Krong Karm Episode 2 –
part 6
Network : Channel 3
Malam
hari. Semua saudara berkumpul. Mereka berkumpul untuk mengumpulkan uang kremasi
Ibu mereka. Yang pertama, memberikan sedikit, karena beras nya belum terjual.
Yang kedua, juga sama, karena anak nya baru mulai sekolah jadi dia butuh banyak
uang. Renu kemudian datang dan memberikan uang banyak kepada mereka.
“Aku
memberi 500 baht. Jadi berikan saja sebanyak yang kamu bisa. Jangan membuat itu
menjadi besar dan menyebabkan masalah kepada orang yang masih hidup,” kata Renu
kepada mereka.
“Kami
semua miskin. Tidak seorang pun yang memiliki banyak uang untuk di tunjukan,”
balas Saithong dengan sinis.
Renu
kemudian mengajak Wanna untuk ikut bersama dengannya. Renu memberikan uang lain
yang dimilikinya kepada Wanna, dan menyuruh Wanna untuk memberikan itu kepada
mereka. Sehingga nantinya Wanna tidak akan di salahkan, karena tidak ada
memberi uang apapun.
“Sekali
kamu sudah selesai, datang dan bantulah aku disana. Jadi kita bisa menggunakan
dapur malam ini,” kata Renu. Lalu dia pergi. Dan Wanna tersenyum berterima
kasih.
“Sudah
menjaganya selama 7- 8 tahun ini. Aku sudah sangat berterima kasih. Aku juga
memang berniat membawa nya dengan ku, bahkan jika kamu tidak menyaran kan nya.
Aku tidak pernah melupakan kewajiban ku sebagai Ibu nya. Tidak pernah melupakan
tanggung jawab ku,” kata Renu.
“Bagus
jika kamu tidak bodoh. Jadi orang akan berhenti berbicara di belakang mu.
Selain egois, kamu juga memalukan,” balas Saithong dengan sinis.
Melihat
Renu yang tampak sedih dan terluka, Wanna merasa bersimpati kepada Renu.
Didalam
kamar. Ketika Pok telah tertidur, Wanna menanyakan kepada Renu, apa suami Renu
mengetahui bahwa Renu sudah mempunyai anak. Dan Renu menjawab belum, tapi dia
percaya bahwa Chai pasti akan bisa menerima anak nya, karena Chai adalah pria
yang baik dan sangat mencintai nya.
“Tapi
mungkin ini lebih serius untuk nya,” komentar Wanna.
“E’Wanna,
walaupun aku seorang pelacur, dia masih bisa menerima ku. Hanya masalah ini,
bagaimana bisa dia tidak menerima nya?” balas Renu.
“Bagus
jika kamu yakin. Tapi kamu juga harus mempersiapkan dirimu. Karena kamu belum
menanda tanganin sertifikat pernikahan dengan nya. Jangan lupakan itu,” jelas
Wanna. Lalu dia pamit untuk tidur duluan.
Renu
merasa bingung. Karena apa yang Wanna katakan barusan adalah benar.
Pagi
hari. Renu mengajarkan Wanna caranya membuat kue. Dan karena merasa kesulitan,
Wanna sedikit mengeluh, dia mengatakan bahwa dia tidak sebagus Renu.
“Kamu
harus bersabar dalam melakukan segala nya, dan perhatikan itu. Jika kamu
menyukai apa yang kamu lakukan, maka kamu harus melakukan yang terbaik. Ini bukan
kata- kata ku. Ibu yang mengajari ku. Kamu harus mengingatnya, jangan hanya
melakukan sesuatu, tapi lakukan yang terbaik. Jika kamu ingin menjadi pembuat
dress, kamu harus menjadi yang terbaik. Apa kamu mengerti?” kata Renu,
menasehati.
“Ya,
aku mengerti,” jawab Wanna sambil tersenyum.
“Jika
aku bebas, aku akan pergi ke pernikahan Atong. Aku ingin melihat wajah istri
Achai juga,” kata si Penjaga rumah.
“Mengapa
kamu mau melihat wajahnya?” balas Yoi emosi ketika mengingat tentang Renu.
“Anak itu, aku berhenti berhubungan dengannya sejak dia membawa wanita ini
pulang ke rumah.”
“Baiklah.
Tidak peduli apa, dia tetaplah anak kita. Kita tidak bisa mengabaikan mereka,”
balas si Penjaga rumah. Dan dengan wajah cemberut, Yoi pergi dari sana.
Saithong
datang ke dapur, dan memarahi Renu karena terlalu lama menyiapkan makanan,
kepadahal para biksu telah selesai berdoa. Mendengar itu, Renu hanya diam saja
dan mengabaikannya. Lalu Saithong menanyakan tentang siapa suami Renu.
“Kamu
tidak pernah tertarik padaku, atau mau mengetahui apapun tentang ku. Asal tahu
saja, dia adalah pria yang baik. Dia yang membuat ku berhenti menjadi pelacur,”
jelas Renu, acuh.
“Oh!
Aku berharap kamu beruntung. Aku hanya terganggu, ketika orang bertanya pada ku
jika aku memiliki adik pelacur atau tidak. Jika selanjutnya orang bertanya pada
ku, aku akan memberitahu mereka bahwa kamu sudah mempunyai suami,” balas
Saithong, kasar.
“Kakak?
Kamu sudah memutuskan hubungan dengan ku sejak lama. Jadi mengapa kamu harus
KHAWATIR? P’Saithong,” kata Renu.
“Aku
hanya memperingatkan mu. Suamimu mungkin hanya kasihan dengan mu yang tidak
berniat menjadi pelacur. Tapi jika dia tahu kamu seorang penggoda dan memiliki
anak sebelum kamu menjadi pelacur. Apakah dia tetap akan menjadi pria baik
seperti yang kamu pikirkan, Renu?” kata Saithong dengan sinis. Lalu dia pergi.
Yoi
dan suaminya datang ke rumah Pikhul untuk memberikan undangan pernikahan yang
telah mereka buat. Dari 100 undangan, Yoi memberikan 10 undangan kepada Pikhul
serta Philai, dengan alasan bahwa biasanya orang tidak butuh terlalu banyak undangan
tapi cukup menyebarkan dari mulut ke mulut saja sudah cukup.
Pikhul
yang telah berteman baik dengan Yoi sejak lama, dia merasa tidak enak hati
untuk protes, jadi dia pun menerimanya dan setuju untuk memberitahu orang dari
mulut ke mulut saja. Sementara Philai, dia sebenarnya merasa tidak senang, tapi
dia tidak mungkin menunjukan ketidaksenangannya. Jadi dengan terpaksa, dia pun
menerima nya.
“Ayah
ku memberitahu ku untuk mengatakan nya padamu. Dia ingin kamu mempersiapkan
perahu dari Chumsaeng untuk membawa semua tamu kami dari Thabkrit. 5 perahu
cukup lah,” kata Philai, sengaja. Dan Yoi merasa sangat terkejut, karena 5
perahu itu sangat mahal dan membutuhkan banyak uang.
“Iya,
bi. Untuk mempersiapkan, jika ada tambahan orang. Dia juga minta tolong di
pesankan kamar hotel untuk tamu kami dari Thabkrit. Karena acara pernikahannya
mungkin akan berlangsung sampai tengah malam,” kata Philai, sengaja. Dan Yoi
pun merasa kesal, tapi dia tidak mungkin menunjukannya.
Tags:
Krong Karm
Lanjut....
ReplyDelete