Krong Karm Episode 3 – part 2
Network : Channel 3
Di dalam rumah. Atong meminta agar Yoi tenang.
Tapi Yoi sama sekali tidak bisa tenang, dengan marah dia terus mengomel tentang
Renu yang telah sengaja tidur di depan toko mereka dan mempermalukannya didepan
orang- orang pasar.
Ayah serta Asa yang mendengar suara keras Yoi,
mereka keluar dan menanyakan ada apa. Dan Yoi langsung menceritakan semuanya
serta mencurahkan rasa marahnya, karena Renu telah sangat mempermalukan
dirinya. Mendengar itu, Asa memberikan kode kepada Atong, dan mengerti arti
kode itu maka Atong pun pergi.
Atong pergi menemui Renu. Tapi sebelum dia
mengatakan apapun, Renu langsung berbicara kepadanya. “Aku tidak ada melakukan
apapun. Mama mu yang melakukannya sendiri. Kamu juga tahu dan melihat. Aku
tidak bersikap kasar, bahkan satu katapun tidak, kepada Ibumu. Mama mu sendiri
yang bersikap kasar dan menghina dirinya sendiri. Menampar dirinya sendiri,”
jelas Renu.
“Segalanya adalah rencanamu Sor. Tapi aku tahu
Mama ku juga bersalah,” balas Atong, mengerti dengan baik alasan Renu.
Dengan sedikit perasaan emosi, Renu menjelaskan
kepada Atong bahwa setiap orang memiliki martabat. Beberapa orang mungkin akan
menyerah ketika mereka terus di hina, tapi itu bukan dia.
Dan Atong mengerti maksud Renu, serta dia sama
sekali tidak menyalahkan Renu, karena bagaimanapun dia juga bersalah. Atong
meminta maaf kepada Renu, karena tidak membantu Renu untuk mendapatkan kunci
itu, jika seandainya dia membantu Renu, tidak mungkin kejadian ini bisa
terjadi.
“Aku mengerti. Kamu anaknya. Bagaimana bisa kamu
menahan Ibu mu. Tapi aku harap kamu juga akan mengerti aku,” kata Renu.
“Ya, Sor. Aku juga berharap, kita bisa tinggal
bersama dengan tenang. Karena jika begini, tidak akan ada hal yang baik,” balas
Atong.
Renu kemudian mengatakan bahwa sebagai seorang
menantu dia menghormati Yoi, tapi bagaimanapun dia harus melawan Yoi. Dan dia
akan melakukannya menggunakan caranya sendiri. Lalu dia tersenyum, “Aku akan
menunggu kuncinya di pabrik penggilingan ya.”
“Ya, Sor,” balas Atong. Lalu ketika Renu pergi,
dia menarik nafas lega.
Ketika Atong pulang, Yoi langsung menanyakan
kenapa Atong mengikuti Renu. Dan Atong pun menjelaskan bahwa dia pergi untuk
berbicara dengan Renu, dan ternyata Renu sama sekali tidak memiliki niat buruk.
Mendengar itu Yoi langsung memarahi Atong.
“Ma, berikan aku kuncinya. Biarkan dia membuka
pintu,” pinta Atong.
“Tidak! Dia telah mempermalukan ku! Aku tidak
berpikir dia bisa tinggal di dunia yang sama dengan ku lagi!” balas Yoi.
“Ma! Dia sedang hamil anak Tua Hia. Dia adalah
menantu di keluarga kita juga,” kata Asa, membela Renu.
“Kamu tidak perlu menolongnya! Karena aku tidak
pernah melihatnya sebagai menantuku!” balas Yoi, bersikeras.
Atong memohon sekali lagi kepada Yoi. Tapi Yoi
tetap tidak mau menyerahkan kunci rumah nya, dan dia mengatakan bahwa dia tidak
masalah bila orang- orang memandangnya jahat, karena dia bisa menjadi lebih
jahat lagi.
Asa ikut memohon, dia meminta Yoi untuk tenang dan
jangan mulai masalah lagi. Mendengar itu, Yoi memarahinya, dia mengusir Asa
untuk pindah keluar dan tinggal bersama dengan Renu, jika Asa memang bersimpati
kepada Renu.
“Ayoi! Ayoi! Aku mohon padamu. Jangan membesarkan
masalah,” pinta Ayah, ikut memohon.
“Oh! Apa yang terjadi?! Suami dan anakku semuanya
berpikir bahwa si Pelacur itu adalah malaikat! Apa yang salah dengan kalian!
Kalian mencintainya kan? Jika begitu kalian harus pindah dan tinggal dengannya!
Aku bisa tinggal disini sendirian! Pergi! Pergi! Pergi dan tinggal dengannya!”
teriak Yoi, histeris. Dia lalu melemparkan kunci rumah kepada mereka, dan masuk
ke dalam kamar.
Atong memungut kunci yang Yoi buang ke lantai,
lalu dia memberikan itu kepada Asa. Dan Asa pun langsung pergi untuk
mengantarkan kunci itu. Sementara Atong serta Ayah, mereka berdua duduk diam
bersama.
Dalam perjalanan. Asa berhenti sebentar di rumah
Je, dan menyapa Je serta Jantra yang sedang sibuk menggantung barang di depan
pintu. Lalu Asa dan Je mengobrol bersama. Asa memberitahukan tujuannya yang
ingin mengantarkan kunci ke Renu di pabrik penggilingan. Dan Je kemudian
meminta Asa menyampaikan salam nya kepada Renu.
Mendengar itu, Asa merasa heran sejak kapan Je
serta Renu menjadi dekat. Dan Je pun menceritakan pertemuannya dengan Renu
dibioskop kemarin malam, lalu tentang dia mengundang Renu untuk menginap di
rumahnya semalam.
“Oh! Jadi bagaimana bisa dia berbaring di depan
toko ku, Je?” tanya Asa, heran.
“Karena dia bangun jam 4 pagi. Benarkan Jantra?”
balas Je. Dan Jantra membenarkan.
“Itu berarti dia tidur disini. Lalu dia berpura-
pura tidur di depan toko ku, Je?” tanya Asa mulai paham apa yang terjadi. Dan
Je tidak mau tahu. “Itu berarti konspirasi, Je!” kata Asa.
“Apa! Aku tidak terlibat. Tuh Jantra… aku tidak,”
balas Je.
“Oho! Semua wanita sangat licik ya, Je! Aku pergi
ya,” pamit Asa sambil tertawa.
Didalam kamar. Ayah menghampiri Yoi yang sedang
mengambek, dan mengajak nya mengobrol. Lalu dengan emosi marah serta sedih, Yoi
menceritakan isi hatinya.
Yoi tidak menyukai Renu yang telah menjebak
anaknya, Chai, dan mereka. Lalu Renu juga berbohong dengan mengatakan bahwa dia
bekerja di bagian dapur, tetapi sebenarnya Renu menjual dirinya disana. Serta
sebelum Renu menjual dirinya sendiri, Renu telah memiliki suami dan anak. Dan
karena itulah Yoi sangat membenci Renu.
“Hia! Kamu begitu optimis ya. Aku benar- benar
ingin tahu, apa Achai tahu tentang ini atau tidak, sebelum Jalang itu bertemu
dengannya, dia telah memiliki anak dan suami. Jika dia tidak tahu, berarti
Jalang itu telah berniat menipunya dari awal! Bagaimana kita bisa
mempercayainya lagi, Hia? Percaya? Kita bahkan tidak tahu apa yang
dikandung nya benar adalah bayi Achai
atau tidak!” kata Yoi, dengan emosi.
Ayah meminta Yoi untuk tenang, karena bila orang
mendengar, maka orang akan mengetawai mereka. Dan mengenai bayi itu, Ayah
memutuskan untuk menunggu beberapa bulan lagi sampai Renu melahirkan, untuk
mencari tahu kebenaran. Jika bayi yang lahir itu tidak mirip seperti mereka,
maka dia yang akan mengurus sendiri masalah ini.
“Ayoi! Kamu dan aku sudah bekerja keras sejak
lama. Jangan membiarkan saat terakhir hidup kita penuh masalah lagi. Tentang
anak kita, biarkan mereka menghabiskan hidup mereka pada karma mereka sendiri!!
Apa kamu mengerti maksudku?” kata Ayah. Dan Yoi mulai menangis.
“Aku sangat mencintainya. Aku menyanyangin Achai.
Aku membesarkannya sendirian. Aku ingin dia memiliki istri yang baik, masa
depan yang baik, tapi dia malah mendapatkan Jalang penipu itu! Pikirkan lah
itu! Kamu tahu! Aku kasihan padanya! Anakku!” teriak Yoi histeris sambil
menangis tersedu- sedu untuk anak terkasihnya.
Asa memberikan kunci rumah kepada Renu. Dan Renu
pun berterima kasih, lalu dia mengatakan bahwa Asa pasti sudah mengetahui
semuanya.
“Aku tidak mengerti mengapa Ma begitu membenciku.
Bahkan mengunci pintu. Tidak membiarkan ku masuk ke dalam rumah,” kata Renu.
“Ma dengar kamu sudah punya suami dan anak sebelum
bertemu dengan Tua Hia,” jelas Asa.
Dan mendengar itu, Renu merasa sangat terkejut,
lalu dia menanyakan darimana Asa tahu. Lalu Asa pun menjelaskan semuanya,
kemudian dia menanyakan apa itu benar. Dan Renu diam.
Tags:
Krong Karm