Krong Karm Episode 3 – part 7
Network : Channel 3
Ayah memuji Asi, berbakat dalam memotret. Karena
semua hasil cetakan foto hitam- putih yang Asi cetak sangat bagus dan
memuaskan. Sementara Yoi malah mengomentari Asi. Karena Asi terlalu banyak mengambil
foto yang tidak penting dan sia- sia, seperti pemandangan di pasar.
“Ini praktek, Ma. Sehingga aku terbiasa untuk
menggunakannya di pesta pernikahan Hia Tong nantinya,” jelas Asi beralasan.
Atong menemukan sebuah foto yang tampak bagus, dan
dia menyarankan agar mereka mencetaknya dalam ukuran lebih besar dan
memanjangnya. Tapi Yoi tidak setuju, karena menurutnya itu hanya menghamburkan
uang saja.
“Sayang Achai tidak ada di foto dengan kita,”
komentar Ayah, melihat hasil cetakan foto keluarga mereka.
“Ketika Tua Hai telah menyelesaikan pelayanan
militernya, kita bisa mengambilnya lagi. Aku butuh frame yang berwarna kali
ini, ma,” pinta Asi.
“Bersihkan meja nya! Aku akan menyiapkan makan
malam. Mau makan atau tidak?” balas Yoi. Lalu dia masuk ke dapur. Dan suasana
pun menjadi canggung.
Ditemanin oleh Wanna. Renu mengantarkan semua kue
yang telah di buat nya kepada pelanggan yang telah memesan banyak kue dari nya.
Dan melihat itu, Wanna berkomentar bahwa itu bagus karena ada orang yang
memesan dari Renu seperti ini, sehingga Renu bisa mendapatkan lebih banyak
pemasukan. Tapi menurut Wanna, Renu tidak seharusnya begitu detail dalam
membuat pesanan.
“Wanna, jangan terlalu serakah. Jika tidak, kamu
tidak akan mendapatkan apa- apa. Ingat ini. Apapun yang kamu lakukan, lakukan
dengan tulus. Fokus dan lakukan yang terbaik. Jujur dengan pekerjaanmu,” jelas
Renu, memberikan nasihat. Dan Wanna tersenyum mengiyakan.
Dirumah. Ketika Yoi sedang sibuk memilih baju apa
yang bagus untuk di pakai di pesta besok. Tiba- tiba saja dia teringat bahwa
dia belum sempat memesan kue untuk dihidangkan pada hari pernikahan Atong
nantinya, kepadahal waktu nya tinggal beberapa hari lagi.
“Renu bisa membuatkan nya untukmu tepat waktu,”
kata Ayah, menyarankan.
“Aku mau dessert Wan, bukan Renu,” balas Yoi
dengan ketus.
“Yoi. Dia selalu membeli barang di toko mu. Jadi
mengapa kita tidak mendukungnya sebagai balasan?” tanya Ayah.
“Tidak pernah! Mengerti?” balas Yoi dengan nada
benci. Dan Ayah pun diam.
Didepan toko kain. Renu menjelaskan bahwa dia
telah berbicara kepada pemilik toko yang ingin menjual tokonya, karena si
pemilik akan pindah ke tempat lain. Dan Renu berniat untuk membeli nya. Karena
menurutnya lokasi toko kain ini sangat bagus. Serta walaupun di Chum saeng ada
berbagai toko kain, tapi jika mereka membuka toko yang bisa untuk membuat
pakaian juga, maka mereka pasti bisa bersaing.
“Berapa harga nya ini?” tanya Wanna.
“Sedikit mahal. Tapi dia akan memberi kan kita
semua kain di dalam toko nya ini. Jadi kita tidak perlu membeli kain baru,”
jelas Renu.
Wanna berpendapat bahwa itu bagus, tapi dia tidak
percaya diri apa dia bisa bersaing dengan yang lain. Dan Renu pun membalas
bahwa itu tergantung kepada Wanna. Jika Wanna berpikir bisa, maka pasti bisa.
Jika tidak, maka Wanna tidak bisa bergabung dalam persaingan.
“Ahh… aku benar- benar ingin melakukannya. Tapi
aku tidak…”
“Kamu harus lebih percaya pada dirimu sendiri!
Jika kamu masih berpikir kamu lebih rendah dari orang lain. Kemudian itu
selesai,” balas Renu, tegas. Lalu dia pergi meninggalkan Wanna.
Wanna terdiam dan memperhatikan toko itu.
Di ruang tamu. Asi bermain gitar, dan Asa serta
Atong duduk mendengarkan permainannya.
Tapi kemudian, Yoi keluar dari dalam kamar dan memarahinya, karena menurutnya
itu terlalu bising, sehingga dia tidak bisa tidur. Jadi kemudian Asi, Asa,
serta Atong, pun memutuskan untuk keluar dan berjalan- jalan bersama.
Keluar dari dalam rumah, Atong menyuruh Asa serta
Asi untuk pergi duluan, dan dia akan menyusul mereka nanti. Karena dia ingin
berjalan berkeliling dulu sendirian.
Atong datang ke rumah Jantra. Dan ketika melihat
itu, Jantra melihat ke sekitar nya yang sepi, lalu dia mengatakan bahwa tidak
baik bila Atong datang menemuinya seperti ini, karena jika seseorang melihat
mereka, maka akan ada salah paham.
“Jangan pedulikan itu. Jangan pedulikan yang lain.
Aku seorang pengecut. Jika aku berani memberitahu Ibu tentang kita, aku tidak
perlu menderita seperti ini,” kata Atong.
“Kamu melakukan hal yang benar. Kamu telah memilih
jalan yang di pilih orang tuamu,” balas Jantra.
Atong menarik nafas dalam- dalam, berusaha untuk
memberanikan dirinya sendiri. Lalu dia mengatakan bahwa dia berharap, mereka di
takdirkan bersama. Kemudian dia menanyakan, apakah mereka masih bisa menjadi
teman.
Dan Jantra membalas bahwa lebih baik tidak, karena
sebentar lagi Atong akan menikah dan memiliki istri serta anak di masa depan
nantinya.
“Kemudian bisakah aku menanyakan sesuatu? Orang-
orang bilang, ada wakil bupati yang sedang dekat denganmu. Apa itu benar?”
tanya Atong.
Dan Jantra terdiam sangat lama. Kemudian pas
disaat itu, Je berteriak memanggil nya, jadi Jantra pun langsung masuk ke dalam
rumah dan menutup pintu rumah.
Atong merasa sangat sedih. Dan lalu dia pun
berjalan meninggalkan rumah Jantra.
Tags:
Krong Karm
Lanjut...
ReplyDeleteTetap semangat,,
ReplyDelete