Sinopsis C- Drama : Easy Fortune Happy Life Episode 3 - part 3


Network : TTV

“Mengapa kamu mencariku?” tanya Da Feng, dengan acuh.

“Aku kesini untuk mengembalikan jam tanganmu,” jawab Fu An, beralasan.

Da Feng tidak memperdulikan jam lama nya lagi, karena dia telah memiliki jam tangan yang baru. Lalu dia menyuruh agar Fu An pergi, jika tidak ada hal lain lagi. Dan memberanikan dirinya, Fu An meminta agar Da Feng mau membantunya.



“Ketika aku meninggalkan gunung, aku kehilangan semua uangku. Adikku sedang sakit, dan diluar ada taksi yang menunggu bayaran. Kecuali kamu, aku tidak mengenal siapapun lagi. Bisakah kamu meminjamkan ku uang?” pinta Fu An, menjelaskan situasinya.

Mendengar semua itu, Da Feng sama sekali tidak mau membantu dan bahkan dia tidak peduli, karena menurutnya mereka berdua tidak cukup dekat.


Fu An meminta agar setidaknya Da Feng mau memberikan bahan- bahan obat kepadanya, karena perusahaan Da Feng merupakan perusahaan farmasi yang besar, jadi pasti ada. Namun Da Feng tidak mau, menurutnya jika dia membantu Fu An sekali, maka Fu An akan selalu mengganggu nya lagi nanti.

“Adikku sakit. Aku tidak bisa menemukan kakek Wang Cai. Aku benar- benar tidak punya pilihan lain. Itu mengapa aku datang padamu. Selain dari kamu, aku tidak mengenal siappun lagi. Aku mohon padamu,” pinta Fu An.


Supir taksi yang mendengar semua itu, dia memotret wajah Da Feng, lalu dia memarahi Da Feng karena telah begitu tidak memiliki hati nurani untuk menolong Fu An yang telah memohon. Dia mengancam akan mengirimkan foto tersebut kepada media, sehingga Da Feng akan malu. Setelah itu, dia menarik Fu An untuk pergi bersamanya.



“Eh… aku hanya bercanda saja. Bagaimana bisa aku tidak menolong temanku?” kata Da Feng, menarik Fu An ke arahnya. Mungkin dia takut, image nya akan buruk.

Da Feng kemudian memberikan perintah kepada karyawannya untuk membatalkan janjinya siang ini. Setelah itu dia memberikan bayaran kepada si Supir Taksi, dan mengajak Fu An untuk pergi bersamanya.


Walaupun merasa heran, karena sikap Da Feng yang berubah begitu cepat, namun karena membutuhkan bantuannya. Maka Fu An pun mengikuti Da Feng.



Dibawah jembatan. Ketika memeriksa kondisi Pi Dan yang sedang panas tinggi, maka Da Feng pun mengajak Fu An untuk mengikutinya, karena tidak mungkin bagi Pi Dan untuk tidur di tempat seperti ini. Dan dengan segera, Fu An pun menggendong Pi Dan dan mengikuti Da Feng. Lalu Anthony juga mengikuti mereka.


Da Feng memasakan obat untuk Pi Dan. Sementara Fu An, dia menyelimuti Pi Dan serta berusaha mengobatinya menggunakan jarum akupuntur.



“Biarkan selama 20 menit. Kemudian makan obat. Maka dalam 2 hari seharusnya dia akan segera membaik,” gumam Fu An. Dan Da Feng yang datang membawa obat, dia memperhatikan semua itu.


Fu An kemudian mengucapkan terima kasih kepada Da Feng yang telah menolongnya. Tapi Da Feng menyuruh agar Fu An tidak perlu berterima kasih, karena setelah Pi Dan sembuh, maka Fu An harus segera pergi.


“Tidak kah kamu merasa, terkadang menjadi sakit juga adalah keberuntungan? Melihat anggota keluargamu mencemaskanmu, itu membuat mu merasa begitu berarti. Tapi aku sekuat lembu, jadi tidak ada kesempatan untuk merasakan itu,” cerita Fu An sambil menyiapkan minuman.


“Aku tidak punya waktu untuk sakit. Dan keluarga kita berbeda. Kecuali seseorang mati, dan kehilangan hak warisnya, tidak ada orang yang akan bahagia. Shit! Aku menghabiskan terlalu banyak waktu padamu. Aku harus pergi,” balas Da Feng.



Fu An menahan Da Feng, lalu dia mengatakan bahwa dia mau membalas kebaikan Da Feng. Tapi Da Feng tidak mau, karena itu hanya akan merepotkan, lalu dia ingin pergi. Namun Fu An menahan tangan Da Feng.


Tepat disaat itu, hape Fu An berbunyi, dan itu berasal dari Dong Jie. Dia menghubungin Fu An untuk memberitahukan bahwa kotak kaleng Fu An ada bersamanya. Dan mendengar itu, Fu An pun langsung merasa senang.



“Eeh… seseorang menemukan kotak kaleng ku dan itu sangat penting untukku. Aku harus ke taman sebentar. Aku akan kembali dalam 5 menit. Bantu aku menjaga adikku. Bye bye,” kata Fu An dengan bersemangat kepada Da Feng, lalu dia langsung pergi.

“Hei! Gadis desa! Jangan ambil kesempatan dariku!” teriak Da Feng dengan kesal.



“Kakak, aku merasa dingin,” gumam Pi Dan dalam tidurnya. Dan dengan terpaksa Da Feng pun harus merawatnya.

“Jika kamu dingin, maka tutupi dirimu dengan selimut,” gumam Da Feng. Lalu dia memeriksa dahi Pi Dan yang mulai terasa lebih baikan. Setelah itu dia keluar dari kamar.


“Dari gunung Fu Man? Neneknya meninggal? Membawa seorang adik dan seekor anjing? Huh! Jika bukan karena foto itu, maka aku akan berpikir bahwa Xie Hu Lan adalah …” gumam Da Feng, karena berpikir orang yang dicarinya adalah Fu An.



Direstoran. Fu An memeriksa isi kotak kalengnya, dan ketika melihat bahwa semua nya lengkap, maka dia pun ingin pergi. Tapi anak buah Dong Jie menutup pintu restoran dan berdiri menghalangin, sehingga Fu An tidak bisa keluar.

“Nona, apa kamu pikir ini mall? Datang dan pergi sesukamu,” kata anak buah Dong Jie dengan serius. Lalu dia memberikan tanda agar Fu An duduk.



Dong Jie yang ingin membalas kebaikan Fu An karena telah menolongnya, dia menanyakan apa ada yang bisa dia bantu. Dan dengan kebingungan Fu An diam. Lalu Dong Jie pun menjelaskan bahwa dia harus membalas kebaikan Fu An, karena itu adalah peraturan diperusahaannya.

“Ooo… mengapa kamu tidak lebih cepat mengatakannya? Barusan aku butuh bantuan,” kata Fu An yang akhirnya mengerti.

“Dan?” tanya Dong Jie, semangat. Dan Fu An menggelengkan kepalanya, karena masalah telah selesai.



Mendengar itu, Dong Jie menunduk karena merasa kecewa. Fu An kemudian berpikir dan mengatakan bahwa dia memang butuh pertolongan, tapi sepertinya itu akan sangat sulit. Lalu Fu An menanyakan, apa yang akan terjadi kepada Dong Jie, jika Dong Jie tidak bisa melakukannya.

“Sederhana, menurut peraturan, belah perut dan mati!” kata anak buah Dong Jie, memberitahu.


“Belah perut? Seserius itu?!” teriak Fu An, merasa kaget. “Oh. Aku pikir kamu bisa membantu ku menemukan kakek Wang Cai. Tapi tidak perlu sampai mengeluarkan isi perutmu sendiri,” kata Fu An.



Fu An berpikir sebentar. Lalu dia menjelaskan bahwa dia ada berhutang sama orang juga, jadi dia ingin membalas kebaikan orang tersebut. Jadi sekarang dikepalanya penuh dengan cara untuk membalas kebaikannya. Sehingga karena itu, Dong Jie bisa berpura- pura telah membalas kebaikannya saja. Tapi Dong Jie tidak mau begitu.

“Orang yang kamu bicarakan, apa itu penting untukmu?” tanya Dong Jie.



“Tidak. Hanya saja, kami terjatuh ke dalam lumpur hidup bersama. Kemudian kami berciuman, dan lalu kami bergandengan tangan. Dan ketika adikku sakit, dia menolong adikku. Jadi…” kata Fu An dengan malu- malu. Dan tiba- tiba saja, dia teringat bahwa Da Feng sedang menunggunya.



“Jangan khawatir. Aku tidak akan membiarkan dia menolakmu. Aku mengerti. Selama aku bisa melihat dia, aku punya 100 cara untuk membuat dia mengatakan ‘yes’. Aku akan membantu masalah cintamu sebagai bayarannya,” kata Dong Jie yang salah paham. Dan dengan terbengong, Fu An diam.


“Kamu salah paham. Aku tidak punya masalah cinta apapun,” kata Fu An menjelaskan. Tapi Dong Jie sudah keburu jalan duluan.

Post a Comment

Previous Post Next Post