Network : TV Asahi
Malam
hari. Takuma makan malam bersama keluarganya, dan seperti biasa Ibu sangat
perhatian kepada Takuma, bahkan makanan saja dia membuatnya dengan bahan- bahan
organik yang bagus untuk Takuma. Lalu selagi makan, Ibu menanyakan kenapa
Takuma akhir- akhir ini selalu pulang lama, apa mungkin karena Mayu.
“Ibu
ingat Teru?” tanya Takuma, mau menjelaskan.
“Oh.
Cewek yang pernah dirawat bersama mu saat kecil,” kata Ibu, ingat.
“Iya.
Aku bertemu dengannya lagi di rumah sakit.
Jadi aku menjenguknya,” jelas Takuma.
Ayah
menyela mereka berdua, dan menyuruh mereka untuk lanjut makan saja dan berhenti
membahas tentang rumah sakit serta sejenisnya.
Keesokan
harinya. Pagi hari Ibu Takuma datang menjenguk Teru yang masih berada di rumah
sakit, dan Teru langsung mengingat Ibu ketika melihatnya datang. Dengan ramah
Ibu menjelaskan kalau dia datang menjenguk karena dia mendengar kabar mengenai
Teru dari Takuma semalam. Lalu Ibu memberikan hadiah kepada Teru. Dan Teru
tersenyum senang menerima hadiah itu.
“Di
rumah sakit itu panas, kan? Jadi oleskan krim itu di kulitmu, ya,” kata Ibu
menjelaskan hadiah yang diberikannya.
“Terima
kasih banyak!” balas Teru, senang.
“Hei,
Teru. Apa Takuma sering menjengukmu?”
“Iya!
Karena penyakit kita sama, jadi dia mencemaskanku. Takuma juga ikut
menyemangatiku. Apa itu mengganggu Tante?” kata Teru, heran.
“Tentu
saja tidak. Mulai dari sekarang pun, akrablah dengannya, ya,” kata Ibu sambil
tersenyum ramah. Kemudian dia pamit dan pergi.
Ibu
menemui Ayah Mayu dan menanyakan mengenai kondisi Teru yang mempunyai penyakit
sama seperti Takuma. Dan Ayah Mayu menjelaskan bahwa mereka sedang mengusahakan
kesembuhan untuk Teru, dan menurutnya ada peluang untuk Teru bisa selamat.
Mendengar
itu, Ibu merasa sangat senang dan membungkuk berterima kasih. “Terima kasih
banyak!” katanya.
Teman-
teman sekelas memuji Teru, pacar Takuma, yang menurut mereka sangat manis
sekali. Sehingga mereka ingin pergi untuk bertemu dengan Teru juga, dan mereka
meminta izin kepada Takuma untuk boleh menjenguk Mayu.
“Yah,
kalian tidak perlu minta izin dariku,” kata Takuma, tersenyum malu- malu.
Tepat
disaat itu, Mayu datang. Dan suasana pun menjadi agak sedikit canggung. Karena
beberapa teman sekelas tidak ingin melukai Mayu yang jelas menyukai Takuma.
Lalu bel masuk berbunyi pas disaat itu, sehingga setiap orang pun bubar dan
duduk di bangku masing- masing.
Mayu
datang ke rumah sakit menemui Ayahnya untuk mengajaknya makan siang bersama,
karena Ibu telah berangkat pergi. Dan dengan senang Ayah pun mengiyakan, karena
sangat jarang Mayu datang untuk makan siang bersamanya.
Sambil
menunggu Ayah yang sedang bersiap- siap, Mayu menanyakan keadaan Teru, karena
seharusnya Teru hanya melakukan pemeriksaan berkala, tapi apa perlu dirawat
selama itu. Dan Ayah pun menjelaskan bahwa itu karena ada banyak pemeriksaan
yang hari dilakukan, tapi sampai saat ini semuanya baik- baik saja.
Perawat
datang menemui Ayah. “Pak Dokter. Ternyata Teru memang berpura- pura,” kata
nya. Dan saat menyadari Mayu berada disana, dia menyapa Mayu.
“Organ
vitalnya juga stabil dan aku juga tak melihat adanya ketidaknormalan,” kata
Perawat melanjutkan informasinya. Dia berbicara dengan suara kecil agar Mayu
tidak terlalu mendengar.
“Oh,
begitu,” balas Ayah. Lalu dia berbalik untuk menemui Mayu, tapi Mayu telah
pergi dari dalam ruangannya.
Mayu
masuk ke dalam ruangan rawat Teru, dan langsung menampar nya dengan keras. “Dia
berpura- pura! Dia berbohong padamu supaya kamu bisa terus menjenguknya!” jelas
Mayu dengan cepat pada Takuma yang berada disana.
“Itu…
kejam,” kata Teru, berpura- pura menangis.
“Itu
tangisan palsu, kan? Apa membohongin orang lain itu menyenangkan?!” kata Mayu dengan
sedikit nada keras dan kesal.
“Aku
tahu,” kata Takuma membuka suara, dan Teru serta Mayu sama- sama kaget. “Karena
aku dan dia penyakitnya sama. Dari kulitnya atau cara bernapasnya bisa di
ketahui,” jelas Takuma yang dari awal tahu Teru berbohong.
“Lantas,
kenapa?” tanya Mayu, tidak mengerti.
“Dirawat
di rumah sakit itu terasa sungguh sepi. Teman pun tidak akan datang tiap hari.
Rasanya, seperti aku ditinggal sendirian. Kurasa, takkan ada yang menyadari
kalau dalam seketika aku tiada,” jelas Takuma.
Mata
Mayu berair menahan tangis, dia mengatai mereka berdua pembohong. Khususnya
Takuma, karena dia tahu Teru hanya berpura- pura, tapi dia malah membiarkan dan
berpura- pura tidak tahu.
“Apa
kamu tidak pernah berbohong?” tanya Takuma, singkat.
“Pernah,”
jawab Mayu. Lalu dia mengambil tasnya dan pergi.
Aku
berbohong. Aku berbohong pada diriku sendiri. Mayu mengingat tentang dirinya yang sok
kuat dan baik- baik saja, ketika Takuma mengatakan bahwa dia berpacaran dengan
Mayu.
“Aku…
cuma punya kamu,” gumam Teru, takut- takut. Dan tanpa mengatakan apapun, Takuma
tersenyum dan duduk menemaninnya.
Lanjut......
ReplyDelete