Network
: Fuji TV, FOD
“Tunggu!”
teriak Takane sambil berlari mengejar Hana. Lalu ketika dia sudah berada
didekat Hana, dia bertanya, “Aku sudah bilang padamu jangan pulang, kan?”
“Aku tidak
akan mengikuti perintah itu. Lagian ini sudah waktunya untuk ku pulang ke
rumah!” balas Hana dengan sikap menjaga jarak.
“Ini masih
awal*!” balas Takane.
*Awal dan
telat. Aku bingung harus sebut apa. Itu maksudnya jam malam. Atau batas waktu
untuk pulang malam paling telat jam berapa.
“Ini mungkin
masih awal untuk pria tua sepertimu, tapi ini sudah telat untuk gadis sekolahan
seperti ku!” balas Hana. Lalu dia berjalan pergi, tapi karena kakinya sedang
sakit, maka tanpa sengaja dia hampir saja terjatuh.
Namun
untungnya, Takane menangkapnya, sehingga dia tidak terjatuh. Tapi karena Takane
tidak tahu harus melakukan apa, maka dia pun tidak melepaskan Hana. Dan setelah
agak lama, Hana pun mengatai Takane pria mesum. Mendengar itu, Takane pun
langsung melepaskan pegangannya.
Takane
merasa ada yang aneh pada cara berjalan Hana, jadi dia mau melihat kaki Hana.
Tapi Hana langsung menghindar, dan mengatakan agar Takane tidak perlu
mengkhawatirkannya. Dan dengan tegas, Takane menyuruh agar Hana berhenti
bertingkah kuat. Lalu Takane berlutut untuk memeriksa kaki Hana.
“Kamu
terluka,” kata Takane. Melihat kaki Hana.
“Tidak apa. Aku
akan mengobatinya, ketika aku sampai dirumahku,” balas Hana. Menarik kakinya
dan menjauh sedikit dari Takane.
“Begitukah?
Maaf. Aku meninggalkan mu sendirian. Kamu benar- benar telah bekerja keras hari
ini,” kata Takane, lembut.
“Aku sudah
memenuhi tugasku, bergaya seperti selebriti. Waktuku bersama dengan kamu sudah
selesai. Kita sudah menyelesaikan misinya, jadi tidak apa kan? Dah,” kata Hana.
Lalu dia berlari pergi. “Selamat tinggal! Selama- lamanya!” teriaknya. Dan
Takane terdiam di tempatnya, kebingungan.
Didalam
kelas. Kedua teman Hana membangunkan Hana yang ketiduran diatas meja. Lalu saat
Hana telah bangun, mereka menanyakan apakah Hana baik- baik saja, karena Hana
tampak seperti bermimpi buruk barusan. Dan Hana diam sambil memegang kepalanya
yang terasa tidak nyaman.
Kedua teman
Hana kemudian mulai menebak- nebak apa yang terjadi kepada Hana. Mereka menebak
bahwa Hana pasti kelelahan setelah datang ke pesta selebriti semalam, dan
mereka merasa sedikit iri serta kagum kepada Hana.
“Ada apa?
Apa itu Takane-san lagi?” tanya Okamoto, ketika mendengar pembicaraan mereka.
Dan Hana mengiyakan dengan pelan.
Kedua teman
Hana dengan bersemangat, menanyakan kepada Hana langsung mengenai pesta yang
Hana hadiri semalam. Dan apa yang terjadi disana.
“Tidak ada
yang terjadi! Terlebih, ini sudah berakhir,” kata Hana, pelan. Dan mendengar
itu, mereka berdua merasa terkejut.
Hape Hana
berbunyi, dan itu adalah telpon masuk dari Takane. Namun Hana mengabaikannya
dan tidak mau mengangkatnya. “Aku tidak ada hubungan dengannya lagi!” jelas
Hana kepada temannya, yang tampak penasaran ada apa.
“Apa kamu
baik- baik saja dengan itu?” tanya Okamoto.
“Aku akan
hidup sebagai gadis sekolah yang normal! Mari pergi ke restaurant keluarga,
kemudian lakukan Karaoke! Okay!” kata Hana dengan bersemangat. Dan kedua
temannya, menatap aneh kepadanya. Sementara Okamoto tersenyum kecil.
Sesampainya
dirumah. Hana merasa terkejut, karena Takane ada disana, dan sedang makan
bersama dengan keluarganya. “Aku sudah bilang padamu, kita sudah selesai kan?”
kata Hana dengan geram.
“Kamu tidak
punya hak untuk mengakhirinya. Maksudku… orang tua mu yang menyusun perjodohan
ini,” balas Takane. Dan Ayah menyetujuinya.
Tanpa bisa
melakukan apapun, Hana pun terpaksa bergabung dan makan malam dengan mereka
semua. Dimeja makan yang sama. Lalu saat melihat tingkah perhatian kedua orang
tua nya yang begitu baik kepada Takane, yang telah menghabiskan semua
makanannya duluan, dia merasa tidak nyaman.
“Ini pertama
kalinya, aku merasakan rasa ini. Apa itu kari juga?” tanya Takane sambil
memperhatikan makan di piring Hana.
“Ini hanya
kari buatan rumah biasa saja!” jawab Hana dengan sikap ketus.
Kedua orang
tua Hana meminta maaf, karena hanya bisa menghidangkan makanan biasa saja
kepada Takane. Dan melihat itu, Hana langsung menegur bahwa mereka tidak perlu
meminta maaf.
“Ini tidak
buruk,” kata Takane dengan sopan kepada kedua orang tua Hana.
“Mengapa
kamu tidak jujur dan mengatakan itu enak?” tegur Hana pada Takane. Lalu dia
menjelaskan kepada kedua orang tuanya,” Dia tidak bilang rasanya buruk, dan dia
memakan semuanya!”
“Hey! Jangan
memberitahu orang apa yang kamu pikir aku rasakan!” balas Takane.
Hana merasa
kesal, dan ingin membalas, tapi dia tidak jadi dan menutup mulutnya. Dia
kemudian berdiri dan mengambilkan jaket Takane yang berada disofa, lalu dia
memberikan itu kepada Takane dan menyuruh agar Takane pulang.
“Mengapa?
Tidak ada alasan untuku pulang sekarang,” tanya Takane, polos.
“Aku sudah
cukup bermain denganmu dalam permainan Pria kaya! Pulanglah!” usir Hana dengan
tegas. Dan mendengar itu, saking terkejutnya, Takane pun berubah menjadi kecil,
sangat, sangat kecil.
Keluarga
Hana terkejut melihat Takane yang berubah menjadi sangat kecil. Dan mereka
menanyakan apa yang harus dilakukan, karena apa yang Hana katakan membuat
Takane menjadi sekecil itu. Lalu mereka semua memberikan semangat agar Takane
bertahan. Tapi Hana tidak peduli, dan membawa Takane kecil keluar dari dalam rumah.
Hana
membuang Takane keluar dari dalam rumahnya. “Jangan kembali lagi!” kata Hana,
memperingatkan.
“Apa ada
sesuatu yang terjadi di pesta?” tanya Takane.
“Dunia mu
terlalu berbeda dengan dunia ku,” jawab Hana.
“Apa kamu
takut? Kamu mengacau dengan beberapa orang, tapi ketika sesuatu terjadi, kamu
malah meringkuk ketakutan. Kamu berbicara kuat kepada ku, tapi aku tidak bisa
percaya betapa penakutnya kamu ternyata. Aku salah menilaimu!” kata Takane.
Hana tidak
membalas perkataan Takane, dan menanyakan apakah ada yang ingin Takane katakan
lagi. Dan Takane berjalan mendekatinya, lalu dia menjelaskan betapa buruknya
Hana telah melukai harga dirinya, jadi karena itu dia memutuskan untuk terus
mengganggu Hana, tidak peduli berapa banyak Hana menolaknya. Jadi jika saat ini
Hana melarikan diri, maka itu adalah kemenangannya.
“Kemenanganku!”
kata Takane dengan penuh penekanan. Dan Hana merasa kesal mendengarnya, tapi
dia menahan diri dan diam.
Karena Hana
diam, maka Takane pun kembali mengata- ngatai Hana, dan membanggakan dirinya
sendiri, untuk membuat Hana berbicara. Dia mengatakan bahwa dia berbeda dari
orang biasa seperti Hana. Dan dia tidak tahu mengapa Hana terus berbicara
besar, kepadahal Hana hanyalah seorang bajingan kecil.
“Ini akan
menjadi kemenangan ku!” kata Takane sambil tertawa di dekat Hana.
Karena tidak
tahan lagi mendengarkan semua itu, maka Hana pun menyikut perut Takane dengan
kuat, sehingga Takane pun terjatuh ke tanah sambil merintih kesakitan.
“Jika kita
tinggal bersama, maka akan ada berbagai jenis gosip dan reputasi mu mungkin
akan hancur. Itu pasti akan ada, karena perbedaan usia dan perbedaan sejarah
keluarga kita. Aku akan merepotkan kamu!” jelas Hana. Dan Takane tertawa keras
mendengar itu.
Hana merasa
kesal, karena dia sudah mengkhawatirkan Takane, tapi Takane malah
mengetawainya. Dan Takane pun menjelaskan bahwa dengan kata lain, sekarang Hana
melakukan ini untuk kebaikannya. Dan Hana menyangkalnya.
Takane
berdiri, lalu berjalan mendekati Hana secara perlahan sambil tersenyum. Dan
didekati seperti itu, maka Hana pun berjalan mundur. “Berhenti membuat wajah
itu!” kata Hana.
Takane
menahan Hana di dekat tembok, dan dengan serius mengatakan, “Jika kamu tidak
suka dengan apa yang orang katakan, kemudian aku akan membela kamu. Jika kamu
butuh perlindungan, maka aku akan melindungin mu, tidak peduli apapun yang
terjadi.”
Hana
menanyakan apakah Takane mengerti dengan apa yang barusan dijelaskannya. Dan
dengan tegas, Takane menyuruh Hana untuk berhenti memikirkan itu, karena Hana
cukup hanya dengan menjadi Hana saja. Mendengar itu, Hana merasa senang, dan
mengatakan bahwa dia mengerti.
Hana
kemudian menutup matanya. Dan melihat itu, Takane merasa gugup harus melakukan
apa. Namun kemudian Hana membuka mata dan menanyakan,” Apa kamu buruk pada
itu?” tanyanya. Dan mendengar itu, tentu saja Takane tidak mau mengakuinya.
Takane
memejamkan matanya dengan erat, dan memajukan bibirnya. Lalu dia mendekatkan
wajahnya secara perlahan. Dan mencium tembok batu yang dingin. Hahahha… setelah
menyadari itu, dia langsung menlap bibirnya.
“Selamat
malam!” kata Hana sambil tertawa. Lalu dia masuk ke dalam rumah.
“Bajingan
kecil itu!” gerutu Takane, kesal.
Didalam
café. Seorang Pria berpakaian coklat duduk menikmati minumannya. Dan ketika
sebuah pesan masuk ke hapenya, dia tersenyum. Pesan itu berisikan foto Takane
yang sedang bersama dengan Hana di pesta.
“Tunggu aku,
hime- sama,” kata si Pria sambil tersenyum penuh arti.
*Hime- sama.
Maksudnya Putri.
Tags:
Takane To Hana