Sinopsis J-Drama : I Give My First Love To You Episode 3 - part 2


Network : TV Asahi

Kou mendekati Mayu yang sedang mencuci wajah setelah selesai berolahraga dilapangan. Dia memuji Mayu yang tampak menarik ketika sedang berkeringat, dan dia memanggil Mayu dengna sebutan hime (Tuan Putri).

“Berhentilah memanggilku Tuan Putri. Karena aku bukan Tuan Putri,” kata Mayu dengan sedikit ketus, karena merasa terganggu.


“Ada apa? Sepertinya suasana hatimu sedang tidak baik. Oh, ini tentang cewek yang dirawat di rumah sakit itu ya? Walau aku terlihat seperti ini, tetapi saat memutuskan untuk berpacaran aku takkan pernah menyakiti hati pacarku,” kata Kou, membanggakan dirinya sendiri.

“Aku enggak pacaran dengan Takuma,” sangkal Mayu, lalu dia berjalan pergi.



Ritsu dan Takuma belajar bersama. Kou yang baru pulang dari sekolah langsung masuk ke dalam kamar Ritsu, dan mengajak Takuma berbicara. Dia membicarakan mengenai Ayahnya yang juga memiliki penyakit yang sama dengan Takuma. Mendengar itu Ritsu menjadi bingung, dan dia pun bertanya kenapa Kou tiba- tiba membicarakan hal itu.

“Minggir sebentar,” kata Kou dengan tegas, tanpa bisa di bantah. Jadi Ritsu pun terpaksa keluar dari dalam kamarnya untuk membiarkan mereka berdua berbicara.


Kou menyuruh supaya Takuma bersikap tegas dan menjauhi Mayu, jika Takuma telah mengetahui penyakit sendiri. Karena jika Takuma terus bersikap tidak tegas, maka itu akan membuat Mayu sedih. Dan Kou mengatakan bahwa dia pasti akan membahagiakan Mayu.

“Kami hanya teman. Dan aku tidak ada kaitannya,” kata Takuma.


Kou tertawa mendengar itu. “Teman, ya? Kalian berdua saling menipu diri sendiri dengan mengatakan itu. Pacaran saja sama Teru, dengan begitu, perasaan gundah gulanamu akan seketika lega,” kata Kou. Lalu dia pergi.


Ritsu yang sedari tadi berdiri diluar kamar, dia mendengar semua pembicaraan itu. Tapi dia hanya diam saja, dan membiarkan Kou.



Teru mengirim pesan bahwa dia merasa kesepian, dan dia menanyakan kapan Takuma akan datang lagi untuk menjenguknya. Membaca pesan itu, Takuma terpikir akan perkataan Kou padanya barusan.



Kelas melukis. Yuiko menyiapkan kertas undian untuk menentukan siapa berpasangan dengan siapa. Dan Takuma serta Mayu mendapatkan nomor yang sama, jadi secara otomatis mereka menjadi pasangan dan harus saling melukis wajah satu sama lain.


Selama melukis, Takuma terus menundukan kepalanya sehingga Mayu sulit untuk menggambarnya. Mayu lalu meminta agar Takuma mendongak, jika tidak maka dia tidak bisa menggambar. Dan Takuma pun mendongakan kepalanya, tapi tiba- tiba dia memanggil guru dan meminta agar bertukar pasangan.

“Eh, kenapa?” tanya Guru, heran.

“Karena Taneda menatapku dengan sinis,” jawab Takuma.



Mayu protes karena tidak terima, dia lalu meminta melihat hasil lukisan Takuma. Tapi Takuma tidak mau memperlihatkan lukisannya, dan dengan paksa Mayu pun mengambil lukisan Takuma. Dan ternyata lukisan itu sangat tidak bagus.


“Apa kamu meremehkan yang namanya seni? Kalian berdua tetaplah disini sampai selesai melukis,” kata Guru menghukum mereka berdua.

 Dikelas melukis. Semua anak telah pergi, dan tinggalah Mayu serta Takuma berdua saja disana untuk menyelesaikan lukisan masing- masing. Selama melukis, mereka terus menyalahkan satu sama lain. Dan sedikit berdebat, karena Takuma terus menundukan kepala, dan karena Mayu bawel.




“Oh iya, dulu pernah terjadi hal seperti ini, ya?” kata Takuma sambil fokus melukis Mayu.

“Iya. Sewaktu SD, kita dimarahi guru, dan kita diminta untuk melanjutkan lukisannya,” jawab Mayu sambil tersenyum mengenang kenangan mereka.

“Kita ini tidak tumbuh dewasa, ya,” komentar Takuma. Dan Mayu mengiyakan.



Takuma diam sebentar, lalu dia mengatakan bahwa dia mencium Teru. Mendengar itu, pensil Mayu patah karena terlalu di tekan olehnya, tapi dia berusaha untuk bersikap tenang dan biasa saja karena mereka adalah teman.

“Apakah kamu menyukainya? Jawab, dong,” kata Mayu sambil tersenyum.

“Mungkin,” jawab Takuma, acuh.

“Kalian mau pacaran?”

“Mungkin akan begitu.”



Mayu merasa sedih dan kecewa, tapi berusaha untuk tetap tersenyum. Dia menundukan kepalanya sambil meraut pensilnya yang telah patah. Dan Takuma memperhatikan hal itu dengan pandangan merasa bersalah.



Didalam kelas. Ritsu menanyakan apakah Yuiko sengaja memasangkan Takuma dan Mayu berdua, karena barusan ketika giliran Takuma dan Mayu menarik undian, dia tidak sengaja melihat Yuiko menukar kertas undiannya.

“Soalnya, terlihat jelas bahwa mereka saling memedulikan satu sama lain. Lalu, kupikir akan lebih baik kalau mereka berdua berterus terang,” jelas Yuiko.

“Aku juga! Aku juga sebenarnya berpikiran seperti itu! Hei, mulai sekarang, maukah kamu bekerja sama dengan ku membantu mereka?” kata Ritsu, bersemangat. Dan Yuiko pun tersenyum mengiyakan.



Dengan sangat, sangat bersemangat. Ritsu menggenggam kedua tangan Yuiko dan berteriak, “Ayo berjuang!”. Lalu setelah mengatakan itu, dia langsung melepaskan tangan Yuiko dengan canggung dan tersenyum malu- malu.
“Oi! Mau sampai kapan kalian berdua berada dalam dunia kalian sendiri?” sela Satomi yang sudah berada disana sejak tadi. Lalu dia menunjukan lima tiket taman hiburan yang didapatnya dari kakak kelas, dan dia mengajak mereka berdua ikut bersamanya, kemudian untuk dua tiket lagi dia berniat mengajak Takuma serta Mayu.

“Aku enggak ikut,” kata Mayu yang baru kembali ke kelas dan mendengar pembicaraan mereka. Dia menjelaskan bahwa sekarang Takuma sudah punya pacar, jadi mungkin Takuma juga tidak akan ikut.

Ritsu serta Yuiko merasa kaget mengetahui bahwa Takuma telah memiliki pacar. Dan sambil membereskan semua buku- bukunya, Mayu menjelaskan kalau Teru adalah pacar Takuma dan sekarang sedang dirawat di rumah sakit, jadi karena itu pasti Takuma tidak akan enak hati jika harus pergi bersama teman- temannya ke taman hiburan.

“Apa itu sungguhan?” tanya Yuiko, sulit percaya.

“Berbeda denganku, Teru adalah cewek yang imut dan jujur. Dia juga mahir mengupas apel. Yah, syukurlah, kan?” kata Teru dengan pandangan tampak sedih. Lalu dia pergi.


Mayu tidak sengaja menjatuhkan penghapusnya, dan melihat itu Takuma ingin bantu memungutnya. Tapi Mayu dengan cepat mengambil penghapus itu dan duduk kembali di tempat duduknya. Melihat itu, Takuma merasa sedikit sedih.

Teru mengirim kan pesan lagi kepada Takuma, dan membaca pesan itu Takuma merasa bingung harus bagaimana. Berterus terang pada Teru saat berdua dengannya itu terasa sulit. Apa yang sebaiknya ku bicarakan?

Ritsu mendekati Takuma dan ikut membaca pesan dari Teru. Dia lalu menanyakan apakah Takuma ingin pergi menjenguk Teru nanti, karena sebagai sahabat dia ingin mengetahui seperti apa pacar Takuma itu. Dan Takuma mengizinkannya untuk ikut.

Kurasa kalau bersama orang lain, aku lebih mudah berbicara padanya ketimbang saat berduaan.


Mayu menembakan anak panah tepat pada sasaran, tapi kali ini dia tidak lagi meneriakan ‘Takuma bodoh’ saat menembak. Dan Kou yang berada disana, dia menggantikan Mayu meneriakan ‘Takuma bodoh’. Tapi mendengar itu, Mayu hanya diam saja.

Kou membahas mengenai Takuma yang telah memiliki pacar, dia mengatakan bahwa dia mengetahui itu dari orang lain. Dan dengan malas, Mayu menyuruh Kou untuk tidak menaburkan garam pada luka orang lain.

“Aku datang untuk menyembuhkan lukamu,” kata Kou. Dan Mayu diam.


“Apa sekarang kamu mau pergi ke suatu tempat?” tanya Kou. Dan Mayu mengiyakan.

Kou terkejut karena biasanya Mayu menolak, tapi kali ini Mayu malah mengiyakan. “Jadi, aku mau diajak ke mana?” tanya Mayu, mengabaikan keterkejutan Kou.


Satu kelas mengikuti Takuma, karena mereka ingin mengetahui seperti apa pacar Takuma. Dan jelas saja, Takuma protes, karena tempat yang akan mereka kunjungin adalah rumah sakit. Lalu Ritsu pun memutuskan untuk mengundi siapa saja yang boleh ikut.

“Mau melihat mereka kencan, ya?” kata Kou, tersenyum melihat mereka semua.


“Maaf lama,” kata Mayu menghampiri Kou. Dan mengabaikan Takuma.

“Kencan itu harusnya berdua saja,” kata Kou. Lalu dia memegang bahu Mayu yang berjalan duluan dengan cepat. Dan Mayu menepis tangan Kou.

“Tuan Kou memang hebat. Dia sudah bisa mengajaknya berkencan,” komentar teman Kou yang melihat hal itu dari jauh.

“Soalnya dia tidak pernah melepaskan targetnya.”

“Dia cuma memanfaatkan patah hatinya si Tuan Putri, kan? Yang seperti itu, tidak begitu keren,” kata Yumi, ikut berkomentar.


Dirumah sakit. Orang- orang yang terpilih untuk boleh menjenguk Teru adalah Ritsu, Yuiko, dan Satomi. Disana mereka mengobrol dengan gembira, apalagi Ritsu dan Yuiko yang saling tersenyum malu- malu ketika Teru mengatakan bahwa mereka tampak seperti pasangan yang sangat serasi sehingga dia salah paham mengira mereka berdua berpacaran.


“Hei, hei. Siapa yang duluan menembak di antara kalian?” tanya Satomi, penasaran. Dan Takuma serta Teru kesulitan dan kebingungan harus menjawab apa.

Teru kemudian berpura- pura bahwa dia merasa sesak dan kesakitan lagi. Sehingga mereka pun langsung merasa panik dan memanggilkan dokter. Lalu Takuma berdiri dan menunggu diluar kamar. Melihat itu Yuiko berkomentar bahwa Takuma pasti sangat cemas.


“Saat ini, kamu baik- baik saja, kan?” tanya Ayah Mayu.

“Ya, tetapi tadi tiba- tiba…” jawab Teru. Dan Ayah Mayu mengerti.


Kou mengajak Mayu untuk minum, tapi Mayu menolak dan mengajak Kou untuk pergi ke taman bermain saja. Dan Kou pun mengiyakan, lalu mereka berdua menaiki wahana seram yang bisa bikin orang berteriak.

Tapi setelah selesai menaiki wahana seram yang seperti roller coaster, Mayu merasa mual dan lemas sendiri. Jadi Kou pun mengajaknya untuk sudahan dan beristirahat.


Kou membelikan minuman untuk Mayu. Lalu  mereka berdua duduk dan saling berdiam diri selama sesaat. Kemudian Mayu yang pertama membuka suara, dia menceritakan bahwa ketika masih kecil dulu, dia dan Takuma pernah pergi ke taman bermain bersama. Karena mencemaskan keadaan Takuma, maka dia tidak menaiki wahana yang berbahaya, tapi setidaknya dia ingin menaiki itu dan menunjukan pada Takuma wahana yang tidak bisa dinaikinya. Namun setelah menaiki salah satu wahana seram itu, dia merasa mual sendiri.


“Waktu membahas kenangannya selesai! Hiduplah untuk saat ini! Iya. Karena saat ini ada aku di hadapanmu,” kata Kou sambil berdiri didepan Mayu.

“Maaf. Membicarakan orang lain disaat kencan itu hal yang tidak sopan, ya.”

“Kamu memang baik.”

“Itu tidak benar. Aku ini tidak jujur dan imut,” kaa Mayu, merendah.

“Kamu imut, kok,” puji Kou sambil menepuk- nepuk pelan kepala Mayu.

1 Comments

Previous Post Next Post