak akan mengulangi perbuatannya, juga meminta tanda tangan
Luo Xi sebagai penjamin Qin Shang.
Setelah para polisi pergi, Luo Xi langsung
hendak menutup pintu. Sayangnya gerakan Qin Shang lebih cepat. Dia menahan
pintu dengan kakinya hingga tidak bisa tertutup. Kemudian dia masuk dan berteriak
menyuruh Luo Xi untuk membawanya kembali ke Qi. Luo Xi berusaha menahan Qin
Shang agar tidak mendekat padanya, tapi Qin Shang jauh lebih kuat daripadanya. Dia
tersudut.
“Kita bisa bicara baik-baik kan. Kau ingin
kembali ke Qi kan? Kita bisa mencari caranya bersama-sama,” bujuk Luo Xi. “Dan
juga, bagaimana bisa Yang Mulia memperlakukan Wanita Suci sepertiku tanpa rasa
hormat. Raja yang hebat pasti akan bersikap dengan benar.”
Qin Shang tetap melotot padanya dan
menahannya agar tidak bisa kabur. Luo Xi membujuknya untuk duduk dulu dan
bicara baik-baik. Pas sekali, perut Qin Shang berbunyi dengan keras, tanpa
lapar (Hahaha. Perut bunyi emang nggak tahu waktu ya).
“Kau belum makan seharian, kau pasti lapar
kan?”
“Siapkan makanan!” perintah Qin Shang.
Mereka akhirnya duduk saling berhadapan di
meja makan. Luo Xi membuatkan mie instan untuk Qin Shang dan menyuruhnya makan.
Qin Shang bingung melihat alat makan garpu dan juga mie yang ada di depannya. Dia
hanya mencium wangi mie itu dan tidak memakannya.
Melihat Qin Shang yang tidak mau makan, Luo Xi
akhirnya mengambil mie itu kembali dan memakannya sendiri. Qin Shang
memperhatikan cara Luo Xi memakai garpu. Dan kemudian, dia langsung merebut mie
itu dari Luo Xi kembali dan mulai makan dengan lahap.
“Kau kenapa?” bingung Luo Xi. “Errr., kau
barusan membuatku mencicipi mie itu agar yakin tidak ada racun ya?” sadar Luo
Xi. “Ku kasih tahu ya, jika seorang Wanita Suci ingin membunuhmu, menggunakan
racun adalah cara terakhir.”
Luo Xi juga mulai menjelaskan pada Qin Shang
yang sedang makan, kalau mereka ini sedang melompati waktu. Dan dunia ini
adalah dunia modern. Dan kenapa mereka bisa melompati waktu, dia juga tidak tahu.
“Dunia modern?” bingung Qin Shang.
“Nama panggilan untuk ‘surga’. Kau harus tahu
bahwa banyak orang yang berharap bisa tinggal di sini. Kau beruntung karena aku
membawamu ke sini. Kita tinggal di Surga Tertinggi,” bohong Luo Xi.
Qin Shang tidak peduli pada penjelasan Luo Xi
dan hanya menyuruh Luo Xi untuk membuatkannya mie itu lagi. Luo Xi malas membuatkan
mie lagi, jadi dia mengeluarkan semua cemilan dan kripik yang di milikinya. Qin
Shang tidak mau memakan itu, jadi Luo Xi memakannya duluan untuk memastikan
kalau semua cemilan itu tidak beracun. Setelah melihat Luo Xi memakannya, Qin
Shang merebutnya lagi dan mulai makan dengan lahap (wkwkwk… macam udah kepalaran
beberapa hari).
Qin Shang juga terus memerintahkan Luo Xi
untuk membawanya kembali ke Qi. Luo Xi kesal karena dia kan sudah menjelaskan dari
tadi kalau dia tidak tahu caranya. Dia juga mau kembali untuk membawa Le Xue kembali.
Tags:
Emperors and Me
LANJUT, SEMANGAT
ReplyDeletelanjuuuuut
ReplyDeleteLanjutkaaannnn
ReplyDelete