Sinopsis
C-Drama : Emperors and Me Episode 01 - 2
Images by : Mango TV
Luo
Xi dan Le Xue benar-benar bingung dengan yang terjadi. Kenapa mereka bisa
berada di tempat yang aneh seperti ini? Luo Xi tampak berpikir, dan kemudian
menyadari sesuatu. Dengan senang, dia memberitahu Le Xue pendapatnya.
Menurut
Luo Xi, mereka ini sedang bermimpi (hahahaha… bisa gitu ya, mimpi samaan). Luo
Xi bahkan memberikan pengarahan pada Le Xue untuk tenang saja dan anggap saja
mereka sedang menonton film 3D atau 4D gitu. Dia sudah sering mengalami mimpi
seperti ini, jadi dia sudah terbiasa. Palingan nanti pas terbangun, mereka
sedang berada di rumah sakit.
“Bagaimana
mungkin?! Ini tampak terlalu nyata,” ujar Le Xue masih sulit percaya dengan
pendapat Luo Xi.
Dan
tiba-tiba saja, dari arah gerbang istana, masuk segerombolan pasukan berkuda
dengan membawa senjata. Luo Xi dan Le Xue langsung bersembunyi di balik pilar
yang ada di sana.
Rombongan
pasukan berkuda itu di pimpin oleh Kaisar Qi Qin Shang. Melihat banyaknya
rombongan pasukan yang memasuki istana, Perdana Menteri dan Ibu Kaisar (ibu Qin
Shang), langsung keluar dan bertanya, apa yang terjadi?
Qin
Shang memberikan tanda pada anak buahnya, dan anak buahnya langsung membawa
seorang pria berpakaian prajurit ke depan Qin Sang, “Ini adalah penjaga yang
kau pilih untuk menjagaku. Dan dia berniat untuk membunuhku!” marah Qin Sang.
“Membunuh?”
kaget Ibu Suri. “Putraku, apa kau terluka?” tanya-nya dengan panik pada Qin
Sang. “Perdana Menteri, bagaimana bisa kau begitu ceroboh membiarkan seorang
pembunuh memasuki istana.”
“Perdana
Menteri, menurutmu, apa yang harus kita lakukan pada pengkhianat ini?” tanya Qin
Shang dengan nada intimidasi.
“Yang
Mulia. Seorang pengkhianat harus di penggal,” jawab Perdana Menteri dengan
tenang.
Prajurit
yang berkhianat itu, segera menyerang prajurit yang menahannya. Sepertinya, apa
yang di katakan oleh Perdana Menteri adalah semacam kode untuk para pengikutnya
agar membunuh Qin Shang. Karena setelah dia mengucapkan kalimat itu, prajurit
yang menjaganya, segera maju dan menyerang prajurit Qin Shang.
Pertempuran
tidak terelakkan lagi. Ibu Suri menjerit kaget melihat putranya dalam bahaya
dan hendak maju untuk menghentikan pertempuran, tapi Perdana Menteri menahannya
untuk tidak memasuki arena tempur.
Luo
Xi dan Le Xue yang juga melihatnya, ketakutan. Darah bersimbah dimana-mana. Dan
para prajurit tergeletak tidak bernyawa di lapangan istana.
Perdana
Menteri dan Ibu Suri dengan bantuan pengikut mereka, di kawal untuk meninggalkan
kawasan istana. Sayangnya, Qin Shang yang adalah Jenderal Perang yang ahli,
berhasil mengalahkan para prajurit yang mengawal mereka. Dia mengarahkan pedang-nya
ke Perdana Menteri, tapi Ibu Suri maju untuk melindungi Perdana Menteri.
Luo
Xi dan Le Xue memperhatikan mereka. Dan saat salah seorang pengikut Perdana
Menteri mendekat ke arah Qin Shang, dan tidak ada satupun yang menyadari-nya,
Luo Xi secara spontan berteriak : “Pembunuh!”
Le
Xue segera menutup mulut Luo Xi, sayangnya persembunyian mereka telah terlihat
oleh Qin Shang. Dan karena teriakan Luo Xi jugalah, Qin Shang berhasil membunuh
pengikut Perdana Menteri yang hendak membunuhnya.
“Yang
Mulia,” ujar Ibu Suri dan langsung berlutut di hadapan Qin Shang, “Perdana Menteri
telah melayani Negara Qi dengan sepenuh hati. Pasti ada seseorang yang
menjebaknya,” bela Ibu Suri.
“Ibunda,
walau sudah sampai seperti ini, kau masih memihak padanya?!” marah Qin Shang.
“Pasti
ada kesalahpahaman. Tolong, jangan bunuh dia.”
Qin
Shang tidak mau medengarkan permohonan ibu-nya, dan menyuruhnya untuk
menyingkir. Ibu Suri tetap tidak mau menyingkir dan malah memegang kaki Qin Shang
dan memohon, agar dia saja yang dibunuh, tapi jangan membunuh Perdana Menteri.
“Shang
memerintahkan Ibu Suri untuk di bawa ke Istana Yongfu dengan penjagaan ketat di
depan pintu. Tidak ada yang boleh mengunjunginya tanpa seizinku!” perintah Qin
Shang.
Pengawal-nya
mengiyakan, dan segera membawa Ibu Suri ke dalam Istana Yongfu walaupun Ibu Suri
terus memberontak.
Setelah
ibunya pergi, tanpa ragu, Qin Shang menebaskan pedangnya mengenai leher Perdana
Menteri. Dan dalam sekejap, Perdana Menteri meninggal.
Luo
Xi dan Le Xue berseru kaget melihat dengan mata kepala mereka sendiri, eksekusi
terjadi.
Usai
membunuh Perdana Menteri, Qin Shang dengan di ikuti para prajurit-nya langsung
menyudutkan Luo Xi dan Le Xue yang bersembunyi. Semua pedang terarah ke arah
mereka. Qin Shang memperhatikan wajah mereka dengan seksama, dan begitu melihat
wajah Luo Xi, Qin Shang tampak terkejut.
Dia
ingat melihat wajah Luo Xi, adalah wajah wanita yang di selamatkannya saat dia
mengunjungi tempat pembangunan (lho…lho, itu kan mimpi Luo Xi. Jadi, dia
beneran bertemu Qin Shang???)
--
Malam
hari,
Qin
Shang duduk di atas tahta-nya, dan penasehat memberikan sebuah lukisan padanya.
Sementara
itu, Luo Xi dan Le Xue di bawa ke dalam sebuah kamar yang mewah. Luo Xi takut
karena tidak tahu apa yang akan di lakukan pada mereka. Begitu pula Le Xue. Tidak
lama, segerombolan dayang istana masuk ke dalam kamar mereka dengan membawa
kain-kain indah, perhiasan dan emas. Usai meletakkan semua bawaan itu di atas meja,
para dayang segera pergi keluar.
Luo
Xi segera tertarik melihat perhiasan dan emas-emas tersebut. Le Xue segera
menegur Luo Xi untuk berhati-hati dan jangan berbuat hal bodoh. Ini bukan
saatnya bagi mereka untuk memikirkan perhiasan. Mereka harus memikirkan kondisi
mereka sekarang.
“Jika
kita tidak segera menjelaskan situasi kita, kita akan berakhir menjadi ‘barang’
dari Negara Qi,” ujar Le Xue.
“Apa?
Apa maksudmu Negara Qi seperti yang tertulis di buku?” kaget Luo Xi. Dan Le Xue
segera memberi tanda pada Luo Xi untuk menurunkan volume suaranya.
“Di
lihat dari pakaian dan peralatan mereka, ini harusnya adalah masa Negara Qi,”
jelas Le Xue.
“Apa
itu artinya kita kembali ke masa lalu?” tanya Luo Xi masih sulit percaya.
“Sulit
untuk di percaya. Tapi tidak ada penjelasan lainnya lagi.”
“Time travel,” gumam Luo Xi. “Apa ini ada
hubungannya dengan mimpi-ku?”
“Mimpi?
Mimpi yang kau ceritakan pada Fei Yan?” tanya Le Xue balik.
“Bukan.
Aku juga punya mimpi lain yang mirip seperti ini. Eh, tunggu dulu… Qin Shang. Apa
catatan sejarah mengenai-nya?”
“Kaisar
yang bijaksana. Tidak ada ahli waris. Turun tahta dan di serahkan pada kaisar
lain-nya. Tidak menikah seumur hidupnya,” jawab Le Xue sambil mengingat
pelajaran sejarah yang di pelajarinya.
“Dia
mungkin gay,” simpul Luo Xi.
Le
Xue langsung menghela nafas mendengar kesimpulan Luo Xi yang asal. Seorang dayang
masuk dan memberitahu kalau Kaisar ingin bertemu dengan Luo Xi, dan Luo Xi
harus ikut dengannya ke Istana. Luo Xi kaget karena Kaisar Qi ingin bertemu
dengannya.
--
Esok
hari,
Qin
Shang masih melihat lukisan yang di perlihatkan oleh penasehat kemarin malam
padanya. Wajah wanita di lukisan itu sangat mirip dengan Luo Xi.
“Yang
Mulia, orang dalam lukisan itu semakin terlihat seperti wanita berpakaian aneh
semalam,” pendapat penasehat. “Selamat! Tuhan mengirim seorang Wanita Suci
untuk membantu Anda.”
“Wanita
Suci?”
“Bukankah
Yang Mulia sering mengatakan bertemu wanita itu di negeri dongeng? Pasti wanita
ini mengagumi Yang Mulia dan ingin membantu negara kita untuk menyatukan negara
lain.”
Qin
Shang mengangguk-anggukan kepalanya mendengar pendapat si penasehat.
Seorang
dayang masuk dan melapor kalau Wanita Suci telah tiba. Qin Shang menyuruh mereka
untuk masuk. Luo Xi langsung masuk dengan gaya jalannya yang santai sementara
Le Xue dengan cara jalan yang berwibawa. Penasehat langsung marah karena mereka
tidak berlutut di hadapan Kaisar. Qin Shang memberi tanda pada penasehat untuk
diam.
“Aku
hanya menyuruhmu membawa satu orang,” ujar Qin Shang pada dayang itu.
“Maafkan
saya, Yang Mulia,” mohon si Dayang dan menudukkan kepalanya.
“Kami
yang minta padanya untuk membawa kami berdua. Kaisar Qi, tolong jangan
menghukumnya,” jelas Luo Xi.
“Kami
tidak bermaksud tidak menghormati Yang Mulia, hanya saja…,” ujar Le Xue.
“Hanya
saja kami tidak bisa di pisahkan. Kami harus selalu bersama,” bohong Luo Xi.
“Kenapa?”
tanya Qin Shang heran.
“Karena…
karena…,” bingung Luo Xi dan menatap Le Xu. Tapi Le Xue juga tidak tahu harus membuat
alasan apa. “Karena… tanda zodiak.”
“Zodiak?
Maksudmu Astrologi?”
“Ya
sejenis itu,” gugup Luo Xi.
Dan
untuk mengalihkan perhatian Qin Shang mengenai zodiak, Luo Xi langsung meminta
Qin Shang untuk mengampuni dayang tersebut. Qin Shang mengerti dan menyuruh
dayang itu untuk keluar. Luo Xi langsung berbisik pada dayang itu untuk
membawakan banyak makanan di kamarnya karena sudah di selamatkan (hahahaha memang
Luo Xi ini banyak akal).
Qin
Shang segera memberi perintah untuk menyediakan tempat duduk bagi Luo Xi dan Le
Xue. Para dayang di ruangan itu, segera menunjukkan tempat duduk yang sudah di
sediakan dan juga menghidangkan makanan untuk mereka.
Luo
Xi segera mencicipi buah yang terhidang. Saat mengambil buah, Luo Xi menarik
lengan bajunya yang panjang ke atas sehingga pergelangan tangannya terlihat. Qin
Shang memperhatikan dan menyadari kalau pergelangan tangan Luo Xi ada bekas
memerah. (Ini persis di bekas pergelangan tangan
wanita yang menerima darah sang dewa waktu. Apa itu bukan mimpi tapi
kenyataan?)
“Kau
terluka,” tanya Qin Shang.
“Dimana?”
bingung Luo Xi.
“Aku
tanya apa kau terluka atau tidak.”
“Oh,
ini. Ini tanda lahirku yang ku dapat sejak aku lahir.”
Le
Xue kemudian meminta maaf dengan sopan pada Yang Mulia karena sudah membuat
masalah. Qin Shang mengatakan tidak apa-apa, justru dia berterimakasih pada
mereka karena merekalah dia berhasil mengeksekusi Li Wei (Perdana Menteri). Dia
bahkan mengajak mereka bersulang.
Luo
Xi memanfaatkan rasa terimakasih Kaisar Qi untuk meminta imbalan hadiah uang. Le
Xue setengah berbisik pada Luo Xi untuk tidak bicara omong kosong. Kalau sempat
ada masalah, dia tidak akan bisa menolong Luo Xi. Luo Xi malah menyuruh Le Xue
untuk tenang saja, dia hanya sedang memanfaatkan keadaan untuk menghasilkan
uang.
“Dilihat
dari pakaian kalia, kalian berdua pasti bukan orang biasa,” tebak Qin Shang.
“Kau
bisa melihatnya? Aku tidak akan bercanda, kami berdua adalah saudara abadi dari
gunung Kunlun, para gadis di bawah Boddhisattva Guanyin. Namaku adalah Luo Xi
dan namanya Le Xue. Kami datang untuk menjadi perantara surga dan melakukan hal
baik,” karang Luo Xi.
“Siapa
itu Guanyin? Dan dimana itu Gunung Kunlun?” tanya Qin Shang, penasaran.
“Kamu
tidak perlu tahu hal itu secara mendetail. Seperti kata pepatah, rahasia surga
tidak boleh di beritahu.”
Dan
karena ucapan Luo Xi yang seperti itu, Qin Shang makin semangat untuk menyambut
kedatangan Luo Xi dan Le Xue di istana-nya. Dia menyuruh Luo Xi dan Le Xue
untuk tinggal sementara di istana-nya ini. Luo Xi tidak menduga keadaan itu,
tapi dia terus saja bicara omong kosong kalau Qin Shang akan dapat menyatukan
kerajaan. Qin Shang akan mendapatkan dukungan darinya, tapi jangan lupa untuk
menambahkan hadiahnya.
“Bagaimana
jika aku menghadiahkan dunia untukmu? Aku menjadikan nona Luo Xi menjadi Ratu-ku.
Dan memerintah dunia bersamanya,” umumkan Qin Shang tiba-tiba.
Luo
Xi benar-benar terkejut, “Menjadikanku ‘ratu’-mu?”
“Dia
menginginkanmu,” pertegas Le Xue.
“Tidak.
Tidak. Tidak bisa. Dialah si Wanita Suci,” tunjuk Luo Xi pada Le Xue. “Aku
hanya pegawai magang biasa. Kau juga masih bisa menyatukan dunia tanpa menikahiku.
Benar!”
Luo
Xi segera memberi tanda pada Le Xue agar membantunya. Tapi Le Xue juga tidak
bisa membantu dan hanya bisa menyuruh Luo Xi untuk mengatasi sendiri masalah yang
dibuatnya.
“Aku
sudah beritahu kan, kalau kami berdua tidak bisa di pisahkan. Ini aturan surga,”
bohong Luo Xi.
“Jika
seperti itu, kalian berdua bisa melayani-ku bersama,” putus Qin Shang.
“Apa?!”
kaget Le Xue dan Luo Xi bersamaan.
Qin
Shang mempertegas kalau dia akan menikahi dua Wanita Suci itu. Luo Xi hendak
protes, tapi Le Xue menyuruh Luo Xi untuk tidak asal bicara dulu. Dengan tenang,
Le Xu meminta waktu untuk mempertimbangkan hal ini. Mereka harus meminta izin
surga dan juga izin kedua orang tua.
“Baik.
Aku akan memberikan kalian 3 hari. Dan setelah itu, kita akan menikah!”
“Hah?
Bukankah kau tadi bilang akan memberikan waktu untuk kami mempertimbangkannya?”
protes Luo Xi lagi.
“Ini
bukan pertanyaan. Tapi perintah!”
Luo
Xi hendak protes lagi, tapi Le Xue segera menyuruhnya diam agar masalah tidak
semakin panjang.
--
Luo
Xi dan Le Xue kembali ke dalam kamar mereka. Dan begitu masuk, Luo Xi langsung membungkus
semua perhiasan dan emas yang bisa di bawanya. Dia hendak kabur dari istana itu.
Le Xue merasa kalau percuma mereka berusaha kabur, mereka tidak akan bisa
keluar dari istana ini apalagi dari Negara Qi.
“Benar,”
setuju Luo Xi setelah memikirkan perkataan Le Xue. “Jadi kita harus bagaimana sekarang?
Qin Shang itu tampan, tapi dia pembunuh berdarah dingin. Dan juga orang aneh. Xue,
menurutmu, apa yang harus kita lakukan sekarang?”
“Kecuali
ada orang yang mengenal baik tempat ini, dan bersedia memimpin kita keluar dari
sini.”
“Siapa?”
“Ibu
Suri!
BERSAMBUNG
Tags:
Emperors and Me
Lanjut y kak.
ReplyDelete