Sinopsis
Lakorn – Nang Rai Episode 02 - 3
Images by : Channel 7
“Masuklah
ke dalam mobilku. Mobilku di parkir di sana,” ujar Pob pada Kae yang
memandangnya.
“Tapi…
ayahku dan aku akan membuat kursimu basah.”
“Tempat
duduk kursi bisa di tukar jika basah. Tapi, jika terjadi sesuatu padamu, tidak
ada yang bisa menggantikannya.”
Kae
terperangah mendengarnya. Dan Pob tanpa basa basi menyuruh Kae untuk memegangi
payung sementara dia menggendong Khem masuk ke dalam mobil.
--
Pob
mengantarkan Kae dan Khem ke rumah baru mereka. Panee dan anak-anak keluar
karena mendengar suara ribut. Dan begitu keluar, mereka malah lebih terfokus
melihat mobil Pob yang bagus dan tidak peduli pada Khem yang mabuk dan basah
kuyuo.
Kae
menyuruh Nao untuk membantunya membawa Ayah masuk ke dalam rumah. Tapi, Nao
malah protes tidak mau membawa ayah karena bau alkohol. Kae jelas marah dan
Panee juga langsung menyuruh Nao untuk membawa Khem masuk ke dalam. Nao meminta
Chom membantunya membawa ayah masuk ke dalam.
Setelah
itu, Kae berterimakasih atas bantuan Pob padanya. Pob kemudian pamit pulang
pada semuanya.
Setelah
Pob pergi, ibu langsung memuji Pob yang kaya karena memiliki mobil sebagus itu.
Dan pria seperti Pob-lah yang pantas menjadi suami Kae. Dengan begitu, mereka
semua bisa mempunyai hidup yang nyaman. Kae terlihat tidak suka mendengar
perkataan ibu.
Chom
bertanya kepada Kae, ke kamar mana Ayah akan tidur? Kae langsung menatap ke
Panee. Dan Panee langsung berkata kalau Khem tidak boleh masuk ke dalam
kamarnya. Dia bisa muntah jika mencium bau Khem.
“Kalau
begitu, bawa Ayah ke kamar Nao,” ujar Kae.
“Euy,
aku tidak mau. Kakak kan menyuruhku pergi sekolah. Jika ayah tidur denganku,
aku tidak akan bisa ke sekolah,” protes Nao.
“Tapi
aku sudah berbagi kamar dengan P’Prang juga,” ujar Chom.
Kae
menatap Panee. Dan Panee dengan kejam menyuruh mereka untuk meletakkan ayah di
gudang saja, yang berada di samping kamar mandi. Jadi, Khem bisa ke kamar mandi
dengan mudah jika mau muntah.
“Bawa
ayah dulu dan mandikan,” perintah Kae. “Tukarkan juga pakaiannya.”
Nao
dan Chom dengan muka cemberut membawa ayah masuk ke dalam rumah.
Kae
kemudian bertanya pada Panee, dimana semua pakaian ayah? Dan pakaiannya juga.
Apa Panee membawanya?
Muka
Panee langsung berubah dan dia langsung berlari masuk ke dalam kamar sambil
meneriakkan nama Chom. Kae menghela nafas, menyadari kalau Panee tidak membawa
pakaiannya dan pakaian Khem.
--
Esok
hari,
Kae
keluar rumah dan bertemu dengan Prang yang baru pulang. Prang yang tahu kalau
Kae akan memarahinya, langsung berkata kalau Kae tidak perlu terus memarahinya.
Dia sudah memilih jalannya sendiri. Dan dia yakin dengan jalannya. Jadi, tidak
peduli seberapa keras Kae melarangnya, dia tidak akan pernah bekerja.
Usai
mengatakan hal itu, Prang masuk ke dalam rumah. Kae hanya bisa menghela nafas
melihat kelakuan Kae.
Pas
sekali, Arthit tiba dengan motornya dan memberi tumpangan pada Kae untuk ke
lokasi syuting. Kae menolak dengan sopan tawaran Arthit. Pob ternyata juga ke
depan rumah Kae untuk menjemput Kae, tapi begitu melihat Kae bicara dengan
Arthit, dia langsung pergi.
“Khun
Pawapob sering datang ke lingkungan ini, karena Khun Paksuda juga tinggal di
sekitar sini,” ujar Arthit. Dan tentu membuat Kae mengira kalau Pob tadi hanya
lewat menuju ke rumah Pat.
Akhirnya,
Kae menerima tumpangan Arthit. Dan Arthit tersenyum senang, seolah telah
memenangkan sesuatu.
--
Khun
Kesiree (panggilan Khun Kesi) pergi ke lokasi syuting dan bicara dengan J’Noi.
“Aku
harap kalian dapat mengerti. Aku tidak ingin menyakiti atau menghancurkan hidup
orang lain. Tapi, aku perlu melindungi reputasi putraku.”
“Tapi
Kae… dia terlihat tidak membahayakan. Dia juga tertutup.”
“Tertutup?
Tapi malah memilih ‘ikan’ yang berkualitas. Wanita luar biasa seperti Paksuda
saja membicarakan hal itu. Aku ingin kau membuat anakmu itu menjadi terkenal.
Dia mempunyai wajah yang cantik, jadi tidak akan sulit baginya untuk
mendapatkan suami kaya. Jangan sampai dia terlibat dengan putraku, jika dia
tidak mau mendapatkan masalah,” peringati Khun Kesi.
J’Noi
hanya bisa tersenyum dan membenarkan.
--
Kae
dan Wadee sedang menunggu giliran syuting mereka. Dan Wadee memanfaatkan waktu
untuk berolahraga. Wadee kemudian bertanya kenapa Kae terlihat stress? Bukankah
Kae sudah pindah ke rumah baru.
“Apa…
kau memikirkan mengenai Khun Pawapob?” goda Wadee.
“Bukan.
Aku hanya stress memikirkan adik-adikku yang menolak untuk sekolah. Mereka
terlalu pelawan.”
“Apa
ibu mu tidak memarahi mereka?”
“Dia
tidak pernah memarahi mereka.”
Saat
sedang berbincang, J’Noi menghampiri Kae dan mengajak Kae untuk bicara berdua
dengannya. Tidak lama, seorang kru datang untuk mengambil jas Nguan, tapi jas
itu malah menghilang. Nguan kemudian meminta di carikan jas baru saja. Kru
mengatakan tidak bisa, karena jas itu sudah di ambil untuk syuting adegan
sebelumnya, dan jika di ganti, maka syuting scene sebelumnya juga harus di
ulang.
Dan
saat itulah, Nguan melihat Wadee yang sedang berolahraga di lantai dengan
menggunakan jas-nya sebagai alas. Dengan kesal, Nguan segera menarik jas-nya
dan mengibaskannya.
“Duduk
di jas orang lain seperti ini, kenapa kau masih berpura-pura tidak tahu?” marah
Nguan. “Kau tolong pergi carikan pengharum untuk menghilangkan bau di jas
ini,”perintah Nguan pada kru. “Biar ku tanya ya, kenapa kau menyemprotkan
banyak parfum sih? Apa kau tidak mandi?” tanya Nguan pada Wadee.
Wadee
kesal mendengar pertanyaan itu, “Bukan urusanmu,” jawabnya dan langsung pergi.
--
Sepertinya,
J’Noi sudah menyampaikan pesan dari Khun Kesi, ibu Pob.
“Aku
tahu kalau kau bukan tipe wanita yang berusaha mendapatkan pria kaya. Tapi, apa
yang bisa ku lakukan ketika ibu Khun Pob tidak mau mengerti. Mereka orang kaya.
Punya kekuasaan. Punya nilai tersendiri. Mereka tidak akan menyalahkan putra
mereka. Bahkan dengan… perusahaan kita, itu ada di tangan mereka.”
“Jadi,
mereka menyalahkanku? Aku bisa mengerti.”
“Baguslah
jika kau mengerti. Terimakasih ya,” ujar J’Noi. “Oh ya, ada sebuah acara juga.
Kau harus datang. Kau juga akan mendapatkan bayaran.”
“Apa
Wadee akan pergi juga?” tanya Kae.
“Ya.”
Dan
Kae setuju untuk datang.
--
Selesai
syuting, Wadee mengajak Kae untuk pulang bersama. Tapi, Kae menolak karena jalur
rumah mereka berbeda.
“Apa
ada orang lain yang menjemputmu? Apa si pria pekerja bak itu? Dia terlihat sopan.”
“Dia
baik.”
“Jelas
sekali kalau dia menyukaimu. Jangan berikan hatimu padanya. Sisakan beberapa
untuk Khun Pawabob juga,” goda Wadee.
“Oiii,
jangan menyebut namanya. Aku mohon.”
Dan
Wadee tidak menyebut nama Pob lagi. Dia jadi membahas mengenai acara minggu
depan, dimana mereka juga harus menari. Kae langsung lemas, karena dia tidak
bisa menari. Wadee menenangkannya karena dia akan mengajari Kae cara menari.
Saat
sedang bersenang-senang, Pat malah datang dan meminta waktu untuk bicara berdua
dengan Kae. Wadee hendak menemani Kae, tapi Kae berkata tidak perlu.
Nguan
lewat di sana dan dengan suara keras mengomentari jas-nya yang masih berbau
busuk padahal sudah di semprotkan hampir setengah botol pengharum baju. Dia
sengaja bicara dengan keras agar terdengar oleh Wadee.
“Nguan,
kau masih menyemprot jas-mu juga,” komentar Mafai yang lewat dan melihat
tingkah Nguan.
“Bau
nya terlalu kuat. Aku rasa, orang yang menduduki jas-ku ini, sudah tidak mandi
cukup lamaaaa.”
“Siapa?”
“Itu…”
Wadee
langsung kesal. Dan dia langsung memanggil Mafai dan meminta bantuan Mafai
untuk membantunya membawakan barang-barangnya ke depan karena ibunya sudah
menunggu. Mafai dengan senang hati mengiyakan. Dan dia langsung membantu Wadee
dan memberikan barang yang ada di tangannya pada Nguan. Nguan jadi kesal.
Pat
memperingati Kae untuk tidak mendekati Pob karena hal itu membuat keluarga Pob
menjadi cemas.
“Kau
berasal dari keluarga miskin dan berharapa bisa menaikkan statusmu dengan uang,
dan mendapat tempat di lingkungan ini. lihat. Jangan biarkan jalannmu menjadi
rusak dengan di keluarkan dari lakorn yang sedang kau filmkan saat ini. Karena
keluargamu saat ini sedang bermimpi. Bermimpi menggerogoti uangmu! Pikirkan
mengenai hal itu! kau berani merusak mimpi keluargamu, atau lebih mudah untuk
berhenti mengganggu Pob,” peringati Pat.
Saat
itu, Arthit datang untuk menjemput Kae, jadi Kae memanfaatkan hal itu untuk
pergi. Tapi, Pat memanfaatkan moment itu untuk memotret kedekatan Pat dan
Arthit.
--
Malam
hari,
Khun
Kesi mendapatkan foto dari Pat yang memperlihatkan kedekatan Kae dan Arthit.
Foto itu langsung dia tunjukkan pada Khun Wichan, Nee dan Pob yang sedang
makan.
“Dia
kan nangrai yang ada di MV bersama P’Pob,” ujar Nee.
“Dia
mencoba mendekati abangmu, bahkan ketika dia sudah punya pacar! Dasar kelas
rendahan!” umpat Khun Kesi.
Pob
tidak nyaman mendengarnya dan memilih masuk ke dalam kamar dengan alasan sudah
kenyang.
--
Di
dalam kamarnya, Pob melihat foto itu. Pat juga mengirimkan foto itu padanya.
Pob jadi mengingat saat tadi pagi dia melihat Arthit yang menjemput Kae.
--
Kae
sudah tiba di rumah. Panee menyambutnya dan berbasa-basi bertanya apa Kae sudah
makan? Setelah itu, dia baru bertanya apa Kae benar mau tidur di ruang tamu?
Kae bisa saja tidur di kamar bersamanya, atau dia bisa tidur di ruang tamu
bersama Kae. Kae menolak hal itu.
Kae
juga memberitahu mengenai acara yang harus di hadirinya minggu depan. Dan Panee
langsung bersemangat karena artinya Kae pasti akan mendapatkan uang di undang
ke acara tersebut. Mendengar uang, Nao dan Chom langsung turun dan ikut
nimbrung. Chom bahkan berkata kalau dia mendengar jika orang terkenal di undang
ke acara akan mendapat bayaran sekitar 200-300.000 baht, dann untuk pendatang
baru mungkin sekitar 10.000 baht.
“Sebanyak
itu?” kaget Panee. “Jika begitu, aku akan membayar DP mobil.”
Chom
dan Nao tambah semangat. Chom merayu Panee agar membiarkannya ikut kursus
mengemudi. Sementara Nao meminta motor agar bisa balapan bersama
teman-temannya. Dan Panee langsung menyanggupi.
“Kae,
aku memberikan Prang uang untuk membeli beberapa pakaian baru. Kau sekarang
adalah artis. Kau harus mengenakan pakaian bagus agar terlihat cantik. Tidak
seperti ini.”
Kae
hanya diam dan berkata mau mandi dulu. Sementara itu, tampak kalau Panee sangat
memanjakan Chom dan Nao dengan berkata akan mengabulkan semua keinginan mereka.
Tags:
Nang Rai