Network : Channel 3
Di bar. Seorang wanita menyanyi dengan gembira di atas panggung. Kemudian setelah itu dia mengatakan bahwa dia mau merayakan untuk adiknya yang sekarang telah memiliki seorang suami yang manis, dan ini adalah hari terakhirnya bekerja di bar ini. “Mari rayakan untuk adik ku… Renu. Yay!!” teriaknya.
Wanita
itu turun dari atas panggung, dan berkumpul bersama Renu serta suami Renu dan
juga dengan semua teman- temannya. Lalu dengan bergembira mereka minum-minum
bersama.
Di
kereta. Renu menunjuk kejauhan dan mengatakan bahwa rumahnya berada disebelah
sana dan sangat jauh, jika mereka berjalan kesana, maka kaki mereka akan sangat
lelah. Dan Chai membalas bahwa bagaimana jika mereka ke rumah Renu nanti,
karena sekarang mereka sudah menjadi suami- istri, jadi sudah seharusnya mereka
ke rumah Renu untuk memberi penghormatan kepada kedua Ibu Renu, serta dia juga
ingin lebih mengenal saudara Renu.
“Baiklah!
Mari pergi ketika kita memiliki waktu bebas nantinya,” kata Renu setuju. Lalu
dia menanyakan tentang apa yang Ibu Chai suka, dan apa yang Ibu Chai benci,
sehingga dia bisa mempersiapkan dirinya dengan baik.
“Kamu
akan melihatnya sendiri nanti,” balas Chai. Dan Renu tersenyum, mengiyakan.
Sesampainya
di kampung halaman Chai. Disana mereka menaiki becak. Dan ketika melihat
mereka, seorang tetangga menanyakan siapa wanita yang Chai bawa pulang. Dengan
bangga, Renu pun tersenyum dan mengatakan,”Istri! Aku Istri P’Chai!” katanya,
memperkenalkan diri.
“Huh?
Istri Chai!” balas si tetangga terkejut. Lalu dia berteriak dan memberitahu
kepada setiap orang bahwa Chai pulang membawa seorang Istri.
Para
tetangga yang berada disana langsung berkumpul, dan bergosip. Si tetangga yang
bertanya barusan, dia mengatakan kepada para tetangga lain bahwa Istri Chai
sangat cantik, tapi sekali lihat saja, dia bisa menebak dengan mudah kalau
istri Chai adalah seorang wanita penghibur.
“Aku
benar- benar ingin mengetahui bagaimana perasaan Nang Yoi (Ibu Chai) nantinya,
ketika dia tahu bahwa menantunya adalah seorang wanita penghibur!” kata si
tetangga tersebut, tersenyum senang.
Setiba
nya tiba di depan rumah Chai. Renu berkomentar bahwa rumah Chai sangat besar,
dan ramai pengunjung.
“Hia’Chai!”
panggil seorang wanita muda. (Hia berarti kakak tertua).
Chai turun dari becak berserta dengan Renu. Kemudian dia menyuruh si wanita muda itu untuk membantu mengangkatkan kopernya. Dan dengan segera si wanita muda pun membantu. Lalu dengan ramah, Renu menanyakan namanya.
“Aku
Boonplook,” jawab si wanita muda, memperkenalkan dirinya.
“Pekerja
di toko kami,” kata Chai, memperkenalkan Boonplook.
Chai
lalu mengajak Renu untuk masuk ke dalam rumahnya. Dan ketika melihat
kepulangannya, Yoi langsung tersenyum senang dan menyambutnya. Tapi ketika dia
melihat kedatangan Renu, dia berhenti tersenyum dan dengan tegas menanyakan
siapa wanita yang bersama Chai itu dan mengapa Chai membawanya.
“Dia
Renu,” kata Chai. Lalu dia menyuruh Renu untuk memberikan salam pada Ibunya.
“Halo,
ma!” kata Renu dengan sopan. Tapi Yoi tidak menyukainya, dan dengan sinis
menyuruh agar Renu tidak usah memanggil nya ‘ma’ seolah mereka keluarga.
Saat
mengetahui kalau Renu adalah istri Chai. Yoi menjadi marah, karena menurutnya
Renu adalah seorang wanita yang tidak benar, terlihat dari cara berpakaian Renu
dan make- up Renu. Yang tampak sangat rendahan baginya. Lalu Yoi mengusir Renu
keluar dari tokonya. Tapi Renu tidak mau perrgi, dan menolak untuk pergi.
“Wanita
baik- baik tidak akan mengikuti pria seperti ini, dan mengumumkan kepada publik
bahwa dia adalah istrinya. Kecuali wanita rendahan!” kata Yoi, berteriak marah.
“Aku
berasal dari Takli,” balas Renu, memperkenalkan dirinya dengan tenang.
“Huh!
Kamu pasti bekerja sebagai wanita panggilan!” balas Yoi.
“Kamu
tahu dengan baik ya, bahwa tinggal di Takli berarti bekerja sebagai gadis
panggilan di bar,” balas Renu, berani. “P’Chai mengapa kamu tidak memberitahu Ibu
mu kalau aku tidak bisa pergi kemanapun,” kata Renu, dengan manja kepada Chai.
“Mengapa
kamu tidak bisa pergi?” teriak Yoi.
“Aku
hamil,” jawab Renu, singkat. Dan Yoi pun merasa syok.
Didalam
rumah. Yoi memarahi Chai, dan Chai melawan, karena Renu adalah istrinya dan
benar Ibu dari anaknya juga. Mendengar itu, Yoi semakin merasa marah, dia
mengatakan bahwa sebelum Chai mengambil Renu menjadi istri, pernahkah Chai
berpikir untuk bertanya padanya, karena apa yang Chai lakukan sekarang hanyalah
masalah saja.
“P’Chai.
Jika Ibu mu tidak bisa menerima ku, mari kita pergi,” panggil Renu sambil
membawa kopernya. Dan Chai pun mengikutinya.
Melihat
itu, Yoi merasa berat dan tidak mau membiarkan anaknya, Chai, pergi bersama
Renu. Jadi dengan terpaksa dia pun mengambil sebuah kunci dan melemparkan nya
kepada mereka. Lalu dia menyuruh mereka untuk tinggal dirumah kecil, karena dia
tidak ingin membiarkan Renu tinggal di rumahnya ini dan membawa kesialan.
“Tapi
itu rumah yang sepi!” kata Chai, keberatan.
“Kamu
bisa tinggal di manapun. Jika tidak mau, maka pergi saja!” balas Yoi.
Renu
memungut kunci yang dilemparkan kepadanya, dan berterima kasih kepada Yoi. Lalu
dia mengajak Chai untuk pergi ke rumah itu. Dan Chai pun mengikutinya.
Chai meminta agar Renu tidak merasa marah kepada Ibu nya, dan Renu mengerti, karena baginya Ibu Chai adalah Ibu nya juga. Disaat itu seorang tetangga berteriak memanggil Chai, dan menanyakan siapa wanita yang bersama Chai.
“Aku
Istri P’Chai,” kata Renu, memperkenalkan dirinya. Dan semua orang yang berada
dipasar langsung memandangnya.
Tiba
di rumah kecil, dengan gembira Renu mengatakan bahwa rumah itu seperti rumah
impiannya. Dan Chai pun menjelaskan asal rumah itu, dan sebenarnya rumah kecil
ini akan menjadi rumah pengantinya bersama…
“E’Philai!”
kata Renu dengan sinis.
“Apa kamu mengenalnya? Mengapa kamu memanggilnya E?” tanya Chai, heran. (E panggilan kasar untuk memanggil wanita).
“Aku
tidak kenal. Hanya saja aku tidak ingin mendengar namanya. Aku benci setiap
orang yang mendekati kamu ataupun pacarmu itu. Aku possesive,” kata Renu. Dan
Chai pun berhenti membahas tentang Philai.
“Aku
mengerti. Aku tidak akan mengatakan itu lagi,” kata Chai, berjanji.
Renu dan Chai masuk ke dalam rumah. Dan ketika mereka masuk, keadaan didalam rumah itu sangat kotor dan tidak terawat, karena sudah lama tidak di tinggalin.
Ditoko.
Yoi mengingat tentang kata- kata Chai yang telah berani melawannya, dan dia
merasa stress. Lalu ketika Boonplook mendekatinya, dan menanyakan tentang Chai
serta Renu, maka kekesalannya pun muncul kembali. Dengan tegas dan sedikit
kesal, Yoi menyuruh Boonplook untuk tidak usah ikut campur dan kembali bekerja
saja. Dan Boonplook pun menurut.
Dirumah
kecil. Chai serta Renu bekerja sama dalam membersihkan rumah. Chai membersihkan
halaman rumah. Sementara Renu menyapu dan mengepel dalam rumah. Kemudian
bersama- sama mereka menlap perabotan di dalam rumah yang sudah berdebu tebal.
Chai
kembali ke rumah, dan disana Yoi kembali memarahinya. Yoi mau agar Chai membawa
Renu kembali ke bar, dan mengaborsi bayi didalam kandungan Renu, karena Yoi
sangat yakin bahwa wanita seperti Renu pasti telah beberapa kali melakukan
arbosi, jadi bila mereka kini melakukannya, itu tidak akan menjadi masalah.
Chai
melawan, tapi Yoi tidak mau dibantah lagi. Karena Chai telah dijodohkan dengan
Philai yang sempurna. Jadi dia tidak ingin membiarkan Chai melakukan sesuatu
yang mempermalukan keluarga mereka nantinya.
“Ma!”
kata Chai. Tapi Yoi sama sekali tidak mau dibantah.
Didalam
kamar. Chai merapikan kasurnya, sepertinya dia ingin membawa kasur itu ke rumah
kecil untuk Renu. Dan selama melipat kasur, Chai mengingat perkataan Ibu nya.
“Jika
bayi itu keluar dengan rambut merah dan mata biru seperti orang asing.
Pernahkah kamu berpikir bagaimana keluarga kita akan menghadapi publik?” kata
Yoi yang tidak percaya kalau bayi didalam kandungan Renu adalah benar cucunya.
“Ma!
Itu benar- benar bayiku. Sejak dia tidur denganku, dia tidak pernah…”
“Memberi
dirinya atau meminjamkan dirinya kepada orang lain. Apapun yang dikatakannya,
kamu percaya itu?” potong Yoi dengan sinis. Dan dia tertawa ketika Chai
terdiam. “Kamu mengakuinya, kan? Dia wanita penghibur. Arbosi tidak mahal,
obatnya juga tidak mahal. Tanyakan padanya, berapa banyak yang diinginkannya
untuk pergi dari hidupmu dan kembali ke tempatnya berasal? Aku siap membayar!”
kata Yoi.
Flash
back end
Chai
turun dari dalam kamarnya sambil membawa kasur nya. Lalu Yoi kembali
mengingatkan Chai untuk segera mengurus semuanya, sebelum orang- orang
menyebarkan gosip ini sehingga Philai mengetahuinya.
“Ma!
Aku sudah menulis surat kepada Philai bahwa aku tidak bisa menikahinya,” kata
Chai. Dan mendengar itu, Yoi terkejut.
“Apa?
Apa kamu gila, Chai? Apa yang kamu beritahu padanya?” tanya Yoi.
“Aku
tahu, aku salah. Tapi aku tidak ingin dia menunggu. Perhiasan pernikahan,
berikan saja pada mereka, karena kita adalah pihak yang salah,” jawab Chai.
Yoi marah, karena Chai malah memilih wanita yang tidak baik untuk menjadi Istri, sementara wanita yang baik malah Chai tolak. Dan Chai membalas bahwa dia tidak mencintai Philai, melainkan dia mencintai Renu. Lalu Chai mengancam bila Ibu masih memaksanya, maka dia akan pergi bersama Renu dan tidak akan pernah kembali lagi.
Mendengar
itu, Yoi merasa sedih dan kecewa. Karena anaknya, berani mengatakan ingin
meninggalkannya, hanya demi seorang wanita seperti Renu.
Menaiki
sepeda, Chai mengunjungin tempat Asa sedang bekerja. Dan disana Asa menanyakan
mengenai Istri Chai, dia menjelaskan bahwa kampung mereka, yaitu Chumseang
begitu kecil, jadi baru saja Chai melangkah turun dari kereta, maka semua orang
akan langsung tahu Chai datang dan dengan siapa.
“Beritahu
aku. Apa yang Ibu katakan?” tanya Asa.
“Ceritanya
panjang. Ma menyuruh kamu untuk menjaga toko,” jawab Chai.
“Pekerjaan
ku belum selesai,” balas Asa.
“Aku
akan mengurusnya untukmu,” kata Chai. Dan Asa pun lalu menaiki sepeda nya, dan
pulang ke rumah.
Setibanya
di rumah. Asa menanyakan kenapa Ibu nya tidak menyuruh kakak nya saja yang
menjaga toko, mengapa harus memanggilnya. Dan Ibu menjelaskan bahwa dia tidak
mempercayainya lagi, karena Chai telah berani membawa seorang wanita penghibur
pulang ke rumah, dan itu membuat keluarga mereka malu. Jadi Ibu tidak mau
menganggap Chai sebagai anaknya lagi.
“Kamu
bicara terlalu berlebihan,” komentar Asa.
“Setelah
kamu melihat gadis itu, kamu juga tidak akan bisa berkata- kata. Jaga toko ya,”
balas Yoi, lalu dia pergi.
Yoi pergi ke kuil, dan menemui Atong, anaknya, yang merupakan seorang biksu disana. Dia mengatakan bahwa ada sebuah masalah besar yang terjadi sekarang.
Ayah
menjelaskan kepada Chai, kalau Chai adalah anak tertua, jadi Ibu menaruh banyak
harapan pada Chai lebih daripada ke yang lain. Tapi walaupun begitu, Chai tetap
tidak mau mengaborsi anaknya sendiri, dan mengirim Renu kembali ke tempat lama
nya.
“Dia
selalau melalukan amal di kuil. Tidakkah dia tahu itu adalah dosa?” komentar
Ayah.
“Apa
yang harus aku lakukan, pa?”
tanya Chai.
“Kamu tidak perlu melakukan apa- apa. Tetap tinggal saja.
Karena sekarang Ibumu seperti api yang membara. Jadi tunggulah sampai besok,
mungkin dia sudah akan tenang,” jelas Ayah. Dan Chai berterima kasih pada Ayah.
Dikuil. Yoi mengeluhkan mengenai Chai, kepada Atong. Dia memberitahu bahwa sekarang Chai telah berani melawan dan mengancamnya, hanya karena dia tidak mau menerima seorang wanita seperti Renu.
“Bu! Dengarkan. Setiap orang mempunyai kamarnya sendiri,”
jelas Atong.
“Aku tidak peduli. Sekarang, aku hanya punya satu solusi.
Hanya kamu satu- satunya yang bisa menyelamatkan reputasi keluarga kita,” kata
Yoi.
“Apa rencanamu?” tanya Atong.
Menaiki perahu. Yoi mengingat rencananya bersama dengan Atong.
Yoi mau agar Atong berhenti menjadi biksu, dan menikahi Philai. Sebenarnya Atong
tampak keberatan, tapi Yoi memohon agar Atong mau melakukan itu untuknya,
karena itu semua untuk kebaikan keluarga mereka.
Yoi pergi ke Tabkrit untuk menemui Philai, sebelum surat
yang dikirimkan oleh Chai sampai di sana. Jadi walaupun Tabkrit itu jauh, dia
tetap pergi ke sana. Lalu sesampainya di rumah temannya itu (Pikhul, Ibu
Philai), Yoi pun menanyakan dimana Philai. Tapi ternyata disaat itu Philai
sedang pergi bersama Ayahnya untuk mengunjungin Istri pertamanya dan
kemungkinan mereka berdua akan menginap disana, dan kembali besok.
“Umm! Hari sebelumnya, ada tukang pos datang. Philai yang
menerima nya,” jawab Pikhul dengan sedikit perasaan heran, kenapa Yoi bertanya.
Yoi kemudian menceritakan mengenai Chai, anaknya. Dan Pikhul menanyakan apa rencana Yoi. Lalu Yoi pun menjelaskan niatnya, sejak Philai tidak bisa menjadi menantu anak tertuanya, maka dia ingin Philai menjadi menantu untuk anak keduanya dan menikahi anak keduanya.
“Tunggu. Tunggu! Biksu tidak bergabung di militer, kan?
Dan jika dia bergabung ke militer, lalu membawa istri tidak jelas kepada Ibunya
lagi, apa yang akan kamu lakukan? Bagaimana anak ku hidup?” tanya Pikhul, tidak terima.
“Lebih baik menikah sebelum gabung ke militer,” jelas
Yoi. Itu semua asalkan Philai setuju dengan nya.
“Tapi mereka tidak saling mencintai,” balas Pikhul.
“Oh! Mereka akan saling jatuh cinta setelah tinggal
bersama, phikul.”
Malam hari. Chai mandi, dan Renu mendekatinya, lalu menawarkan diri untuk menggosokan punggung Chai.
“Setiap pria di dunia pasti iri padaku,” kata Chai,
menggoda.
“Manisnya. Aku bahkan tidak tahu apa kamu akan diam- diam
berkencan dengan orang lain dibelakang ku atau tidak,” balas Renu.
“Istriku begitu cantik dan pintar, dimana aku akan bisa
menemukan yang lain? Aku hanya punya kamu,” balas Chai. Dan Renu merasa senang.
Chai kemudian menjelaskan bahwa ketika bayi mereka lahir nantinya, dia percaya bahwa hati Ibu nya akan melembut dan Ibu nya pasti akan bisa menerima mereka. Dan Renu tersenyum. Lalu mereka berdua saling bermain air.
Mama bar menantang Renu, bila Renu bisa mendapatkan Chai
sebagai suami, maka dia akan membiarkan Renu untuk pergi. Dan para teman Renu
berkomentar bahwa pasti Renu tidak akan bisa mendapatkan Chai, karena tidak
mungkin pria seperti Chai mau mengambil Renu sebagai Istri, jadi lebih baik
Renu bangun dan berhenti bermimpi.
Mendengar itu, Renu tersenyum menatap ke arah Chai.
Beberapa hari / atau bulan setelah itu, teman Renu
menanyakan sudah berapa kali Renu menolak tamu yang ada hanya karena tergila-
gila pada Chai. Dan Renu mengangkat lima jari nya. Melihat itu, teman Renu berkomentar
sampai kapan Renu akan terus menunggu Chai saja, karena Renu pasti akan segera
kelaparan.
“Itu bukan berarti aku akan kalah taruhan denganmu, tapi
aku pikir, aku benar- benar jatuh cinta dengan P’Chai. Aku tidak pernah
merasakan perasaan ini dengan pria manapun sebelumnya,” jelas Renu.
“Apa ada cinta sejati untuk wanita panggilan seperti
kita, kak?” komentar teman Renu.
“Dia sudah menghilang beberapa hari. Tidak tahu jika dia
pergi ke tempat bar yang lain atau tidak.”
“Aku beritahu kamu, dalam dua hari, kamu akan dilupakan.
Jadi kamu segeralah berdandan dan terima pelanggan. Aku capek menjawab
pelanggan untukmu.”
“Aku tidak bisa melakukan itu, kak. Aku hanya ingin
P’Chai. Jika aku tidur dengan yang lain, aku merasa seperti aku menghiaknati dia,”
kata Renu, bersikeras. Dan para teman Renu tertawa serta mengejek Renu.
Flash back end
Renu berhenti menyisir rambutnya. Dia mengambil pewarna
bibir dan memakainya. Lalu memperhatikan dirinya sendiri di depan cermin.
Tags:
Krong Karm