Network : Channel 3
Di
pasar. Renu menjual kue dessert buatannya. Seorang pembeli yang tertarik akan
semua kue jualan Renu yang tampak menarik, dia pun berhenti dan membelinya.
Namun karena ini pertama kalinya dia melihat Renu berada disini, maka dia pun
bertanya- tanya. Dan dengan bangga Renu memperkenalkan dirinya sebagai menantu
dari anak pertama Yoi, dan dia tinggal di dekat pertenakan babi.
Di
toko. Ketika mengetahui bahwa kue dessert yang sedang di makannya adalah buatan
Renu, maka Yoi merasa sangat kaget, dan dia langsung berhenti memakan kue
tersebut. Namun sebisa mungkin dia berusaha bersikap tetap tenang.
Dan
ketika akhirnya si pembeli, yaitu Mao, teman baik Renu, pergi dari tokonya. Yoi
langsung memuntahkan kue yang dimakannya. Lalu dia berteriak memanggil dan
menyuruh Boonplook untuk membuang kue dessert ini semua nya untuk anjing.
Saat
Yoi pergi meninggalkan toko, dengan segera Boonplook memakan semua kue dessert
itu.
Di
pasar. Yoi bertemu dengan banyak orang yang membicarakan tentang betapa enaknya
kue dessert buatan menantunya, dan dengan terpaksa Yoi pun tersenyum kepada
mereka.
Di
tempat penggilingan padi. Saat melihat Ibu nya datang, Asa merasa panik. Dia
menyuruh setiap orang di tempat penggilingan untuk menjawab tidak tahu dimana
dia berada, jika Ibu nya bertanya. Lalu setelah mengatakan itu, Asa langsung
berlari pergi.
Yoi
berteriak memanggil nama Asa, tapi Asa tidak ada. Kemudian Yoi pun bertanya
kepada para pekerja dimana Asa. Dan seperti apa yang Asa minta pada mereka,
maka mereka pun menjawab tidak tahu.
Yoi
datang ke rumah Renu. Dan dengan riang, Renu menyapa nya,” Maaaaa…” panggil
Renu. Dan Yoi langsung memarahinya agar jangan memanggilnya ‘Ma’, tapi panggil
dia seperti para pekerja memanggil nya. Dan Renu pun mengiyakan sambil
tersenyum ramah.
“Tao
Kae (Bos) Nia, ada urusan apa kamu ke sini? Ohhh.. kamu merasakan dessert ku
enak ya. Jadi kamu ingin memesannya, kan? Kamu suka kan?” kata Renu sambil
tersenyum.
“Aku
bukan temanmu. Aku datang untuk menanyai mu. Mengapa kamu memberi dessert mu
kepada orang- orang di pasar?! Dimana kamu mendapatkan uang! Apa kamu kaya?”
kata Yoi dengan marah.
Renu
menjawab bahwa dia memang tidak kaya, tapi dia punya uang. Dan dengan sinis,
Yoi mengatakan kalau uang itu pasti Renu dapatkan dari menjual diri. Mendengar
itu, Renu sama sekali tidak marah, malahan dia tetap tenang dan menjawab bahwa
benar dia bekerja di bar, tapi dia bekerja di bagian dapur nya saja.
“E’Renu,
dengarkan baik- baik. Aku tidak akan menerima kamu sebagai menantu ku! Jadi
jangan beritahu siapapun bahwa kamu menantu tertua! Karena tidak ada yang
mempercayai kamu!
Tidak
ada yang peduli padamu! Mereka tahu kamu berasal dari tempat rendahan! Aku
beritahu kamu, ber-hen-ti ber-mim-pi!” kata Yoi dengan nada keras dan kasar.
Lalu dia mengatakan bahwa dia telah membuang semua dessert buatan Renu ke
anjing di jalan, dan anjing pun menolak nya.
Mendengar
itu, Renu tampak sedih dan kecewa, tapi dia berusaha untuk tetap bersabar. Lalu
ketika Yoi pergi, dia pun duduk dengan lemas.
Asa
merasa kegirangan, saat mengira Ibunya telah pergi. Tapi ternyata dia salah,
karena Ibunya ternyata telah menunggu nya di dalam kantor. Dan dengan cepat,
Asa mengubah ekspresinya serta berpura- pura senang melihat Ibu nya datang.
“Aww,
ma… kamu datang di waktu yang pas! Aku akan mengatur meja nya untukmu,” kata
Asa sambil membuka rantang makanan di atas meja.
“Jangan
bersikap seperti tidak ada yamg terjadi,” balas Yoi dengan nada dingin.
Ayah
datang dan menanyakan ada masalah apa, karena Yoi tampak sangat cemberut. Dan
Yoi pun langsung mengomel, dia merasa kesal karena Asa dan Ayah telah bekerja
sama untuk menipu nya, kepadahal mereka tahu kalau dia sangat membenci Renu.
“Mengapa
begitu? Renu adalah istri Chai, juga menantu kita. Dia juga mengandung cucu
kita,” kata Ayah, membela Renu. Sementara Asa sibuk membongkar rantang makanan
dan menyusunnya diatas meja.
“Aku
sudah bilang berkali- kali! Aku tidak akan menerima nya sebagai menantu ku!”
balas Yoi.
Asa
ikut membela Renu, dia memanggil Renu dengan sebutan ‘Sor’. Dan mendengar itu,
Yoi langsung memukul lengannya serta memarahinya. Jadi Asa pun langsung
berhenti memanggil Renu dengan sebutan ‘Sor’, lalu dia membela diri dengan
mengatakan bahwa dia bukan ingin menipu Yoi, tapi karena dia ingin Ibu nya bisa
merasakan sesuatu yang enak.
“Renu
adalah wanita yang pekerja keras. Dia tahu bagaimana bekerja, tidak malas sama
sekali. Jadi mengapa kamu tidak menerimanya?” tanya Ayah.
“Dia
wanita kelas rendahan. Aku mencoba untuk melindungin keluarga mu. Apa aku
salah? Tunggu dan lihat saja. Aku akan menendang nya keluar dari hidup Chai!
Keluar dari keluarga kita!” balas Yoi. Lalu dia pergi.
Asa
mengikuti Ibu nya menggunakan sepeda, dan menawarkan diri untuk mengantarkan
Ibu pulang karena cuaca sedang panas. Tapi karena sedang emosi, Yoi pun
menolak. Tapi dengan begitu pandai nya, Asa mampu membujuk nya untuk ikut
bersama nya.
“Jika
kamu tidak naik, kamu akan pingsan dan mati sebelum koma,” kata Asa.
“Asa,
kamu mengutukku?” balas Yoi.
“Mau
naik?” balas Asa singkat. Dan Yoi pun naik.
Sepanjang
perjalanan, Yoi terus saja mengatai Renu dengan kata kasar. Dan Asa pun
mengingatkan nya untuk tidak bicara begitu ketika marah, karena seiring nya
waktu berlalu, emosi Yoi akan menghilang, tapi kata- kata yang telah Yoi
ucapkan tidak akan pernah bisa terhapuskan. Tapi Yoi sama sekali tidak peduli.
Sri,
teman Yoi, datang ke toko untuk mengobrol. Dan saat mengetahui, kedua anak Yoi
telah menikah, maka dia pun menanyakan apa Asa juga sudah punya. Yoi pun
menjawab bahwa Asa belum punya, karena saat ini usia Asa masih 20 tahun,
terlalu cepat untuk membicarakan tentang pasangan untuk nya.
“Aku
punya seorang keponakan. Umurnya 18. Cantik. Ini. Dia cantikkan, dua tahun lalu
dia memenangkan kontes kecantikan di Chumsaeng,” kata Sri dengan bangga sambil
menunjukan foto keponakannya kepada Yoi.
Yoi
mengakui bahwa keponakan Sri sangat cantik, tapi dia belum tertarik. Dan Sri
pun menjelaskan bahwa Ayah dari keponakannya ini adalah seorang kepala
kecamatan, dia punya pertanian dan pabrik penggergajian arang. Tapi Yoi tidak
mau, karena menurutnya Asa tidak bisa melakukan pekerjaan seperti itu. Dan Sri
membalas bahwa semuanya bisa di pelajari.
“Di
Kha Mang. Kam Nan Sorn adalah pria terkaya,” kata Sri. Dan Yoi mulai merasa
tertarik.
Atong
datang ke rumah Jantra untuk memberikan novel kesukaannya, tapi Jantra menolak
dengan alasan dia tidak punya waktu untuk membaca. Namun Atong sedikit memaksa,
dia mengatakan Jantra bisa mengambilnya dan membaca nya nanti ketika ada waktu
luang. Dan Jantra pun menerima novel itu, lalu dia masuk ke dalam rumah begitu
saja.
Jantra
diajak untuk menonton film malam ini, tapi karena sedang tidak mood maka Jantra
pun menolak dan beralasan dia ingin tetap di rumah menemanin Ama (Nenek) saja.
Mendengar itu, Ama langsung menasehati agar Jantra pergi saja menonton film,
jangan bersamanya terus, karena jika suatu hari dia meninggal, maka Jantra akan
sendiri.
“Wanita
baik seperti mu harus bertemu pria baik yang bisa menjaga mu,” kata Je, setuju
dengan Ama. Dan Jantra pun akhirnya, setuju untuk pergi menonton film bersama
dengan Je.
Malam
hari. Saat makan malam, Yoi menunjukan foto keponakan Sri. Dan karena cantik,
maka Asa pun sedikit merasa tertarik. Yoi lalu menjelaskan bahwa dia
mendapatkan foto tersebut dari pelanggan mereka yang sering datang belanja ke
sini untuk membeli barang yang akan dibawa dan dijual kembali. Yaitu Sri.
“Kamu
ingin menjodohkannya dengan siapa?” tanya Asa, tertarik.
“Siapa
lagi? Yah, kamu lah! Dia bilang sudah memperhatikan kamu sejak lama dan benar-
benar ingin kamu menjadi menantu keponakannya! Jika kamu mau, menikah dan
tinggalah dengannya, karena Phiangphen adalah anak termuda, jadi dia yang akan
menjaga kedua orang tua nya ketika mereka tua dan meninggal,” jelas Yoi.
“Hey!
Hey! Jangan meninggal! Aku takut hantu,” canda Asa sambil tertawa.
Di
depan gedung bioskop. Jantra tidak sengaja bertabrakan dengan wakil bupati,
yaitu Chinnakorn, dan membuat pop corn yang baru di beli Chinnakorn jatuh. Lalu
secara bersamaan, mareka sama- sama saling meminta maaf.
Je
yang melihat itu menghampiri mereka dan memperkenalkan mereka berdua. Jantra
adalah pekerja di toko nya, atau lebih tepat nya, orang yang mengurus Ama nya
dan asistennya.
“Nama
mu sangat cantik, Jantra,” puji Chinnakorn. Dan Jantra merasa sedikit canggung
serta malu, jadi dia pun mengalihkan pembicaraan dengan menanyakan apa Je ingin
membeli pop corn lagi.
“Ini
sudah cukup. Ayo mari masuk, filmnya sudah mau di mulai,” kata Je pada Jantra.
“Sampai nanti ya,” kata Je pada Chinnakorn.
“Oh,
aku juga punya tiket nya,” balas Chinnakorn.
Malam
hari. Yoi memberitahu Asa, menurutnya Piangphen adalah pasangan yang sempurna
untuk Asa, karena status keluarga Piangphern. Dan jika Asa menjadi menantu di
keluarga itu, maka Asa akan bisa hidup nyaman selama- lamanya.
“Aku
tidak tahu bagaimana bertani,” kata Asa.
“Kamu
bisa belajar. Jika tidak bisa, maka biarkan orang lain melakukannya. Dan
kumpulkan uang nya, kemudian kamu bisa mencari pekerjaan yang lain,” jelas Yoi.
Asa
tidak tertarik akan hal seperti itu, dan dia pun beralasan bagaimana jika nanti
dia bertemu Piangphern, dan ternyata penampilan Phiangphern tidak sama seperti
yang ada di foto. Mendengar itu, Yoi memukuli Asa sekali, karena Asa terlalu
banyak bercanda. Lalu Asa pun pamit dan pergi.
Asa
pergi ke bioskop. Disana secara kebetulan, Asa mendapatkan nomor bangku di
sebelah Jantra. Dan melihat Asa yang duduk di sebelahnya, Jantra tampak sedikit
tidak nyaman.
“Asa.
Kamu disini sendirian?” tanya Je. Dan Asa mengiyakan.
“Aku
mengajak Hia Tong, tapi dia menolak. Dia lebih suka membaca buku dan diam di
dalam kamar seharian,” jelas Asa.
“Dia
pasti sedang mempersiapkan diri nya menjadi pengantin,” komentar Je sambil
tertawa. Dan mendengar itu, Jantra tampak sedih.
Ketika
film telah selesai, Chinnakorn menghampiri Je serta Jantra, dia menawarkan diri
untuk menemanin mereka pulang. Je setuju, dan mengajak Asa untuk ikut pulang
bersama juga.
Tapi
Asa menolak pulang bersama mereka, dengan alasan dia mau berjalan- jalan dulu
untuk mencari makanan. Lalu setelah mereka bertiga pergi, dia duduk sendirian
di bangku bioskop.
Setelah
mengantarkan Je serta Jantra pulang. Chinnakorn pamit kepada mereka dengan
sopan sambil terus tersenyum menatap ke arah Jantra. Dan melihat senyum itu, Je
merasa mengerti sesuatu.
Jadi
setelah Chinnakorn pergi. Je pun langsung memuji Chinnakorn di depan Jantra.
Dia mengatakan bahwa pria baik seperti Chinnakorn itu sangat jarang sekali serta
Chinnakorn adalah seorang wakil bupati. Dan mendengar itu, Jantra hanya
mengiyakan saja.
Dini
hari. Seperti biasa. Renu membuat kue. Kali ini dia membuat beberapa kue
dessert yang baru lagi. Lalu setelah itu, dia berdandan, dan pergi ke pasar
untuk menjual kue dessert buatan nya.
“Kamu
pekerja keras ya. Kamu mengubah menu mu setiap hari ya,” komentar salah satu
pembeli.
“Iya.
Aku takut pelanggan akan bosan,” balas Renu sambil tersenyum ramah.
Di
pasar. Ketika Yoi sedang berbelanja, salah satu penjual menanyakan mengapa Yoi
masih membiarkan menantu tertua Yoi mengangkat dan berjualan sendirian. Lalu
ketika melihat bahwa benar Renu sedang berjualan, Yoi merasa sangat tidak suka.
“Dia
seorang gadis Thai. Jika aku biarkan dia membantu di toko, dia akan merasa
terlalu nyaman. Ini apa yang kupikir kan,” kata Yoi dengan nada sinis.
Yoi
kemudian memperhatikan Renu yang berjualan dengan tatapan benci. Dan ketika
melihat bagaimana Renu berjualan dengan sikap yang tampak genit ke pelanggan,
Yoi makin merasa benci padanya. “Kembali ke sifat aslimu!” gumamnya.
Tags:
Krong Karm
Lanjut.....Semangat!!!
ReplyDelete