Images by : SET TV , TTV, iQiyi
Esok
hari,
Zi
Hao memberi perintah kepada Li Jian agar manager setiap departemen pakaian
wanita harus memberikan ide ataupun saran mengenai cara meningkatkan pendapatan
departemen mereka. Dia bahkan menyarankan agar mereka membuat kuisioner untuk
di isi oleh pekerja dan customer mereka.
Dan
karena ini hari pertamanya bekerja di departemen pakaian wanita, dia ingin
melihat bagaimana situasi di lapangan. Dia yakin kalau mall sedang ramai terutama
di bagian penjualan pakaian wanita karena sekarang kan sudah mendekati musim
natal.
Eh…
tapi kenyataannya, lantai mall tempat menjual pakaian wanita malah kosong
melompong. Zi Hao sampai tidak percaya dan mengira kalau dia sudah salah
lantai. Li Jian menjawab tidak.
“Kenapa
tidak ada satu orangpun?”
“Kita
baru saja buka. Jadi, para customer masih tidur,” alasan Li Jian.
Tapi,
Zi Hao merasa tidak demikian. Dia langsung pergi ke salah satu toko dan meminta
supervisor toko di sana memberikan laporan penjualan baju kemarin. Tapi,
ternyata tidak ada. Supervisor gugup dan membuat alasan kalau sebenarnya penjualan
toko bagus, akan tetapi sejak bulan November, para customer lebih banyak yang
datang melihat tanpa membeli. Dia juga tidak tahu apa alasan hal itu terjadi. Supervisor
menjelaskan kalau para customer masih menghabiskan banyak uang untuk membeli
makanan dan membeli ponsel baru, tapi untuk baju, mereka merasa kalau baju
tahun kemarin masih bisa di pakai untuk tahun ini.
“Dan
lagi, para wanita, mereka rela menghabiskan banyak uang untuk suami dan anak
mereka, tapi untuk diri sendiri mereka sulit,” jelas supervisor.
“Li
Jian, apakah aku terlalu impulsif?” tanya Zi Hao.
“Anda
akhirnya sadar. Anda yang bilang akan bertanggung jawab ya,” sindir Li Jian.
Tidak
lama, Zi Jie datang ke lantai tersebut dan semua SPG langsung menyambutnya
dengan genit. Mereka dengan gaya genit berkata kalau mereka sedih karena Zi Jie
pindah bagian dan meninggalkan mereka di sini. Zi Jie memperlakukan mereka
dengan manja, dan bahkan sebagai tanda perpisahan, dia mempersilahkan para
wanita itu untuk memilih pakaian yang mereka inginkan di lantai ini dan dia
yang akan membayarnya. Semua langsung bersorak girang.
Zi
Jie kemudia menghampiri Zi Hao. Zi Hao menyindir Zi Jie yang sekarang sedang
berada dalam jam kantor tetapi malah menggoda para karyawan.
“Apa
kau tidak lihat, sekarang ini aku sedang mencoba meningkatkan penjualanmu. Ini hari
kerja pertamamu. Penjualan tidak boleh terlalu buruk. Aku rasa aku akan menghabiskan
sekitar NT $300.000 hari ini. Bagaimana? Aku baik padamu kan. Ini karena kau
menolongku di rapat pemegang saham kemarin,” ujar Zi Jie senang. “Udah ya, aku
pergi dulu. Bye.”
Tidak
lama, semua pengunjung wanita di mall tersebut mendapatkan pesan Line secara bersamaan
yang isinya : Ke Ai Fashion Apparel- waktu
terbatas untuk membeli koleksi pakaian terbaru!
Membaca
pesan Line tersebut, para wanita yang ada di dalam mall langsung heboh apalagi
melihat desain pakaian yang ada. Dan mereka bahkan berkata harus segera pergi
ke pasar Tian Tian, atau mereka akan kehabisan.
Zi
Hao mendengar kehebohan dan obrolan mereka tersebut. Apalagi para SPG langsung
mengomel kalau customer mereka di curi lagi, dan hal itu sangat menjengkelkan.
“Pasar
Tian Tian?” tanya Zi Hao.
“Itu
pasar tradisional di dekat sini. Aku selalu pergi ke sana untuk sarapan kue beras.
Di sana ada toko baju,” jawab Li Jian.
“Pesan
apa yang membuat para wanita itu menurut seperti domba?” bingung Zi Hao. “Mari kita
pergi untuk melihatnya.”
--
Zi
Hao dan Li Jian tiba di pasar tersebut. Tidak sulit mencari toko pakaian Ke Ai,
karena mereka tinggal melihat di mana banyak wanita berkumpul.
Ke
Ai sedang mempromosikan koleksi baju terbaru tokonya. Dan para wanita berkumpul
dengan semangat untuk mendengarkan penjelasan desain tersebut. Ke Ai menggunakan
tante Li Hua dan Wen Wen sebagai model untuk bajunya.
Zi
Hao memperhatikan kerumuman itu. Dan matanya langsung membelalak begitu melihat
kalau orang yang sedang menjelaskan mengenai baju itu adalah Chang Ke Ai!
Zi
Hao terus memperhatikan ke arah Ke Ai, dan Li Jian mengira kalau Zi Hao
memperhatikan Wen Wen, jadi dia memberitahu kalau Wen Wen adalah orang yang menjual
kue beras di depan toko pakaian itu. Zi Hao mengabaikan ucapan Li Jian
tersebut.
“Pemilik
toko itu punya ingatan yang sangat bagus. Dia ingat semua ukuran dan baju yang
pernah di beli setiap pelanggan,” beritahu Li Jian.
“Tentu
saja,” ujar Zi Hao.
Salah
satu pelanggan memuji Ke Ai yang sangat pintar hingga bisa ingat ukurannya. Dia
yakin kalau Ke Ai pasti akan menjadi peringkat pertama jika ikut ujian masuk universitas.
Atau Ke Ai adalah murid teratas dulu-nya?
“Kalian
bercanda saja. Jika aku masuk universitas, siapa yang akan membuat style
sempuran untuk kalian semua?” ujar Ke Ai.
“Ya,
benar juga,” jawab semua pelanggan serempak.
Zi
Hao tidak tahan lagi melihat dari jauh, jadi dia mendekat sambil menunjuk Ke
Ai, “Ke Ai, ternyata kau. Kau mencuri semua pelangganku!”
Semua
menatapnya bingung. Wen Wen bahkan langsung menyuruh Zi Hao untuk menurunkan
jarinya. “Dia punya nama. Namanya Chang Ke Ai. Apa kau tidak tahu sopan santun?!”
Dari
belakang, Li Jian langsung memberi kode kepada Wen Wen. Dan hebatnya, Wen Wen
mengerti kode Li Jian yang mengatakan bahwa Zi Hao adalah wakil president Hua Li
Dept. Store.
Ke
Ai mengabaikan Zi Hao dan kembali sibuk melayani para pelanggannya. Dan tiba-tiba
saja Li Jian berteriak karena teringat sesuatu : “Chang Ke Ai! Aku ingat
sekarang! Dia kan juara pertama peringkat masuk universitas di angkatan kita! Dia
lulus masuk universitas kita, tapi dia tidak datang saat daftar ulang.”
“Peringkat
pertama?!” kaget Wen Wen.
Zi
Hao sendiri langsung menarik Ke Ai keluar dari tokonya untuk bicara dengannya. Ibu
Ke Ai tentu langsung memarahi Zi Hao, dan Zi Hao langsung minta maaf dengan
sopan.
“Kau
masih ingin mengingkarinya sampai sekarang?” tanya Zi Hao.
“Ingkari
apa? Jika aku bisa…,” marah Ke Ai. “Eh, tunggu. Apa aku ada hutang uang sama
mu?” tanya Ke Ai bingung.
“Aku
di terima masih ke universitas tujuan pertama mu.”
“Oh
ya? Terus? Selamat ya,” ujar Ke Ai dengan ekspresi malas.
“Kenapa
kau tidak masuk?”
“Bukan
urusanmu.”
“Aku
tahu. Itu karena kau takut. Kau takut harus membawa tas sekolahku untuk satu
tahun, makanya kau tidak masuk universitas.”
“Dasar
orang gila!”
Tapi,
Zi Hao malah ingin menghitung hutang taruhan waktu itu yang telah berlalu
selama 10 tahun di tambah bunga untuk membawa tas itu. Ke Ai emosi dan menyuruh
Zi Hao untuk tidak bermain-main dengannya, dia tidak punya waktu.
“Kalau
kau mau beli baju, silahkan masuk. Jika tidak, jangan mengganggu usaha
jualanku!” tegas Ke Ai dan langsung melemparkan garam ke arah Zi Hao. “Pergi!”
Zi
Hao terhina dan mencoba tersenyum. Tapi, pada akhirnya dia memilih pergi.
--
Walau
sudah kembali ke mall pun, Zi Hao masih membahas mengenai Ke Ai dan hutang Ke
Ai yang harusnya membawa tas-nya selama setahun. Dia bahkan meminta pendapat Li
Jian, kalau Ke Ai tidak mengangkat tas-nya sepuluh tahun yang lalu, maka
bagaimana cara dia menghitung bunganya?
“Tapi,
kau sekarang kan tidak bawa tas sekolah lagi,” ujar Li Jian.
“Jadi
kenapa? Apa tidak boleh aku bawa koper atau tas ke kantor, hah?”
Li
Jian tertawa tidak habis pikir. Kenapa Zi Hao malah menghabiskan waktu untuk
memikirkan hal itu bukannya memikirkan mengenai cara meningkatkan penjualan
departemen pakaian wanita. Chang Ke Ai bahkan lebih pandai jualan baju daripada
Zi Hao.
“Kelihatannya,
dia memang lebih pintar jualan baju daripada aku. Kenapa tidak kita pekerjakan
saja dia di sini untuk menjual baju?” tanya Zi Hao.
“Impossible!”
“Why?”
“Because… kau baru saja bertengkar
dengannya. Kenapa dia harus membantumu?”
Zi
Hao malah tersenyum. Li Jian ketakutan, karena setiap kali Zi Hao tersenyum
seperti itu, pasti tidak akan ada hal baik. Li Jian sampai menyuruh Zi Hao
untuk berhenti tersenyum.
“Tuliskan
20 cara untuk membujuk Chang Ke Ai agar mau bekerja di Hua Li Dept. Store. Dan kirimkan
padaku 20 menit dari sekarang,” perintah Zi Hao pada Li Jian.
Tags:
Hello Again