Sinopsis Lakorn : Krong Karm Episode 3 - part 1



Krong Karm Episode 3 – part 1
Network : Channel 3

“Ibu mu yang baru saja di kremasi, sebenarnya dia adalah Nenek mu. Ibu kandung mu adalah orang yang duduk di depan mu sekarang. Kamu harus menghormatinya. Dialah orang yang telah melahirkan mu,” kata Kepala Biksu memberitahu Pok.

Pok diam dan memandangin wajah Renu sesaat, kemudian dia memberikan hormat kepada Renu. Dan kepala Piksu pun memuji sikap Pok.



“Pok, tidak kah kamu mau mengikuti P’… mm… tidak kah kamu mau mengikuti mom?” tanya Renu. Awalnya dia menyebut dirinya sendiri P’ (kakak), lalu saat sadar bahwa sekarang Pok telah tahu, dia mengubah perkataannya dan menyebut dirinya sendiri ‘Mom’.

“Tidak. Aku akan tinggal disini dengan Luang Phor,” jawab Pok dengan nada sedikit keras.



Renu menyerah. Dia menghormati serta menyetujui keinginan Pok yang tetap ingin tinggal di tempat ini. Namun sebelum benar- benar pergi, Renu mengingatkan Pok agar jangan nakal, selalu mematuhi kepala biksu, rajin belajar dengan tekun, dan jangan terlibat masalah. Mendengar nasihat itu, Pok menganggukan kepalanya.

“Tunggu sampai aku lebih siap, ketika kamu sudah besar. Kemudian aku akan membawa mu untuk tinggal dengan ku, ya?” tanya Renu. Dan Pok diam.



Kepala biksu meminta agar Renu memberikan lebih banyak waktu kepada Pok, supaya Pok bisa menerima semua nya. Dan Renu mengiyakan, lalu dia berjanji bahwa dia akan mencoba untuk sering mengunjungin Pok nanti nya.

“Kamu cobalah tenang. Setiap orang memiliki karma nya. Walaupun masa lalu tidak bisa di benarkan, karena sudah berlalu. Tapi jika kamu melakukan kebaikan sekarang, ketika kamu tidak bisa menghapus apa yang kamu lakukan, setidaknya pikiran mu bahagia,” jelas Kepala Biksu. Dan dengan sedih, Renu menundukan kepalanya.



Distasiun kereta. Renu mengingatkan Wanna untuk menuliskan surat padanya, jika Wanna kekurangan uang, karena dia akan selalu ada untuk Wanna. Dan Renu juga mengingatkan agar Wanna rajin belajar dengan tekun, karena hidup Wanna jauh lebih beruntung daripadanya. Serta apapun masalah yang harus di hadapi nantinya, Wanna harus terus bersabar.

“Jangan khawatirkan aku. Pergilah, lonceng kereta telah berbunyi,” kata Wanna. Lalu Renu pun masuk ke dalam kereta, dan Wanna memberikan koper Renu yang diangkat nya sedari tadi, melalui jendela.



“Wanna. Tunggu aku ya. Tunggu sampai aku mengurus semuanya, kemudian kamu bisa pindah dan tinggal denganku. Kemudian kita akan membuka toko pakaian,” kata Renu, saat kereta mulai berjalan dengan perlahan.

Dan sambil tersenyum lebar, Wanna mengiyakan. “Ya, P’! Semoga beruntung ya!”

“Jaga dirimu ya!” balas Renu. Dan kereta mulai berjalan cepat.




Di depan toko. Asi mengetes kamera baru nya. Pertama dia memotret Asa, Atong, serta Ayah dan Ibu nya, menggunakan kamera itu. Selanjutnya dia menyuruh Boonplook serta Pom untuk bergabung bersama keluarga nya, dan dia yang memotret mereka. Kemudian setelah itu, dia mengajari Pom cara menggunakan kamera nya, dan dia bergabung bersama keluarga nya untuk berfoto bersama. Dan terakhir, mereka berlima berfoto bersama di potret oleh Pom.


“Jika Tua Hia ada di sini, maka semuanya akan sempurna,” gumam Asi, setelah selesai berfoto.

“Jadi ini tidak sempurna. Kalau begitu batalkan saja! Uh… aku jadi kesal ketika mendengar namanya!” keluh Yoi dengan kesal. Lalu dia masuk ke dalam toko.

Asi yang sama sekali tidak mengerti mengapa Ibunya tampak sangat kesal pada Chai. Maka dia pun bertanya kepada Atong serta Asa. Tapi mereka berdua malah memukuli kepala nya. Sementara Boonplook serta Pom hanya diam saja.



Malam hari. Renu sampai di rumah di Chum saeng. Tapi sesampainya disana, dia tidak bisa memasuki rumahnya yang telah di gembok. “Kamu tidak ingin mengakhiri ini, kan?” gumam Renu dengan kesal.



Renu mengetuk pintu toko Yoi, dan Atong yang membuka nya. Renu kemudian menceritakan situasi nya. Dan Atong lalu masuk ke dalam rumah menemui Ibu nya.



Atong menjelaskan kepada Yoi bahwa Renu datang untuk meminta kunci rumah. Tapi Yoi tidak peduli dan tidak mau memberikan kunci rumah kepada Renu. Atong terus memohon agar Yoi mau memberikan kunci rumah kepada Renu, karena ini sudah malam.

“Bahkan jika dia berlutut di kaki ku. Aku tidak akan memberikan padanya!” kata Yoi, tidak peduli sama sekali. Lalu dia memarahi Atong yang masih terus memanggil Renu dengan sebutan ‘Sor’.



Atong menyerah melawan Ibunya. Dan dia keluar menemui Renu. Namun tanpa Atong perlu mengatakan apapun, Renu langsung mengerti sendiri bahwa Yoi tidak akan mau memberikan kunci rumah kepada nya.

“Sor, kemana kamu akan tidur kemudian? Bagaimana bila begini, kamu bisa tidur di gudang dulu,” kata Atong.



“Tidak perlu. Aku punya solusi sendiri,” balas Renu. Kemudian dia memberikan ikan kering yang dibawanya dari rumah kepada Atong.

“Aku minta maaf ya,” kata Atong, merasa tidak enak.



Ketika berjalan melewati bioskop, dan melihat film apa yang sedang tayang disana, Retnu langsung terpikirkan sebuah ide. Dia masuk ke dalam bioskop, dan disana dia bertemu dengan Je serta Jantra dan Chinnakorn yang sedang menonton juga.


Melihat Renu yang datang sendirian di pertengahan film, Je pun merasa penasaran dan bertanya. Lalu Renu menceritakan segala nya.


Setelah film selesai, Je menanyakan dimana Renu akan tidur malam ini. Chinnakorn yang mendengar pembicaraan itu penasaran, dan bertanya pada Je. Jadi Je pun menjelaskan segala nya, lalu dia memperkenalkan Renu kepada Chinnakorn.



“Ini Renu. Menantu tertua dari toko Asawa Rungrueng Phanich,” kata Je kepada Chinnakorn. Lalu dia kembali ke topik utama pada Renu. “Jadi?”

“Aku mungkin akan pergi ke rumah di pabrik. Dan tidur di depannya,” jawab Renu dengan raut wajah yang seolah tidak perdaya. Melihat itu Je, merasa kasihan.


Renu menginap di rumah Je, dan dia tinggal sekamar dengan Jantra untuk sementara waktu. Disana Renu mengajak Jantra mengobrol, dia menanyakan jam berapa Jantra bangun pagi biasanya, karena dia ingin meminta tolong Jantra untuk membuka kan pintu saat jam 4 pagi, sebab ada yang harus dilakukannya. Dan Jantra pun menyanggupin, karena biasa dia memang bangun pagi untuk menjaga Ama.


Renu lalu membahas tentang hubungan Jantra dengan Chinnakorn, karena tampak jelas Je seperti ingin menjodohkan mereka berdua. Sebagai wanita yang telah berpengalaman, Renu meminta Jantra untuk berhati- hati, karena pria suka genit. Jadi Renu mengingatkan agar Jantra tidak terlalu mempercayai Pria dan pergi sendirian bersama Pria tersebut.

“Mengapa?” tanya Jantra, tidak mengerti.

“Pria itu, ketika mereka menginginkan kita, mereka akan terus berusaha untuk kita. Tapi setelah mereka mendapatkan kita, mereka akan menjadi orang yang berbeda. Aku telah melihat banyak,” jelas Renu, serius.



“Satu hal lagi. Aku bukan menghina mu, Jantra, tapi kamu tidak seharusnya melupakan siapa kamu, dan siapa dia. Persiapkan lah hatimu untuk itu. Mana tahu, bila apa yang terjadi tidak seperti mimpi mu, kamu akan terluka. Jika mimpi itu menjadi kenyataan, maka kamu beruntung,” jelas Renu, memberikan nasihat.

Dan sambil tersenyum, Jantra mengiyakan. Lalu dia merenungkan semua itu.



Didalam kamar. Atong mengingat perkataan Asa. Dan dia merenungkan perkataan itu sambil memperhatikan buku yang dikembalikan oleh Jantra.


Dini hari. Jantra membuka kan pintu, sehingga Renu bisa keluar. Tapi sebelum Renu pergi, Jantra menanyakan kemana Renu akan pergi sepagi ini. Dan dengan sikap penuh rahasia, Renu menjawab bahwa Jantra akan mengetahuinya nanti pagi. Lalu setelah itu Renu berterima kasih, dan pergi.


Renu berjalan ke depan toko Yoi. Disana dia memperhatikan toko Yoi, dan mengingat semua perkataan kasar Yoi kepada nya selama ini. Lalu setelah itu dia duduk di depan toko, dan mengingat perkataan temannya.


“Ketika kamu melangkah keluar dari sini, jangan kembali lagi ke sini. Pekerjaan seorang pelacur seperti kita adalah pekerjaan binatang buas dari neraka yang kita kutuk,” kata teman Renu.

“Ya, P’Tim,” jawab Renu.


Mengingat semua itu, Renu menangis sedih tanpa suara. Kemudian dia pun berbaring dan tidur di atas tanah.



Mao serta beberapa orang  berjalan melalui depan toko Yoi untuk menuju ke pasar. Dan saat mereka melihat seorang wanita tidur di depan toko, mereka pun bertanya. Mendengar itu, Renu langsung berpura- pura terbatuk, lalu dia menjawab bahwa dia adalah Renu.



“Mengapa kamu tidur di sini?” tanya Mao, mendekati Renu. Dan lalu dia berteriak memberitahu orang- orang bahwa Renu diusir oleh mertua nya sendiri untuk tidak boleh masuk ke dalam rumah. Dan orang- orang pun berkumpul.

“Aku tidak bisa masuk ke dalam rumah ku. Aku tidak tahu kapan Ibu mertua ku mengunci pintunya, aku tidak tahu dimana harus tidur. Jadi aku tidur disini sambil menunggu mereka untuk membukan kan pintu bagiku,” jelas Renu. Dengan raut seolah tidak perdaya.

“Aw! Mengapa kamu menunggu? Mengapa tidak meminta mereka membuka kan pintu untuk mu?” komentar Mao.



“Aku sudah melakukan nya sejak kemarin sore. Tapi mereka bilang akan memberikan kuncinya padaku besok pagi,” jelas Renu. Dan semua orang pun menjadi heboh mendengar itu. Serta mereka merasa kasihan kepada Renu yang sedang hamil.

Renu kemudian menggaruk tangannya, gatal di gigit nyamuk. Dan orang- orang pun berkumpul untuk membantu Renu. Melihat itu, Renu tersenyum.


Bangun pagi. Yoi langsung bersin. “Siapa yang menggosip kan ku?” gerutu Yoi.



Yoi masuk ke dalam dapur, dan saat melihat ikan kering yang begitu bagus, dia memuji Atong yang sangat bagus dalam memilih ikan. Kemudian Yoi sibuk memikirkan makanan apa yang harus dibuat menggunakan ikan bagus itu.



“Aku bukan orang yang memilih ikan itu, ma. Sor Renu yang memberikan nya kepada kita kemarin,” kata Atong memberitahu Yoi.

Mendengar itu, Yoi langsung berubah kesal. “E’Renu! Bawa ini semua keluar dari rumah kita! Pelacur itu!” gerutu Yoi.


Orang- orang berteriak memanggil Yoi di depan toko, dan mendengar itu Yoi pun menyuruh Atong untuk keluar dan melihat ada apa. Dan Atong pun melakukan nya.

“Kapan kamu akan membuka kan pintu untuknya, Mae Yoi?” teriak Mao.

Atong yang keluar rumah, ketika melihat Renu, dia langsung merasa cemas dan menanyakan mengapa Renu ada disini. Dan dengan tatapan menunduk sedih, Renu tidak menjawab.



Atong masuk kembali ke dalam rumah, dan memberitahu Yoi. Kemudian ketika mengetahui bahwa Renu berada di depan rumahnya, Yoi langsung mengambil ikan kering pemberian Renu, dan dia keluar dari rumah, lalu dia melemparkan ikan kering itu kepada Renu.

Atong sebenarnya telah berusaha untuk menghentikan Yoi, tapi Yoi tidak mau mendengarkannya dan tetap melemparkan ikan kering itu kepada Renu.


Renu bersikap menjadi wanita lemah dan tidak perdaya, dia menanyakan kenapa Yoi begitu membencinya dan membuang ikan yang di berikannya dengan niat baik. Dan dengan marah, Yoi memarahi serta meneriaki Renu. Tapi Mao langsung menyela nya, dan dia membela Renu.

“Dia seorang wanita, sama seperti kita. Kamu telah keterlaluan!” kata Mao.

“Kamu tidak tahu kebenarannya!” balas Yoi.

“Ma!” kata Atong sambil menahan Ibunya. Tapi Yoi tetap tidak mau berhenti.

Orang makin ramai berkumpul di depan toko Yoi untuk melihat apa yang terjadi. Dan Atong pun berusaha untuk menengahi, dia meminta maaf kepada semuanya untuk kesalah pahaman kecil yang terjadi. Tapi Yoi yang tidak sabaran, malah berteriak marah kepada mereka yang telah mencampuri urusan keluarganya. Sehingga suasana menjadi semakin rumit.



“Bibi- bibi! Aku baik- baik saja.  terima kasih  banyak sudah mengkhawatirkan ku. Ini sudah hampir fajar, jadi aku lebih baik pulang ke rumah. Tapi jika aku tidak bisa masuk ke dalam rumah, maka aku bisa tinggal di kandang babi saja. Itu tidak apa. Aku pamit ya, Tao Kae Nia,” kata Renu sambil memberikan hormat dengan sopan kepada Yoi.

“Penipu! Penipu!” teriak Yoi, ingin menyerang Renu. Tapi Atong menahannya.



Melihat kejadian itu, orang- orang semakin merasa kasihan kepada Renu. Dan membenci Yoi yang telah bersikap tidak baik kepada menantu sendiri, kepadahal menantu nya sangat baik kepadanya dan sedang mengandung cucu nya.

Renu berjalan pergi dari sana. Sambil tersenyum penuh kemenangan.



“Mengapa kamu tidak memperlakukan menantu mu seperti manusia? Menyalahkan dia bekerja sebagai pelacur. Kepadahal dia hanya bekerja di dapur! Jika benar wanita ini pelacur, mengapa anak mu membawa nya sebagai istri? Bodoh kan!” kata Mao, meneriaki Yoi. Dan semua orang langsung berseru mendukung Mao.

“Jangan mencela anak ku!” teriak Yoi sambil bergerak mau menyerang Mao. Tapi Atong menahannya sekuat mungkin.

“Yeah! Yeah! Yeah! Jika kamu seperti ini. Kami tidak akan datang membeli barang dari toko mu lagi!” teriak Mao. Dan semuanya setuju.


“Pergi! Pergi!” teriak Yoi dengan histeris. Dan Atong tidak mampu menghentikannya lagi.

“Dia gila! Dia marah sekarang!” seru semua orang. Lalu mereka bubar dan pergi.


“E’Renu!!!!” teriak Yoi, marah.

Post a Comment

Previous Post Next Post