Sinopsis
Lakorn – Nang Rai Episode 02 - 2
Images by : Channel 7
Esok
hari,
Kae dan ibu pergi ke bank untuk menyetorkan
uang gaji Kae sekaligus membuat kartu debit. Arthit memanfaatkan pertemuan itu
untuk menanyakan, ke rumah sakit mana Kae kemarin?
Panee yang tidak tahu kalau kemarin Kae masuk
rumah sakit, langsung memasang muka judes. Tetapi, dia tetap berbicara manis
pada Arthit dan berterimakasih karena telah memberitahunya kalau Kae kemarin
masuk rumah sakit. Dia juga mengalihkan pembicaraan dengan menanyakan apakah Arthit
ada informasi mengenai rumah yang mau di sewakan? Apa bisa merekomendasikannya
padanya?
“Baik, bu. Anda ingin menyewa rumah? Aku akan
membantu mencarikannya,” sanggupi Arthit sambil tersenyum. Tapi, senyumnya
langsung berubah saat dia melirik ke arah Kae.
--
Saat dalam perjalanan pulang, Panee bertanya
apa yang terjadi pada Kae kemarin malam? Hingga Arthit bilang kalau Kae ke
rumah sakti? Kae menjawab kalau tidak terjadi apapun.
Panee kemudian membahas mengenai Arthit. Dia merasa
kalau Arthit sepertinya tertarik pada Kae, dan dia tampak sangat mempedulikan
mereka. Kae tidak mau membicarakan hal itu. Tapi, Panee terus membicarakannya. Dia
menyuruh Kae untuk memanfaatkan Arthit, jadi Arthit akan selalu membantu
mereka.
“Tidak mau, ibu. Aku tidak suka melakukan hal
seperti itu.”
“Kau ini ya. Nanti, ketika kau sudah menjadi
artis terkenal, kau akan di kelilingi oleh banyak pria kaya. Para pria seperti
itu suka memiliki istri dari kalangan selebriti. Kau akan jadi kaya!”
“Ibu, aku itu pergi bekerja bukannya mencari
suami.”
“Hm, benar juga. Nanti, kau lah yang akan
memilih mana pria yang kau sukai. Kae, kau tidak bisa makan cinta, jadi jangan
pedulikan hal seperti cinta. Uang. Uang adalah satu-satunya yang bisa membeli
kebahagiaan dan segalanya. Percaya pada ibu.”
Kae semakin malas mendengar perkataan ibu. Jadi,
dia memilih untuk diam mendengarkan ocehan Panee.
--
Wadee sedang belajar mengendarai mobil dari
ibunya. Ibu menyemangati Wadee agar tidak takut. Ibu bahkan berkata akan
menggunakan gaji pertama Wadee untuk DP mobil jadi Wadee bisa pergi kerja sendiri.
Wadee senang mendengarnya, tapi lebih baik uang itu di simpan dulu oleh ibu
hingga dia lancar mengedarai mobil. Jika dia mau menggunakan uangnya, dia baru
akan minta pada ibu.
“Tidak bisa. Kau yang menghasilkan uang itu,
jadi kau yang menyimpannya sendiri. Kau juga harus belajar caranya mengatur
uang,” ujar ibu.
“Tapi aku ingin membalas budi pada ibu.”
“Kau bisa melakukannya dengan cara menjadi anak
baik seperti yang sudah kau lakukan. Hal itu sudah membuat ibu senang.”
Saat sedang asyik berbincang dan mengedarai
mobil, tiba-tiba saja ada sebuah mobil di belakang mereka yang mengklakson dan
memotong jalur kemudian berhenti mendadak di depan mobil mereka. Wadee langsung
menginjak rem.
Wadee keluar dari mobil dan berteriak marah pada
orang di dalam mobil yang sudah seenaknya. Dan pengemudi mobil itu keluar. Nguan.
Dan Mafai yang ternyata juga ada di dalam mobil Nguan.
“Kau lagi! kau mencoba mencari masalah denganku?!”
marah Wadee.
Ibu juga ikut keluar mobil dan bertanya ada
masalah apa. Nguan maju dan menjelaskan kepada ibu sambil menunjuk ke arah ban.
Ternyata, ban mobil Wadee pecah, tapi Wadee tidak menyadari hal itu dan malah
terus memaksa melaju mobil walaupun mobil bergoyang. Jadi, Nguan mengklakson dan
memaksa mobil mereka berhenti agar tidak terjadi kecelakaan.
“Harusnya, yang mengedarai mobil bisa menyadari
hal itu,” komentar Nguan.
Mafai memeriksa ban dan memberitahu kalau ban
mobil itu pecah. Tapi, ibu memberitahu kalau mereka tidak punya ban mobil
cadangan.
“Wah, kalau gitu gawat. Nong Wadee harus syuting
scene pertama juga.”
“Oh my god, kalau gitu artinya mereka di lokasi
syuting harus menunggu Wadee,” komentar ibu merasa bersalah.
Mafai terpikir sesuatu. Bukankah hari ini Nguan
mempunyai scene bersama dengan Wadee, jadi Nguan bawa saja Wadee untuk pergi
bersama. Dia akan di sini bersama ibu sambil menunggu tukang reparasi datang. Nguan
mau tidak mau, akhirnya setuju.
--
Nguan dan Wadee berada di dalam mobil. Dan suasan
sangat canggung. Wadee memanfaatkan waktu di dalam mobil untuk memakai lipstick.
Nguan melihatnya dan dengan sengaja menginjak rem, hingga lipstick yang di
kenakan Wadee melenceng. Dan dengan pintarnya, Nguan membuat alasan kalau dia
nge-rem karena ada anjing lewat tadi.
--
Kae dan ibu pergi melihat rumah yang sudah di
carikan oleh Arthit. Dan ibu benar-benar suka dengan rumah itu. Harga sewa
rumah itu adalah 20.000 baht. Panee merasa kalau harganya sangat mahal.
“Khun Kaewalai adalah seorang artis. Jika dia
tidak tinggal di rumah yang bagus, tentu tidak akan bagus,” ujar Arthit.
Tapi, Panee dan Kae masih tetap merasa itu
mahal, jadi mereka berbisik-bisik untuk mencari rumah lain yang lebih murah.
“Hari gini mau cari rumah lebih murah daripada ini,
tidak akan ada,” komentar Arthit. “Rumah yang lebih besar daripada ini saja harganya
30.000 baht atau bahkan lebih.”
Kae dan Panee masih bingung. Tapi, Panee
akhirnya memutuskan untuk menyewa rumah ini saja. Kae setuju saja. Dan Arthit
tersenyum senang (entah kenapa, aku ngerasa kalau Arthit sengaja membuat harga
sewa rumah itu lebih mahal ya).
--
Nguan dan Wadee tiba di lokasi syuting. Saat Wadee
hendak turun dari mobil, Nguan dengan sengaja mengganggunya dengan terus
menginjak gas setiap kali Wadee mau melangkahkan kaki turun. Wadee sangat kesal
hingga dia menekan klakson mobil Nguan dengan keras.
Mendengar suara klakson mobil yang berbunyi
nyaring, semua orang yang ada di lokasi syuting langsung keluar dengan panik
dan bertanya ada apa. Barulah Wadee turun, dan Nguan ikut turun sambil berkata tidak
ada masalah apapun.
--
Arthit dan pemilik rumah memberikan kontrak
sewa untuk di tanda tangani. Dan begitu kontrak di tanda tangani, Kae dan
keluarga sudah bisa langsung pindah. Kae hendak membaca isi kontrak rumah, tapi
Ibu melarang. Dia menyuruh Kae untuk tidak usah membaca isi kontrak dan
langsung tanda tangan saja. Kae yang terburu-buru harus syuting akhirnya setuju
untuk tanda tangan kontrak itu saja.
“Jangan lupa untuk memberi bagian uang sewa itu
setiap bulan padaku,” bisik Arthit pada si pemilik sewa.
Arthit tersenyum senang karena bisa menipu Kae
dan Panee.
--
Khem pulang ke rumah, tapi pintu rumah dalam
keadaan terkunci rapat. Khem berteriak dan mengamuk karena barang-barangnya
masih ada di dalam rumah. Saat dia menendang pintu rumah, tak di sangka kakinya
masuk menjebol pintu dan tersangkut. Lebih sialnya, lukisan yang di pajang di
depan pintu, terjatuh dan menimpa kakinya dengan keras. Khem menjerit keras karena
merasa kakinya pasti patah.
Kebetulan, Pob ada di sana dan melihat hal itu.
Dia segera membantu Khem.
--
Adik-adik Kae dan Panee ternyata telah membawa
semua barang mereka dan pindah ke rumah baru. Ketiga adik Kae berteriak senang
dan segera berlari untuk memilih kamar. Prang tampa malu meminta di belikan
mobil juga karena sekarang mereka sudah pindah rumah yang bagus. Chom juga
meminta di belikan pakaian yang bagus juga. Nao juga ingin mengundang
teman-temannya ke rumah baru mereka ini.
“Terserah kalian saja. Kalian bisa memilih
kamar manapun yang kalian sukai. Chom dan Prang akan berbagi kamar. Sedangkan ibu,
ibu akan mendapat kamar sendiri,” ujar Panee dengan senang.
“Ibu satu kamar dengan ayah?” tanya Prang.
Dan Panee langsung mengumpati Khem serta tidak
mau tidur dengan Khem. Dia menyuruh Nao untuk berbagi kamar dengan ayah. Dan mereka
baru teringat kalau mereka tidak memberitahu ayah kalau sudah pindah rumah.
--
Pob membawa Khem ke rumah sakit untuk di obati.
Dan karena hal tadi, Khem harus berjalan dengan tongkat. Khem juga berterimakasih
atas bantuan Pob.
“Sekarang, Anda akan kemana?” tanya Pob.
“Mau kemana? Tidak ada rumah lagi. Semuanya
pergi tanpa memberitahuku. Semuanya tidak berguna, baik ibu maupun anak-anaknya.
Hanya putri tertua-ku, tempat aku bisa bernaung,” ujar Khem. “Hey, putri tertuaku
adalah artis. Dia satu-satunya yang menjaga keluarga ini sejak masih remaja. Dia
melakukan segalanya. Berjualan, menjadi pelayan, pekerja konstruksi, pergi
sekolah. Dia hampir lulus sekarang. Dia cantik. Cantik seperti ibunya. Hanya dia
yang bisa ku harapkan.”
Dan mendengar perkataan Khem tersebut, Pob
tampak semakin jatuh kepada pesona Kae. Pob kemudian pamit pergi pada Khem, dan
dia juga sudah membayar biaya perawatan Khem.
--
Malam hari,
Arthit berada di apartemennya bersama seorang
wanita, Jum. Dengan senang Arthit memberitahu kalau hal yang di lakukannya
sangatlah mudah.
“Apa yang kau kerjakan emangnya?” tanya Jum.
“Berpura-pura menjadi orang perhatian untuk
wanita naif. Sehingga percaya padaku dan memberikan uang agar aku mencarikan
uang untuk mereka. Aku mendapatkan kepercayaan dan uang mereka.”
“Wanita? Apa dia cantik?”
“Artis. Tapi, dia tetap tidak bisa mengalahkanmu.”
“Kalau begitu, terserah kau mau melakukan apa,
asal kau masih menganggapku lebih berharga.”
“Ini… inilah alasan kenapa aku merasa kau berharga.”
--
Kae pulang ke rumah baru usai menjalani syuting
lakorn. Begitu sampai di rumah, dia bisa mendengar tawa bahagia Prang dan Chom.
Kae bahagia dapat mendengar tawa mereka.
Namun, kebahagiaannya langsung lenyap saat mendengar
Prang dan Chom tidak mau sekolah lagi. kae langsung menegaskan pada mereka
berdua untuk pergi sekolah atau mereka tidak akan mendapatkan uang saku apapun.
“Aku sudah bilang, aku sudah keluar dari
sekolah,” ujar Prang. Dan sibuk melihat baju-bajunya.
“Chom!” panggil Kae.
“Iya, aku tahu. Aku akan coba pergi sekolah!”
kesal Chom.
Dan setelah itu, mereka sibuk melihat baju baru
Prang dan mengabaikan Kae.
Kae memutuskan untuk pergi ke kamar Nao. Nao
sedang membuka musik dengan keras dan bahkan merokok di depan jendela. Nao panik
dan langsung menutup jendela. Kae masuk dan mematikan musik yang Nao buka. Dia juga
memarahi Nao yang merokok walaupun Nao membantah hal itu.
“Aku ingin sekali mendorong rokok mu itu ke
dalam lehermu! Kau masih muda dan malah merokok?! Kenapa kau tidak bisa menjadi
anak yang baik seperti orang lain, Nao?” marah Kae.
“Kenapa harus menjadi anak baik? Menjadi baik
itu membosankan. Kau ngerti tidak, melelahkan,” balas Nao, melawan pada Kae.
Kae jelas kesal. Dia kemudian melihat kamar Nao
yang di hias seperti anak muda, padahal harusnya Nao berbagi kamar dengan ayah.
Dia bertanya, ayah ada dimana? Dan Nao menjawab dia tidak tahu. Ketika mereka
pindah, ayah tidak ikut bersama mereka.
Kae langsung panik dan berlari keluar kamar.
--
Khun Kesiree menelpon ke lokasi syuting untuk
menanyakan Pob. Tapi, dia malah mendapat kabar kalau Pob tidak ada ke lokasi
syuting hari ini.
“Lalu kenapa dia belum pulang? Kau tidak mengikutinya?
Dia mungkin pergi dengannya ke tempat lain?!” ujar Khun Kesiree kepada orang
yang di teleponnya. “Okay. Terimakasih banyak.”
Setelah teleponan, Khun Wichan langsung bertanya
memastikan pada Khun Kesiree kalau Pob tidak pergi menemui Kae kan? Khun Kesiree
membenarkan.
Pas sekali Nee lewat, dan Khun Wichan langsung
bertanya bagaimana ujian Nee hari ini? Nee menjawab kalau ujiannya bagus. Mereka
terus bertanya memastikan kalau Nee mendapat A kan? Nee dengan ragu membenarkan
dan langsung memilih masuk kembali ke dalam kamar.
--
Pob dalam perjalanan pulang, tapi saat dia
melihat ke kursi penumpang, dia melihat kalau kain milik KHem tertinggal di
dalam mobilnya.
--
Kae kembali ke rumah lamanya walaupun sedang
hujan deras. Dia bertanya kepada para tetangga, apa ada yang melihat ayahnya?
“Ayahmu? Itu di sana. Dia sedang mabuk sambil berteriak-teriak.”
Dan Khem berjalan dalam hujan sambil berteriak-teriak
karena di tinggalkan. Dia bahkan berkata agar di sambar petir saja. Kae menemukannya
dan membujuk Khem untuk ikut dengannya pulang ke rumah.
“Kemana kau akan membawaku Walai? Mereka meninggalkanku.
Mereka semua pergi!” ujar Khem sambil menangis. Dia dalam keadaan mabuk dan
terus berteriak memanggil nama ‘Walai’.
“Siapa itu Walai, ayah?”
“Aku minta maaf.”
“Apa yang terjadi pada kakimu, yah?”
“Aku minta maaf Walai. Walai.”
Kae membujuk ayah untuk bangun dan pulang ke
rumah. Tapi, Khem terlalu mabuk untuk bangun, tidak peduli seberapa kuat Kae
berusaha membuatnya bangun. Hujan turun semakin deras membasahi mereka. Kae tidak
tega, dan menggunakan tas-nya untuk melindungi Khem dari hujan.
Kae menangis karena ayahnya terus saja mabuk. Dia
terus melindungi ayahnya dari air hujan.
Dan tiba-tiba saja, hujan berhenti mengenainya.
Pob! Dia memayungi Kae.
Tags:
Nang Rai