Network : Channel 3
“Ibu mu yang baru saja di kremasi, sebenarnya dia
adalah Nenek mu. Ibu kandung mu adalah orang yang duduk di depan mu sekarang.
Kamu harus menghormatinya. Dialah orang yang telah melahirkan mu,” kata Kepala
Biksu memberitahu Pok.
Pok diam dan memandangin wajah Renu sesaat,
kemudian dia memberikan hormat kepada Renu. Dan kepala Piksu pun memuji sikap
Pok.
“Pok, tidak kah kamu mau mengikuti P’… mm… tidak
kah kamu mau mengikuti mom?” tanya Renu. Awalnya dia menyebut dirinya sendiri
P’ (kakak), lalu saat sadar bahwa sekarang Pok telah tahu, dia mengubah
perkataannya dan menyebut dirinya sendiri ‘Mom’.
“Tidak. Aku akan tinggal disini dengan Luang
Phor,” jawab Pok dengan nada sedikit keras.
Renu menyerah. Dia menghormati serta menyetujui
keinginan Pok yang tetap ingin tinggal di tempat ini. Namun sebelum benar-
benar pergi, Renu mengingatkan Pok agar jangan nakal, selalu mematuhi kepala
biksu, rajin belajar dengan tekun, dan jangan terlibat masalah. Mendengar
nasihat itu, Pok menganggukan kepalanya.
“Tunggu sampai aku lebih siap, ketika kamu sudah
besar. Kemudian aku akan membawa mu untuk tinggal dengan ku, ya?” tanya Renu.
Dan Pok diam.
Kepala biksu meminta agar Renu memberikan lebih
banyak waktu kepada Pok, supaya Pok bisa menerima semua nya. Dan Renu
mengiyakan, lalu dia berjanji bahwa dia akan mencoba untuk sering mengunjungin
Pok nanti nya.
“Kamu cobalah tenang. Setiap orang memiliki karma
nya. Walaupun masa lalu tidak bisa di benarkan, karena sudah berlalu. Tapi jika
kamu melakukan kebaikan sekarang, ketika kamu tidak bisa menghapus apa yang
kamu lakukan, setidaknya pikiran mu bahagia,” jelas Kepala Biksu. Dan dengan
sedih, Renu menundukan kepalanya.
Distasiun kereta. Renu mengingatkan Wanna untuk
menuliskan surat padanya, jika Wanna kekurangan uang, karena dia akan selalu
ada untuk Wanna. Dan Renu juga mengingatkan agar Wanna rajin belajar dengan
tekun, karena hidup Wanna jauh lebih beruntung daripadanya. Serta apapun masalah
yang harus di hadapi nantinya, Wanna harus terus bersabar.
“Jangan khawatirkan aku. Pergilah, lonceng kereta
telah berbunyi,” kata Wanna. Lalu Renu pun masuk ke dalam kereta, dan Wanna
memberikan koper Renu yang diangkat nya sedari tadi, melalui jendela.
“Wanna. Tunggu aku ya. Tunggu sampai aku mengurus
semuanya, kemudian kamu bisa pindah dan tinggal denganku. Kemudian kita akan
membuka toko pakaian,” kata Renu, saat kereta mulai berjalan dengan perlahan.
Dan sambil tersenyum lebar, Wanna mengiyakan. “Ya,
P’! Semoga beruntung ya!”
“Jaga dirimu ya!” balas Renu. Dan kereta mulai
berjalan cepat.
Di depan toko. Asi mengetes kamera baru nya.
Pertama dia memotret Asa, Atong, serta Ayah dan Ibu nya, menggunakan kamera
itu. Selanjutnya dia menyuruh Boonplook serta Pom untuk bergabung bersama
keluarga nya, dan dia yang memotret mereka. Kemudian setelah itu, dia mengajari
Pom cara menggunakan kamera nya, dan dia bergabung bersama keluarga nya untuk
berfoto bersama. Dan terakhir, mereka berlima berfoto bersama di potret oleh
Pom.
“Jika Tua Hia ada di sini, maka semuanya akan
sempurna,” gumam Asi, setelah selesai berfoto.
“Jadi ini tidak sempurna. Kalau begitu batalkan
saja! Uh… aku jadi kesal ketika mendengar namanya!” keluh Yoi dengan kesal.
Lalu dia masuk ke dalam toko.
Asi yang sama sekali tidak mengerti mengapa Ibunya
tampak sangat kesal pada Chai. Maka dia pun bertanya kepada Atong serta Asa.
Tapi mereka berdua malah memukuli kepala nya. Sementara Boonplook serta Pom
hanya diam saja.
Malam hari. Renu sampai di rumah di Chum saeng.
Tapi sesampainya disana, dia tidak bisa memasuki rumahnya yang telah di gembok.
“Kamu tidak ingin mengakhiri ini, kan?” gumam Renu dengan kesal.
Renu mengetuk pintu toko Yoi, dan Atong yang
membuka nya. Renu kemudian menceritakan situasi nya. Dan Atong lalu masuk ke
dalam rumah menemui Ibu nya.
Atong menjelaskan kepada Yoi bahwa Renu datang
untuk meminta kunci rumah. Tapi Yoi tidak peduli dan tidak mau memberikan kunci
rumah kepada Renu. Atong terus memohon agar Yoi mau memberikan kunci rumah
kepada Renu, karena ini sudah malam.
“Bahkan jika dia berlutut di kaki ku. Aku tidak
akan memberikan padanya!” kata Yoi, tidak peduli sama sekali. Lalu dia memarahi
Atong yang masih terus memanggil Renu dengan sebutan ‘Sor’.
Atong menyerah melawan Ibunya. Dan dia keluar
menemui Renu. Namun tanpa Atong perlu mengatakan apapun, Renu langsung mengerti
sendiri bahwa Yoi tidak akan mau memberikan kunci rumah kepada nya.
“Sor, kemana kamu akan tidur kemudian? Bagaimana
bila begini, kamu bisa tidur di gudang dulu,” kata Atong.
“Tidak perlu. Aku punya solusi sendiri,” balas
Renu. Kemudian dia memberikan ikan kering yang dibawanya dari rumah kepada
Atong.
“Aku minta maaf ya,” kata Atong, merasa tidak
enak.
Ketika berjalan melewati bioskop, dan melihat film
apa yang sedang tayang disana, Retnu langsung terpikirkan sebuah ide. Dia masuk
ke dalam bioskop, dan disana dia bertemu dengan Je serta Jantra dan Chinnakorn
yang sedang menonton juga.
Melihat Renu yang datang sendirian di pertengahan
film, Je pun merasa penasaran dan bertanya. Lalu Renu menceritakan segala nya.
Setelah film selesai, Je menanyakan dimana Renu
akan tidur malam ini. Chinnakorn yang mendengar pembicaraan itu penasaran, dan
bertanya pada Je. Jadi Je pun menjelaskan segala nya, lalu dia memperkenalkan
Renu kepada Chinnakorn.
“Ini Renu. Menantu tertua dari toko Asawa
Rungrueng Phanich,” kata Je kepada Chinnakorn. Lalu dia kembali ke topik utama
pada Renu. “Jadi?”
“Aku mungkin akan pergi ke rumah di pabrik. Dan
tidur di depannya,” jawab Renu dengan raut wajah yang seolah tidak perdaya.
Melihat itu Je, merasa kasihan.
Renu menginap di rumah Je, dan dia tinggal sekamar
dengan Jantra untuk sementara waktu. Disana Renu mengajak Jantra mengobrol, dia
menanyakan jam berapa Jantra bangun pagi biasanya, karena dia ingin meminta
tolong Jantra untuk membuka kan pintu saat jam 4 pagi, sebab ada yang harus
dilakukannya. Dan Jantra pun menyanggupin, karena biasa dia memang bangun pagi
untuk menjaga Ama.
Renu lalu membahas tentang hubungan Jantra dengan
Chinnakorn, karena tampak jelas Je seperti ingin menjodohkan mereka berdua.
Sebagai wanita yang telah berpengalaman, Renu meminta Jantra untuk berhati-
hati, karena pria suka genit. Jadi Renu mengingatkan agar Jantra tidak terlalu
mempercayai Pria dan pergi sendirian bersama Pria tersebut.
“Mengapa?” tanya Jantra, tidak mengerti.
“Pria itu, ketika mereka menginginkan kita, mereka
akan terus berusaha untuk kita. Tapi setelah mereka mendapatkan kita, mereka
akan menjadi orang yang berbeda. Aku telah melihat banyak,” jelas Renu, serius.
“Satu hal lagi. Aku bukan menghina mu, Jantra,
tapi kamu tidak seharusnya melupakan siapa kamu, dan siapa dia. Persiapkan lah
hatimu untuk itu. Mana tahu, bila apa yang terjadi tidak seperti mimpi mu, kamu
akan terluka. Jika mimpi itu menjadi kenyataan, maka kamu beruntung,” jelas
Renu, memberikan nasihat.
Dan sambil tersenyum, Jantra mengiyakan. Lalu dia
merenungkan semua itu.
Didalam kamar. Atong mengingat perkataan Asa. Dan
dia merenungkan perkataan itu sambil memperhatikan buku yang dikembalikan oleh
Jantra.
Dini hari. Jantra membuka kan pintu, sehingga Renu
bisa keluar. Tapi sebelum Renu pergi, Jantra menanyakan kemana Renu akan pergi
sepagi ini. Dan dengan sikap penuh rahasia, Renu menjawab bahwa Jantra akan
mengetahuinya nanti pagi. Lalu setelah itu Renu berterima kasih, dan pergi.
Renu berjalan ke depan toko Yoi. Disana dia
memperhatikan toko Yoi, dan mengingat semua perkataan kasar Yoi kepada nya
selama ini. Lalu setelah itu dia duduk di depan toko, dan mengingat perkataan
temannya.
“Ketika
kamu melangkah keluar dari sini, jangan kembali lagi ke sini. Pekerjaan seorang
pelacur seperti kita adalah pekerjaan binatang buas dari neraka yang kita kutuk,”
kata teman Renu.
“Ya,
P’Tim,” jawab Renu.
Mengingat semua itu, Renu menangis sedih tanpa
suara. Kemudian dia pun berbaring dan tidur di atas tanah.
Mao serta beberapa orang berjalan melalui depan toko Yoi untuk menuju
ke pasar. Dan saat mereka melihat seorang wanita tidur di depan toko, mereka
pun bertanya. Mendengar itu, Renu langsung berpura- pura terbatuk, lalu dia
menjawab bahwa dia adalah Renu.
“Mengapa kamu tidur di sini?” tanya Mao, mendekati
Renu. Dan lalu dia berteriak memberitahu orang- orang bahwa Renu diusir oleh
mertua nya sendiri untuk tidak boleh masuk ke dalam rumah. Dan orang- orang pun
berkumpul.
“Aku tidak bisa masuk ke dalam rumah ku. Aku tidak
tahu kapan Ibu mertua ku mengunci pintunya, aku tidak tahu dimana harus tidur.
Jadi aku tidur disini sambil menunggu mereka untuk membukan kan pintu bagiku,” jelas
Renu. Dengan raut seolah tidak perdaya.
“Aw! Mengapa kamu menunggu? Mengapa tidak meminta
mereka membuka kan pintu untuk mu?” komentar Mao.
“Aku sudah melakukan nya sejak kemarin sore. Tapi
mereka bilang akan memberikan kuncinya padaku besok pagi,” jelas Renu. Dan
semua orang pun menjadi heboh mendengar itu. Serta mereka merasa kasihan kepada
Renu yang sedang hamil.
Renu kemudian menggaruk tangannya, gatal di
gigit nyamuk. Dan orang- orang pun berkumpul untuk membantu Renu. Melihat itu,
Renu tersenyum.
Bangun pagi. Yoi langsung bersin. “Siapa yang
menggosip kan ku?” gerutu Yoi.
Yoi masuk ke dalam dapur, dan saat melihat ikan
kering yang begitu bagus, dia memuji Atong yang sangat bagus dalam memilih
ikan. Kemudian Yoi sibuk memikirkan makanan apa yang harus dibuat menggunakan
ikan bagus itu.
“Aku bukan orang yang memilih ikan itu, ma. Sor
Renu yang memberikan nya kepada kita kemarin,” kata Atong memberitahu Yoi.
Mendengar itu, Yoi langsung berubah kesal.
“E’Renu! Bawa ini semua keluar dari rumah kita! Pelacur itu!” gerutu Yoi.
Orang- orang berteriak memanggil Yoi di depan
toko, dan mendengar itu Yoi pun menyuruh Atong untuk keluar dan melihat ada
apa. Dan Atong pun melakukan nya.
“Kapan kamu akan membuka kan pintu untuknya, Mae
Yoi?” teriak Mao.
Atong yang keluar rumah, ketika melihat Renu, dia
langsung merasa cemas dan menanyakan mengapa Renu ada disini. Dan dengan
tatapan menunduk sedih, Renu tidak menjawab.
Atong masuk kembali ke dalam rumah, dan
memberitahu Yoi. Kemudian ketika mengetahui bahwa Renu berada di depan
rumahnya, Yoi langsung mengambil ikan kering pemberian Renu, dan dia keluar
dari rumah, lalu dia melemparkan ikan kering itu kepada Renu.
Atong sebenarnya telah berusaha untuk menghentikan
Yoi, tapi Yoi tidak mau mendengarkannya dan tetap melemparkan ikan kering itu
kepada Renu.
Renu bersikap menjadi wanita lemah dan tidak
perdaya, dia menanyakan kenapa Yoi begitu membencinya dan membuang ikan yang di
berikannya dengan niat baik. Dan dengan marah, Yoi memarahi serta meneriaki
Renu. Tapi Mao langsung menyela nya, dan dia membela Renu.
“Dia seorang wanita, sama seperti kita. Kamu telah
keterlaluan!” kata Mao.
“Kamu tidak tahu kebenarannya!” balas Yoi.
“Ma!” kata Atong sambil menahan Ibunya. Tapi Yoi
tetap tidak mau berhenti.
“Bibi- bibi! Aku baik- baik saja. terima kasih
banyak sudah mengkhawatirkan ku. Ini sudah hampir fajar, jadi aku lebih
baik pulang ke rumah. Tapi jika aku tidak bisa masuk ke dalam rumah, maka aku
bisa tinggal di kandang babi saja. Itu tidak apa. Aku pamit ya, Tao Kae Nia,”
kata Renu sambil memberikan hormat dengan sopan kepada Yoi.
“Penipu! Penipu!” teriak Yoi, ingin menyerang
Renu. Tapi Atong menahannya.
Melihat kejadian itu, orang- orang semakin merasa
kasihan kepada Renu. Dan membenci Yoi yang telah bersikap tidak baik kepada
menantu sendiri, kepadahal menantu nya sangat baik kepadanya dan sedang
mengandung cucu nya.
Renu berjalan pergi dari sana. Sambil tersenyum
penuh kemenangan.
“Mengapa kamu tidak memperlakukan menantu mu
seperti manusia? Menyalahkan dia bekerja sebagai pelacur. Kepadahal dia hanya
bekerja di dapur! Jika benar wanita ini pelacur, mengapa anak mu membawa nya
sebagai istri? Bodoh kan!” kata Mao, meneriaki Yoi. Dan semua orang langsung
berseru mendukung Mao.
“Jangan mencela anak ku!” teriak Yoi sambil
bergerak mau menyerang Mao. Tapi Atong menahannya sekuat mungkin.
“Yeah! Yeah! Yeah! Jika kamu seperti ini. Kami
tidak akan datang membeli barang dari toko mu lagi!” teriak Mao. Dan semuanya
setuju.
“Pergi! Pergi!” teriak Yoi dengan histeris. Dan
Atong tidak mampu menghentikannya lagi.
“Dia gila! Dia marah sekarang!” seru semua orang.
Lalu mereka bubar dan pergi.
“E’Renu!!!!” teriak Yoi, marah.
Tags:
Krong Karm