Sinopsis C-Drama : Unique Lady Episode 10 - part 3


Network : iQiyi iQiyi

Tabib memberikan obat dingin untuk Luo Jing, karena suhu didalam badan Luo Jing sedikit panas. Kemudian setelah itu dia meminta Luo Jing untuk beristirahat. Dan dengan perhatian, Jiang lalu mengambil obat itu dan meniupkannya untuk diminum oleh Luo Jing. Namun Luo Jing menolak, dan mau melakukannya sendiri saja.



“Kamu seorang pasien sekarang. Ini,” kata Jiang. Dan Luo Jing memalingkan wajahnya. “Jika kamu masih tidak mau minum, maka aku akan menyuapi langsung dari mulut ke mulut,” kata Jiang sedikit mengancam. Dan karena itu, maka Luo Jing pun meminumnya.


Dengan pandangan tampak sedih, Luo Jing menanyaka jam berapa sekarang. Dan mendengar itu, Jiang pun menanyakan apakah Luo Jing ingin kembali.

“Dia berdarah dingin, tidak berhati. Dia memperlakukan ku seperti itu. Siapa yang mau kembali? Aku marah,” gumam Luo Jing.

Setelah selesai menyuapi Luo Jing. Jiang berdiri dan menjelaskan, “Aku sudah buat taruhan dengannya.”



Wu Mei dengan sikap gelisah sama sekali tidak bisa tenang. Lalu disaat itu, Zhang Ji datang dan melaporkan mengenai keadaan Luo Jing yang sudah sadarkan diri. Dan Zhang Ji menanyakan, bagaimana jika Luo Jing benar- benar tidak kembali.

“Jika dia tidak kembali, maka biarkanlah. Apa menurutmu, aku masih peduli tentangnya?” kata Wu Mei dengan sikap dingin. Lalu Zhang Ji pun mengundurkan diri, dan pergi.


“Jika kamu begitu hebat, maka jangan kembali selama hidupmu,” gumam Wu Mei. Lalu dia memanggil Zhang Ji, dan memberikan perintah,” Jika ada kabar terbaru darinya, laporkan padaku langsung.”

Mendengar itu, Zhang Ji tersenyum. Dan mengiyakan. Lalu dia pergi.


Luo Jing merasa cemas dan pesimis bahwa Wu Mei akan datang menjemput nya kembali. Dan Jiang pun menenangkan agar Luo Jing tidak perlu khawatir, karena jika Wu Mei beneran tidak datang untuk menjemput Luo Jing, maka dia akan membawa Luo Jing dan menjaga Luo Jing dengan panik.

“Terima kasih,” kata Luo Jing sambil tersenyum. Tapi tanpa semangat.


Untuk membuat Luo Jing kembali bersemangat, maka Jiang menawarkan bahwa hari ini apapun yang Luo Jing ingin mainkan, maka dia akan menemanin Luo Jing untuk bermain. Dan Luo Jing pun langsung mengajak Jiang untuk mengikutinya.


Direstoran. Setelah selesai bermain, Jiang mentraktir makanan untuk Luo Jing. Dan menanyakan apakah Luo Jing sudah senang. Lalu Luo Jing pun menjawab bahwa hari ini dia sudah cukup senang, karena dia sudah lama tidak bersenang- senang seperti ini. Mendengar itu, Jiang juga ikut merasa senang.


“Aku sedikit penasaran. Kamu mengenal tempat ini dengan baik, jadi biasanya… kamu datang dengan siapa ke sini?” tanya Luo Jing, bercanda dan penasaran.

“Kamu cemburu ya,” balas Jiang. Dan Luo Jing langsung menyangkalnya.


Dengan gemas, Jiang mengulurkan tangannya untuk menyentuh wajah Luo Jing. Tapi Luo Jing langsung memukul tangan Jiang agar tidak menyentuhnya.

Jiang menjelaskan bahwa dia mengenal baik tempat ini adalah karena tempat ini merupakan bagian dari harta kekayaan keluarganya. Dan mengetahui itu, Luo Jing merasa sedikit kagum. Lalu tiba- tiba saja, Jiang mengucapkan terima kasih kepada Luo Jing. Sehingga Luo Jing merasa heran.


“Gadis kecil. Kamu tau? Tidak pernah ada siapapun yang bisa membuat ku merasakan itu. Bersenang- senang dengannya, membeli barang untuknya. Jika itu mungkin, aku berharap setiap hari bisa seperti ini,” kata Jiang dengan serius. Lalu dia bertanya,” Apa kamu pikir aku akan kalah?”

“Dia tidak akan datang mencariku. Kamu harus mempersiapkan 100 emas yang kamu janjikan pada taruhan mu,” balas Luo Jing.


Luo Jing kembali tampak pesimis dan sedih lagi. Jadi Jiang pun bercanda dan berusaha membuat Luo Jing untuk tertawa lagi. Tapi Luo Jing tetap tampak sedih. Sehingga Jiang pun menyemangati Luo Jing. Dia berjanji akan memarahi Wu Mei, dan  tidak akan membiarkan Wu Mei untuk membully Luo Jing lagi.

“Itu hanya akan merepotkanmu,” kata Luo Jing, pelan.


Pelayan datang menghampiri Luo Jing dan Jiang. Dia memberitahu bahwa sekarang sudah lewat tengah malam, jadi dia akan menutup toko. Dan Jiang pun mengeluarkan 1 gold, lalu memberikannya kepada si Pelayan.

“Aku percaya ini masih sore sekarang,” kata Jiang. Dan si Pelayan langsung mengiyakan, lalu dengan senang dia menerima gold tersebut.


“Aku sudah bilang. Dia tidak akan datang mencariku,” gumam Luo Jing, sedih.

“Siapa bilang? Jika dia tidak datang, maka aku akan merobek kediaman Yuan Zheng,” kata Jiang, menyemangati. Dan Luo Jing tersenyum.

Kepala Pelayan dan para pelayan bekerja sama. Mereka berdiri di depan halaman kamar Wu Mei. Dan membicarakan tentang bulan malam yang telah terlihat di langit. Serta warna langit yang sudah berubah menjadi gelap.


Tapi seorang pelayan malah menghancurkan semuanya, “Dimana? Kenapa aku tidak bisa melihat apapun ya?”

“Xiao Huang, kamu harus berakting menggunakan perasaan,” kata Kepala Pelayan mengingatkannya dengan suara pelan.

Didalam kamar. Xiu Wen mendengar semua pembicaraan Kepala Pelayan dan para pelayan yang berbicara dengan suara keras. Dan dia pun merasa gelisah.

Zhang Ji datang dengan mengigit setangkai bunga mawar di mulutnya. Dan semua pelayan langsung berseru bersamaan. “Itu dia. Itu dia.”

Kemudian Xi Que muncul dan mendekati Zhang Ji. “Kekasih ku tercinta, kamu disini, ketika aku disana. Kerinduan yang kumiliki untukmu hanya bisa di simpan di dalam hati. Terkunci erat didalam hatiku,” kata Xi Que berakting.


Tidak tahan mendengarkan semua drama mereka. Maka Wu Mei pun keluar dari dalam kamar, lalu dia memarahi mereka. Dan dengan cepat, mereka semua pun langsung berlari pergi. Kecuali Zhang Ji, karena Wu Mei memanggilnya. Jadi Zhang Ji pun terpaksa menghampiri Wu Mei.


“Bagaimana bisa kamu bergabung dengan mereka untuk membuat keributan?” tegur Wu Mei. Lalu dia menanyakan dengan suara pelan,”Apa ada kabar baru?”

“Tidak ada kabar baru untuk sekarang,” jawab Zhang Ji, cepat.

“Jadi dimana mereka sekarang?”

“Toko Dokter.”

“Bagaimana bisa mereka masih disana? Cepat siapkan kuda. Sekarang,” perintah Wu Mei. Dan Zhang Ji langsung mengiyakan.

Wu Mei menaiki kuda, keluar dari dalam kediaman nya.

Jiang berjalan- jalan bersama dengan Luo Jing. Lalu ketika berada di tengah jalan, Jiang menanyakan apakah Luo Jing ingin melihat salju. Dan karena itu tidak mungkin, maka Luo Jing pun mengatai Jiang gila.

“Tunggu aku,” kata Jiang. Lalu dia masuk ke dalam sebuah tempat. Dan Luo Jing berdiri, menunggu nya di depan pintu.


Tiba- tiba tidak berapa lama setelah Jiang masuk ke dalam. Salju turun. Dan melihat itu, Luo Jing merasa sangat kagum. Ternyata salju tersebut berasal dari gumpalan es serut yang Jiang serta para bawahannya kipas- kipas dari atas bangunan.


Luo Jing tertawa dan berputar- putar menikmati salju tersebut. Dan melihat itu, Jiang tersenyum lebar.

2 Comments

Previous Post Next Post