Kou
mendekati Mayu yang sedang mencuci wajah setelah selesai berolahraga
dilapangan. Dia memuji Mayu yang tampak menarik ketika sedang berkeringat, dan
dia memanggil Mayu dengna sebutan hime (Tuan Putri).
“Berhentilah
memanggilku Tuan Putri. Karena aku bukan Tuan Putri,” kata Mayu dengan sedikit
ketus, karena merasa terganggu.
“Ada
apa? Sepertinya suasana hatimu sedang tidak baik. Oh, ini tentang cewek yang
dirawat di rumah sakit itu ya? Walau aku terlihat seperti ini, tetapi saat
memutuskan untuk berpacaran aku takkan pernah menyakiti hati pacarku,” kata
Kou, membanggakan dirinya sendiri.
“Aku
enggak pacaran dengan Takuma,” sangkal Mayu, lalu dia berjalan pergi.
Ritsu
dan Takuma belajar bersama. Kou yang baru pulang dari sekolah langsung masuk ke
dalam kamar Ritsu, dan mengajak Takuma berbicara. Dia membicarakan mengenai
Ayahnya yang juga memiliki penyakit yang sama dengan Takuma. Mendengar itu
Ritsu menjadi bingung, dan dia pun bertanya kenapa Kou tiba- tiba membicarakan
hal itu.
“Minggir
sebentar,” kata Kou dengan tegas, tanpa bisa di bantah. Jadi Ritsu pun terpaksa
keluar dari dalam kamarnya untuk membiarkan mereka berdua berbicara.
Kou
menyuruh supaya Takuma bersikap tegas dan menjauhi Mayu, jika Takuma telah
mengetahui penyakit sendiri. Karena jika Takuma terus bersikap tidak tegas,
maka itu akan membuat Mayu sedih. Dan Kou mengatakan bahwa dia pasti akan
membahagiakan Mayu.
“Kami
hanya teman. Dan aku tidak ada kaitannya,” kata Takuma.
Kou
tertawa mendengar itu. “Teman, ya? Kalian berdua saling menipu diri sendiri
dengan mengatakan itu. Pacaran saja sama Teru, dengan begitu, perasaan gundah
gulanamu akan seketika lega,” kata Kou. Lalu dia pergi.
Ritsu
yang sedari tadi berdiri diluar kamar, dia mendengar semua pembicaraan itu.
Tapi dia hanya diam saja, dan membiarkan Kou.
Teru
mengirim pesan bahwa dia merasa kesepian, dan dia menanyakan kapan Takuma akan
datang lagi untuk menjenguknya. Membaca pesan itu, Takuma terpikir akan
perkataan Kou padanya barusan.
Kelas
melukis. Yuiko menyiapkan kertas undian untuk menentukan siapa berpasangan
dengan siapa. Dan Takuma serta Mayu mendapatkan nomor yang sama, jadi secara
otomatis mereka menjadi pasangan dan harus saling melukis wajah satu sama lain.
Selama
melukis, Takuma terus menundukan kepalanya sehingga Mayu sulit untuk
menggambarnya. Mayu lalu meminta agar Takuma mendongak, jika tidak maka dia
tidak bisa menggambar. Dan Takuma pun mendongakan kepalanya, tapi tiba- tiba
dia memanggil guru dan meminta agar bertukar pasangan.
“Eh,
kenapa?” tanya Guru, heran.
“Karena
Taneda menatapku dengan sinis,” jawab Takuma.
Mayu
protes karena tidak terima, dia lalu meminta melihat hasil lukisan Takuma. Tapi
Takuma tidak mau memperlihatkan lukisannya, dan dengan paksa Mayu pun mengambil
lukisan Takuma. Dan ternyata lukisan itu sangat tidak bagus.
“Apa
kamu meremehkan yang namanya seni? Kalian berdua tetaplah disini sampai selesai
melukis,” kata Guru menghukum mereka berdua.
“Oh
iya, dulu pernah terjadi hal seperti ini, ya?” kata Takuma sambil fokus melukis
Mayu.
“Iya.
Sewaktu SD, kita dimarahi guru, dan kita diminta untuk melanjutkan lukisannya,”
jawab Mayu sambil tersenyum mengenang kenangan mereka.
“Kita
ini tidak tumbuh dewasa, ya,” komentar Takuma. Dan Mayu mengiyakan.
Takuma
diam sebentar, lalu dia mengatakan bahwa dia mencium Teru. Mendengar itu,
pensil Mayu patah karena terlalu di tekan olehnya, tapi dia berusaha untuk
bersikap tenang dan biasa saja karena mereka adalah teman.
“Apakah
kamu menyukainya? Jawab, dong,” kata Mayu sambil tersenyum.
“Mungkin,”
jawab Takuma, acuh.
“Kalian
mau pacaran?”
“Mungkin
akan begitu.”
Mayu
merasa sedih dan kecewa, tapi berusaha untuk tetap tersenyum. Dia menundukan kepalanya sambil meraut pensilnya yang
telah patah. Dan Takuma memperhatikan hal itu dengan pandangan merasa bersalah.
Didalam
kelas. Ritsu menanyakan apakah Yuiko sengaja memasangkan Takuma dan Mayu
berdua, karena barusan ketika giliran Takuma dan Mayu menarik undian, dia tidak
sengaja melihat Yuiko menukar kertas undiannya.
“Soalnya,
terlihat jelas bahwa mereka saling memedulikan satu sama lain. Lalu, kupikir
akan lebih baik kalau mereka berdua berterus terang,” jelas Yuiko.
“Aku
juga! Aku juga sebenarnya berpikiran seperti itu! Hei, mulai sekarang, maukah
kamu bekerja sama dengan ku membantu mereka?” kata Ritsu, bersemangat. Dan
Yuiko pun tersenyum mengiyakan.
Dengan
sangat, sangat bersemangat. Ritsu menggenggam kedua tangan Yuiko dan berteriak,
“Ayo berjuang!”. Lalu setelah mengatakan itu, dia langsung melepaskan tangan
Yuiko dengan canggung dan tersenyum malu- malu.
“Oi!
Mau sampai kapan kalian berdua berada dalam dunia kalian sendiri?” sela Satomi
yang sudah berada disana sejak tadi. Lalu dia menunjukan lima tiket taman
hiburan yang didapatnya dari kakak kelas, dan dia mengajak mereka berdua ikut
bersamanya, kemudian untuk dua tiket lagi dia berniat mengajak Takuma serta
Mayu.
“Aku
enggak ikut,” kata Mayu yang baru kembali ke kelas dan mendengar pembicaraan
mereka. Dia menjelaskan bahwa sekarang Takuma sudah punya pacar, jadi mungkin
Takuma juga tidak akan ikut.
Ritsu
serta Yuiko merasa kaget mengetahui bahwa Takuma telah memiliki pacar. Dan
sambil membereskan semua buku- bukunya, Mayu menjelaskan kalau Teru adalah
pacar Takuma dan sekarang sedang dirawat di rumah sakit, jadi karena itu pasti
Takuma tidak akan enak hati jika harus pergi bersama teman- temannya ke taman
hiburan.
“Apa
itu sungguhan?” tanya Yuiko, sulit percaya.
“Berbeda
denganku, Teru adalah cewek yang imut dan jujur. Dia juga mahir mengupas apel.
Yah, syukurlah, kan?” kata Teru dengan pandangan tampak sedih. Lalu dia pergi.
Mayu tidak sengaja menjatuhkan penghapusnya, dan melihat itu Takuma ingin bantu memungutnya. Tapi Mayu dengan cepat mengambil penghapus itu dan duduk kembali di tempat duduknya. Melihat itu, Takuma merasa sedikit sedih.
Teru
mengirim kan pesan lagi kepada Takuma, dan membaca pesan itu Takuma merasa
bingung harus bagaimana. Berterus terang pada Teru saat berdua
dengannya itu terasa sulit. Apa yang sebaiknya ku bicarakan?
Ritsu
mendekati Takuma dan ikut membaca pesan dari Teru. Dia lalu menanyakan apakah
Takuma ingin pergi menjenguk Teru nanti, karena sebagai sahabat dia ingin
mengetahui seperti apa pacar Takuma itu. Dan Takuma mengizinkannya untuk ikut.
Kurasa
kalau bersama orang lain, aku lebih mudah berbicara padanya ketimbang saat
berduaan.
Mayu
menembakan anak panah tepat pada sasaran, tapi kali ini dia tidak lagi
meneriakan ‘Takuma bodoh’ saat menembak. Dan Kou yang berada disana, dia
menggantikan Mayu meneriakan ‘Takuma bodoh’. Tapi mendengar itu, Mayu hanya
diam saja.
Kou
membahas mengenai Takuma yang telah memiliki pacar, dia mengatakan bahwa dia
mengetahui itu dari orang lain. Dan dengan malas, Mayu menyuruh Kou untuk tidak
menaburkan garam pada luka orang lain.
“Aku
datang untuk menyembuhkan lukamu,” kata Kou. Dan Mayu diam.
“Apa
sekarang kamu mau pergi ke suatu tempat?” tanya Kou. Dan Mayu mengiyakan.
Kou
terkejut karena biasanya Mayu menolak, tapi kali ini Mayu malah mengiyakan.
“Jadi, aku mau diajak ke mana?” tanya Mayu, mengabaikan keterkejutan Kou.
Satu
kelas mengikuti Takuma, karena mereka ingin mengetahui seperti apa pacar
Takuma. Dan jelas saja, Takuma protes, karena tempat yang akan mereka kunjungin
adalah rumah sakit. Lalu Ritsu pun memutuskan untuk mengundi siapa saja yang
boleh ikut.
“Mau
melihat mereka kencan, ya?” kata Kou, tersenyum melihat mereka semua.
“Maaf
lama,” kata Mayu menghampiri Kou. Dan mengabaikan Takuma.
“Kencan
itu harusnya berdua saja,” kata Kou. Lalu dia memegang bahu Mayu yang berjalan
duluan dengan cepat. Dan Mayu menepis tangan Kou.
“Tuan
Kou memang hebat. Dia sudah bisa mengajaknya berkencan,” komentar teman Kou yang
melihat hal itu dari jauh.
“Soalnya
dia tidak pernah melepaskan targetnya.”
“Dia
cuma memanfaatkan patah hatinya si Tuan Putri, kan? Yang seperti itu, tidak
begitu keren,” kata Yumi, ikut berkomentar.
Dirumah
sakit. Orang- orang yang terpilih untuk boleh menjenguk Teru adalah Ritsu,
Yuiko, dan Satomi. Disana mereka mengobrol dengan gembira, apalagi Ritsu dan
Yuiko yang saling tersenyum malu- malu ketika Teru mengatakan bahwa mereka
tampak seperti pasangan yang sangat serasi sehingga dia salah paham mengira
mereka berdua berpacaran.
“Hei,
hei. Siapa yang duluan menembak di antara kalian?” tanya Satomi, penasaran. Dan
Takuma serta Teru kesulitan dan kebingungan harus menjawab apa.
Teru
kemudian berpura- pura bahwa dia merasa sesak dan kesakitan lagi. Sehingga
mereka pun langsung merasa panik dan memanggilkan dokter. Lalu Takuma berdiri
dan menunggu diluar kamar. Melihat itu Yuiko berkomentar bahwa Takuma pasti
sangat cemas.
“Saat
ini, kamu baik- baik saja, kan?” tanya Ayah Mayu.
“Ya,
tetapi tadi tiba- tiba…” jawab Teru. Dan Ayah Mayu mengerti.
Kou
mengajak Mayu untuk minum, tapi Mayu menolak dan mengajak Kou untuk pergi ke
taman bermain saja. Dan Kou pun mengiyakan, lalu mereka berdua menaiki wahana
seram yang bisa bikin orang berteriak.
Tapi
setelah selesai menaiki wahana seram yang seperti roller coaster, Mayu merasa
mual dan lemas sendiri. Jadi Kou pun mengajaknya untuk sudahan dan
beristirahat.
Kou
membelikan minuman untuk Mayu. Lalu
mereka berdua duduk dan saling berdiam diri selama sesaat. Kemudian Mayu
yang pertama membuka suara, dia menceritakan bahwa ketika masih kecil dulu, dia
dan Takuma pernah pergi ke taman bermain bersama. Karena mencemaskan keadaan
Takuma, maka dia tidak menaiki wahana yang berbahaya, tapi setidaknya dia ingin
menaiki itu dan menunjukan pada Takuma wahana yang tidak bisa dinaikinya. Namun
setelah menaiki salah satu wahana seram itu, dia merasa mual sendiri.
“Waktu
membahas kenangannya selesai! Hiduplah untuk saat ini! Iya. Karena saat ini ada
aku di hadapanmu,” kata Kou sambil berdiri didepan Mayu.
“Maaf.
Membicarakan orang lain disaat kencan itu hal yang tidak sopan, ya.”
“Kamu
memang baik.”
“Itu
tidak benar. Aku ini tidak jujur dan imut,” kaa Mayu, merendah.
Lanjut.....
ReplyDelete