“Mengapa
kamu mencariku?” tanya Da Feng, dengan acuh.
“Aku
kesini untuk mengembalikan jam tanganmu,” jawab Fu An, beralasan.
Da
Feng tidak memperdulikan jam lama nya lagi, karena dia telah memiliki jam
tangan yang baru. Lalu dia menyuruh agar Fu An pergi, jika tidak ada hal lain
lagi. Dan memberanikan dirinya, Fu An meminta agar Da Feng mau membantunya.
“Ketika
aku meninggalkan gunung, aku kehilangan semua uangku. Adikku sedang sakit, dan
diluar ada taksi yang menunggu bayaran. Kecuali kamu, aku tidak mengenal
siapapun lagi. Bisakah kamu meminjamkan ku uang?” pinta Fu An, menjelaskan
situasinya.
Mendengar
semua itu, Da Feng sama sekali tidak mau membantu dan bahkan dia tidak peduli,
karena menurutnya mereka berdua tidak cukup dekat.
Fu
An meminta agar setidaknya Da Feng mau memberikan bahan- bahan obat kepadanya,
karena perusahaan Da Feng merupakan perusahaan farmasi yang besar, jadi pasti
ada. Namun Da Feng tidak mau, menurutnya jika dia membantu Fu An sekali, maka
Fu An akan selalu mengganggu nya lagi nanti.
“Adikku
sakit. Aku tidak bisa menemukan kakek Wang Cai. Aku benar- benar tidak punya
pilihan lain. Itu mengapa aku datang padamu. Selain dari kamu, aku tidak
mengenal siappun lagi. Aku mohon padamu,” pinta Fu An.
Supir
taksi yang mendengar semua itu, dia memotret wajah Da Feng, lalu dia memarahi
Da Feng karena telah begitu tidak memiliki hati nurani untuk menolong Fu An
yang telah memohon. Dia mengancam akan mengirimkan foto tersebut kepada media,
sehingga Da Feng akan malu. Setelah itu, dia menarik Fu An untuk pergi
bersamanya.
“Eh…
aku hanya bercanda saja. Bagaimana bisa aku tidak menolong temanku?” kata Da
Feng, menarik Fu An ke arahnya. Mungkin dia takut, image nya akan buruk.
Da
Feng kemudian memberikan perintah kepada karyawannya untuk membatalkan janjinya
siang ini. Setelah itu dia memberikan bayaran kepada si Supir Taksi, dan mengajak
Fu An untuk pergi bersamanya.
Walaupun
merasa heran, karena sikap Da Feng yang berubah begitu cepat, namun karena
membutuhkan bantuannya. Maka Fu An pun mengikuti Da Feng.
Dibawah
jembatan. Ketika memeriksa kondisi Pi Dan yang sedang panas tinggi, maka Da
Feng pun mengajak Fu An untuk mengikutinya, karena tidak mungkin bagi Pi Dan
untuk tidur di tempat seperti ini. Dan dengan segera, Fu An pun menggendong Pi
Dan dan mengikuti Da Feng. Lalu Anthony juga mengikuti mereka.
Da
Feng memasakan obat untuk Pi Dan. Sementara Fu An, dia menyelimuti Pi Dan serta
berusaha mengobatinya menggunakan jarum akupuntur.
“Biarkan
selama 20 menit. Kemudian makan obat. Maka dalam 2 hari seharusnya dia akan
segera membaik,” gumam Fu An. Dan Da Feng yang datang membawa obat, dia
memperhatikan semua itu.
Fu
An kemudian mengucapkan terima kasih kepada Da Feng yang telah menolongnya.
Tapi Da Feng menyuruh agar Fu An tidak perlu berterima kasih, karena setelah Pi
Dan sembuh, maka Fu An harus segera pergi.
“Tidak
kah kamu merasa, terkadang menjadi sakit juga adalah keberuntungan? Melihat
anggota keluargamu mencemaskanmu, itu membuat mu merasa begitu berarti. Tapi
aku sekuat lembu, jadi tidak ada kesempatan untuk merasakan itu,” cerita Fu An
sambil menyiapkan minuman.
“Aku
tidak punya waktu untuk sakit. Dan keluarga kita berbeda. Kecuali seseorang
mati, dan kehilangan hak warisnya, tidak ada orang yang akan bahagia. Shit! Aku
menghabiskan terlalu banyak waktu padamu. Aku harus pergi,” balas Da Feng.
Fu
An menahan Da Feng, lalu dia mengatakan bahwa dia mau membalas kebaikan Da
Feng. Tapi Da Feng tidak mau, karena itu hanya akan merepotkan, lalu dia ingin
pergi. Namun Fu An menahan tangan Da Feng.
Tepat
disaat itu, hape Fu An berbunyi, dan itu berasal dari Dong Jie. Dia
menghubungin Fu An untuk memberitahukan bahwa kotak kaleng Fu An ada
bersamanya. Dan mendengar itu, Fu An pun langsung merasa senang.
“Eeh…
seseorang menemukan kotak kaleng ku dan itu sangat penting untukku. Aku harus
ke taman sebentar. Aku akan kembali dalam 5 menit. Bantu aku menjaga adikku.
Bye bye,” kata Fu An dengan bersemangat kepada Da Feng, lalu dia langsung
pergi.
“Hei!
Gadis desa! Jangan ambil kesempatan dariku!” teriak Da Feng dengan kesal.
“Kakak,
aku merasa dingin,” gumam Pi Dan dalam tidurnya. Dan dengan terpaksa Da Feng
pun harus merawatnya.
“Jika
kamu dingin, maka tutupi dirimu dengan selimut,” gumam Da Feng. Lalu dia
memeriksa dahi Pi Dan yang mulai terasa lebih baikan. Setelah itu dia keluar
dari kamar.
“Dari
gunung Fu Man? Neneknya meninggal? Membawa seorang adik dan seekor anjing? Huh!
Jika bukan karena foto itu, maka aku akan berpikir bahwa Xie Hu Lan adalah …”
gumam Da Feng, karena berpikir orang yang dicarinya adalah Fu An.
Direstoran.
Fu An memeriksa isi kotak kalengnya, dan ketika melihat bahwa semua nya
lengkap, maka dia pun ingin pergi. Tapi anak buah Dong Jie menutup pintu
restoran dan berdiri menghalangin, sehingga Fu An tidak bisa keluar.
“Nona,
apa kamu pikir ini mall? Datang dan pergi sesukamu,” kata anak buah Dong Jie
dengan serius. Lalu dia memberikan tanda agar Fu An duduk.
Dong
Jie yang ingin membalas kebaikan Fu An karena telah menolongnya, dia menanyakan
apa ada yang bisa dia bantu. Dan dengan kebingungan Fu An diam. Lalu Dong Jie
pun menjelaskan bahwa dia harus membalas kebaikan Fu An, karena itu adalah
peraturan diperusahaannya.
“Ooo…
mengapa kamu tidak lebih cepat mengatakannya? Barusan aku butuh bantuan,” kata
Fu An yang akhirnya mengerti.
“Dan?”
tanya Dong Jie, semangat. Dan Fu An menggelengkan kepalanya, karena masalah
telah selesai.
Mendengar
itu, Dong Jie menunduk karena merasa kecewa. Fu An kemudian berpikir dan
mengatakan bahwa dia memang butuh pertolongan, tapi sepertinya itu akan sangat
sulit. Lalu Fu An menanyakan, apa yang akan terjadi kepada Dong Jie, jika Dong
Jie tidak bisa melakukannya.
“Sederhana,
menurut peraturan, belah perut dan mati!” kata anak buah Dong Jie, memberitahu.
“Belah
perut? Seserius itu?!” teriak Fu An, merasa kaget. “Oh. Aku pikir kamu bisa
membantu ku menemukan kakek Wang Cai. Tapi tidak perlu sampai mengeluarkan isi
perutmu sendiri,” kata Fu An.
Fu
An berpikir sebentar. Lalu dia menjelaskan bahwa dia ada berhutang sama orang
juga, jadi dia ingin membalas kebaikan orang tersebut. Jadi sekarang
dikepalanya penuh dengan cara untuk membalas kebaikannya. Sehingga karena itu,
Dong Jie bisa berpura- pura telah membalas kebaikannya saja. Tapi Dong Jie
tidak mau begitu.
“Orang
yang kamu bicarakan, apa itu penting untukmu?” tanya Dong Jie.
“Tidak.
Hanya saja, kami terjatuh ke dalam lumpur hidup bersama. Kemudian kami
berciuman, dan lalu kami bergandengan tangan. Dan ketika adikku sakit, dia
menolong adikku. Jadi…” kata Fu An dengan malu- malu. Dan tiba- tiba saja, dia
teringat bahwa Da Feng sedang menunggunya.
“Jangan
khawatir. Aku tidak akan membiarkan dia menolakmu. Aku mengerti. Selama aku
bisa melihat dia, aku punya 100 cara untuk membuat dia mengatakan ‘yes’. Aku
akan membantu masalah cintamu sebagai bayarannya,” kata Dong Jie yang salah
paham. Dan dengan terbengong, Fu An diam.
“Kamu
salah paham. Aku tidak punya masalah cinta apapun,” kata Fu An menjelaskan.
Tapi Dong Jie sudah keburu jalan duluan.
Tags:
Easy Fortune Happy Life